Guru merupakan pihak yang telibat secara langsung dalam
implementasi kurikulum di sekolahnya. Oleh karena itu guru memegang peranan
yang sangat penting baik di dalam perencanaan maupu pelaksanaan kurikulum.
Beberapa peran guru dalam upaya menyukseskan implementasi kurikulum adalah sebagai
berikut:
a.
Sebagai
perencana, pelaksana dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Sebagai penerjemah
kurikulum yang dating dari atas.
b.
Mengolah,
meramu kembali kurikulum dari pusat untuk disajikan dikelasnya. Melakukan
evaluasi dan penyempurnaan terhadap kurikulum.
c.
Menilai
perilaku dan prestasi belajar siswa dikelas.
d.
Menilai
implementasi kurikulum dalam lingkup yang lebih luas.
e.
Sebagai
seorang komunikator, pendorong kegiatan belajar, pengembang alat-alat belajar,
pencoba, penyusunan organisasi, manager sistem pengajaran.
f.
Pembimbing
baik di sekolah maupun di masyarakat dalam hubungannya dengan pelaksanan
pendidikan seumur hidup.
g.
Sebagai
pelajar dalam masyarakatnya.
h.
Menciptakankegiatan
belajar mengajar, situasi belajar yang aktif yang menggairahkan yang penuh
kesungguhan dan mampu mendorong kreativitas anak.
v Peranan
orang tua murid dalam pengembangan kurikulum yaitu:
Melalui pengamatan dalam kegiatan belajat di rumah, laporan
sekolah, partisipasi dalam kegiatan sekolah dalam bentuk pelaksanaan kegiatan
belajar yang sewajarnya, minat yang penuh, usaha yang sungguh-sungguh. Kegiatan
kegiatan tersebut akan memberikan umpan balik bagi penyempurnaan kurikulum yang
sedang dilaksanakan.Pengembangan kurikulum yang bersifat grassroots, mungkin
hanya berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi mungkin
pula dapat digunakan untuk seluruh bidang studi pada sekolah atau daerah lain.
Pengembangan kurikulum yang bersifat desentralistik dengan model grass
rootsnya, memungkinkan terjadinya kompetisi dalam meningkatkan mutu dan system
pendidikan, yang pada gilirannya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih
mandiri dan kreatif.
Terkait dengan pengembangan KurikulumTingkatSatuan
Pendidikan,tampaknya lebih cenderung dilakukan dengan menggunakan pendekatan the
grass-root model. Kendati demikian, agar pengembangan kurikulum dapat berjalan
efektif tentunya harus ditopang oleh kesiapan sumber daya, terutama sumberdaya
manusia yang tersedia disekolah.
1.
Model Demonstrasi
Model pengembangan kurikulum idenya datang dari bawah (grass
roots). Semula merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang
selanjutnya dugunakan dalam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya
sering mendapat tantangan atau ketidak setujuan dari pihak – pihak tertentu.
Menurur Smith, Stanley dan Shores ada dua bentuk model pengembangan ini.
Pertama , sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang
diorganisasi dan ditunjuk untuk melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen
suatu kurikulum. Unit – unit ini melakukan suatu proyek melalui kegiatan
penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan suatu model kurikulum. Hasil
dari kegiatan penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat digunakan pada
lingkungan sekolah yang lebih luas. Pengembangan model ini biasanya dipraksi
oleh pihak Departemen Pendidikan dan dilaksanakan oleh kelompok guru dalam
rangka inovasi dan perbaikan suatu kurikulum.
Kedua, dari beberapa orang guru yang merasa kurang puas tentang
kurikulum yang sudah ada, kemudian mereka mengadakan eksperimen, uji coba, dan
mengadakan pengembangan secara mandiri. Pada dasarnya guru – guru tersebut
mencobakan yang dianggap belum ada, dan merupakan suatu inovasi terhadap
kurikulum, sehingga berbeda dengan pengembangan kurikulum yang berlaku dengan
harapan akan ditemukan pengembangan kurikulum pengembangan kurikulum yang lebih
baik dari yang ada.
Beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini,
diantaranya :
-
Kurikulum
ini akan lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalui proses yang telah
diuji dan diteliti secara ilmiha.
-
Perubahan
kurikulum dalam skala kecil atau pada aspek yang lebih khusus kemungkinan kecil
akan ditolak oleh pihak administrator, akan berbeda dengan perubahan kurikulum
yang sangat luas dan kompleks.
-
Hakikat
model demonstrasi berskala kecil akan terhindar dari kesengajaan dokumen dan
pelaksanaan dilapangan.
-
Model
ini akan menggerakkan inisiatif. Kreativitas guru-guru serta memberdayakan
sumber-sumber administrasi untuk memenuhi kebutuhan dan minat guru dalam
mengembangkan program yang baru.
2.
Model Miller – Seller
Pengembanagn kurikulum ini ada perbedaan dengan model – model
sebelumnya. Model pengembangan kurikulum Miller – Seller merupakan pengembangan
kurikulum kombinasi dari model transmisi ( Gagne ) dan model transaksi ( T
aba’s Robinson), dengan tahapan pengembangan sebagai berikut :
a.
Klarifikasi Orientasi Kurikulum
Langkah
pertama yang dianggap sangat penting adalah menguji dan mengklarifikasi
orientasi. Orientasi ini merefleksikan pandangan filosofis, psikologis, dan
sosiologi terhadap kurikulum yang seharusya dikembanagkan . Menurut Miller dan
Seller, ada tiga jenis orientasi kurikulum yaitu transmisi, transaksi, dan
transformasi.
b.
Pengembangan Tujuan
Setelah
klarifikasi orientasi kurikulum, langkah berikutnya adalah mengembangkan tujuan
umum (ains) dan mengembangkan tujuan khusus berdasarkan orientasi kurikulum
yang bersangkutan . Tujuan umum dalam konteks ini adalah merefleksikan
pandangan orang (image person) dan pandangan ( image) kemasyarakatan. Tujuan
pengembangan merupakan tujuan yang masih relatif umum. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan tujuan – tujuan yang lebih khusu hingga pada tujuan instruksional.
c.
Identifikasi Model Mengajar
Identifikasi
model mengajar ( strategi mengajar) harus sesuai dengan ujuan dan orientasi
kurikulum. Pada tahap ini pelaksana kurikulum harus mengidentifikasi kturnya
harus kurikulum . Ada beberapa kriterianyang harus diperhatikan dalam
menentukan model mengajar yang akan digunakan, yaitu :
§ Disesuiakan dengan tujuan umum maupun tujuan khusus.
§ Strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan siswa
§ Guru yang menerapkan kurikulum ini harus sudah memahi secara utuh,m
sudah dilatih, dan mendukung model.
§ Tersedia sumber – sumber yang esensial dalam pengembangan model.
Sumber :
Tim
Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. UPI Press Bandung
A.
Malik Fadjar, Holistik Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005),
hal. 228.
Hamalik,
Oemar. (2009). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja
RosdaKarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar