Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris Reconstruct yang berarti
menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme
adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata
susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme,
gerakan ini lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya
memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada
saat sekarang ini.
Rekonstruksionisme di pelopori oleh George Count dan Harold Rugg
pada tahun 1930 yang ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas
dan adil tokoh-tokoh aliran rekonstruksionisme yaitu Caroline pratt, George
count, dan Harold rugg.
Progresivisme yang dilandasi pemikiran Dewey dikembangkan oleh
Kilpatrick dan Jhon Child, juga mendorong pendidikan agar lebih sadar terhadap
tanggung jawab sosial. Namun mereka tidak sepakat dengan Count dan Rugg bahwa
sekolah harus melakukan perbaikan masyarakat yang spesifik. Kaum progresif
lebih suka menekankan tujuan umum pertumbuhan masyarakat melalui pendidikan.
Aliran ini berpendapat bahwa sekolah harus mendominasi atau mengarahkan
perubahan (rekonstruksi) pada tatanan sosial saat ini.
Usaha rekonstruksionisme sosial yang diupayakan Brammeld didasarkan
atas suatu asumsi bahwa kita telah beralih dari masyarakat agraris pedesaan ke
masyarakat urban yang berteknologi tinggi namun masih terdapat suatu kelambatan
budaya yang serius yaitu dalam kemampuan manusia menyesuaikan diri terhadap
masyarakat teknologi. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Count bahwa apa yang
diperlukan pada masyarakat yang memiliki perkembangan teknologi yang cepat
adalah rekonstruksi masyarakat dan pembentukan serta perubahan tata dunia baru.
Teori pendidikan rekonstruksionisme yang dikemukakan oleh Brameld
terdiri dari enam tesis, yaitu :
1. Pendidikan harus dilaksanakan di sini dan sekarang dalam rangka
menciptakan tata sosial baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar budaya kita
dan selaras dengan yang mendasari kekuatan-kekuatan ekonomi, dan sosial modern.
Pendidikan harus menyeponsori perubahan yang benar dalam nurani manusia. Oleh
karena itu, kekuatan teknologi yang sangat kuat harus dimanfaatkan untuk
membangun umat manusia, bukan untuk menghancurkannya. Masyarakat harus diubah
bukan melalui tindakan positif, melainkan dengan cara mendasar.
2. Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati,
yaitu sumber dan lembaga utama dalam masyarakat dikontrol oleh warganya
sendiri. Semua yang mempengaruhi harapan dan hajat masyarakat seperti sandang,
pangan, papan, kesehatan, industri dan sebagainya. Semua akan menjadi tanggung
jawab rakyat melalui wakil-wakil yang dipilih. Masyarakat ideal adalah
masyarakat yang demokrasi. Struktur, tujuan dan kebijakan-kebijakan yang
berkaitan dengan tata aturan baru harus diakui merupakan bagian dari pendapat
masyarakat.
3. Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh
kekuatan budaya dan sosial. Menurut rekonstruksionisme hidup beradab adalah
hidup berkelompok sehingga kelompok akan memainkan peran yang penting di
sekolah.
4. Guru harus meyakini terhadap validitas dan urgensi dirinya
dengan cara bijaksana yaitu dengan memperhatikan prosedur yang demokratis. Guru
harus mengadakan pengujian secara terbuka terhadap fakta-fakta.
5. Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya
dengan tujuan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan krisis
budaya dewasa ini, dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial. Yang
penting dari sains sosial adalah mendorong kita untuk menemukan nilai-nilai,
yaitu manusia yang percaya atau tidak bahwa nilai-nilai itu bersifat universal.
6. Kita harus meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi pelajaran,
metode yang pakai, struktur administrasi, dan bagaimana guru dilatih. Semua itu
harus di bangun kembali bersesuaian dengan teori kebutuhan tentang sifat dasar
manusia secara rasional dan ilmiah. Kita harus menyusun kurikulum dimana
pokok-pokok dan bagiannya dihubungkan secara integral, tidak disajikan sebagai
suatu sekuensi komponen pengetahuan.
a. Macam-macam Pendekatan Rekonstruksionisme
Pendekatan ini juga disebut rekonstruksi sosial karena memfokus
kurikulum pada masalah-masalah penting yang dihadapi dalam masyarakat, seperti
polusi, ledakan penduduk, dan lain-lain. Dalam gerakan rekonstruksionisme
terdapat dua kelompok utama yang sangat berbeda pandangan tentang kurikulum,
yakni :
1. Rekonstruksionisme Konservatif
Aliran ini
menginginkan agar pendidikan ditujukan kepada peningkatan mutu kehidupan
individu maupun masyarakat dengan mencari penyelesaian masalah-masalah yang
paling mendesak yang dihadapi masyarakat, masalah-masalah dapat bersifat lokal
dan bersifat daerah nasional, regional dan internasional bagi pelajar SD sampai
dengan Perguruan Tinggi. Peranan guru sebagai orang yang menganjurkan perubahan
(agent of change) mendorong siswa menjadi partisipan aktif dalam proses
perbaikan masyarakat. Pendekatan kurikulum ini konsisten dengan Falsafah
Pragmatisme.
2. Rekonstruksionisme Radikal
Pendekatan ini
berpendapat bahwa banyak Negara mengadakan pembangunan dengan merugikan rakyat
kecil, yang miskin yang merupakan mayoritas masyarakat. Elite yang berkuasa
mengadakan tekanan terhadap massa yang tak berdaya melalui sistem pendidikan
yang diatur demi tujuan itu.
Golongan
radikal ini menganjurkan agar pendidikan formal maupun pendidikan nonformal
mengabdikan diri demi tercapainya orde sosial baru berdasarkan pembagian
kekuasaan dan kekayaan yang lebih adil dan merata. Mereka berpendapat bahwa
sekolah yang dikembangkan negara bersifat opresif dan tidak humanistik serta
digunakan sebagai alat golongan elit untuk mempertahankan status quo.
Untuk pendirian
yang saling bertentangan ini, baik yang konservatif maupun yang radikal
mempunyai unsur kesamaan. Mereka berasumsi bahwa masalah-masalah sosial adalah
hasil ciptaan manusia dan karena itu dapat diatasi oleh manusia. Sebaliknya
golongan radikal ingin merombak tata sosial yang ada dan menciptakan tata
sosial yang baru sama sekali untuk memperbaiki sistem lebih efisien.
b. Teori Pendidikan Rekonstruksionisme
a. Tujuan Pendidikan
1. Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama
untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat.
2. Tugas sekolah-sekolah rekonstruksionis adalah mengem-bangkan
”sarjana-sarjana” sosial, warga-warga negara yang mempunyai tujuan mengubah
secara radikal wajah masyarakat masa kini.
3. Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkit-kan
kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang
dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk meng-atasi masalah tersebut.
b. Metode pendidikan
Analisis kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan
kebutuhan-kebutuhan programatik untuk perbaikan. Dengan demikian menggunakan
metode pemecahan masalah, analisis kebutuhan, dan penyusunan program aksi
perbaikan masyarakat.
c. Kurikulum
berisi mata pelajaran-mata
pelajaran yang ber-orientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan.
Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan
politik yang dihadapi umat manusia, yang termasuk di dalamnya masalah-masalah
pribadi para peserta didik sendiri; dan program-program perbaikan yang
ditentukan secara ilmiah untuk aksi kolektif.
organisasi kurikulum
terbentuk dari cabang-cabang ilmu sosial dan proses-proses penyelidikan ilmiah
sebagai metode pemecahan masalah.
d. Pelajar
Siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia
pembangun masyarakat masa depan, dan perlu berlatih keras untuk menjadi
sarjana-sarjana sosial yang diperlukan untuk membangun masyarakat masa depan.
e. Pengajar/Tenaga Pendidik
Guru harus membuat para peserta didik menyadari masalah-masalah
yang dihadapi umat manusia, mambatu mereka merasa mengenali masalah-masalah
tersebut sehingga mereka merasa terikat untuk memecahkannya.
Guru harus terampil dalam membantu peserta didik menghadapi
kontroversi dan perubahan. Guru harus menumbuhkan cara berpikir yang
berbeda-beda sebagai suatu cara untuk menciptakan alternatif-alternatif
pemecahan masalah yang menjanjikan keberhasilannya.
Menurut Brameld (kneller,1971) teori pendidikan rekonstruksionisme
ada 5 yaitu:
a. Pendidikan harus di laksanakan di sini dan sekarang dalam rangka
menciptakan tata sosial baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar budaya kita,
dan selaras dengan yang mendasari kekuatan-kekuatan ekonomi, dan sosial
masyarakat modern.
b. Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati
dimana sumber dan lembaga utama dalam masyarakat dikontrol oleh warganya
sendiri.
c. Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh
kekuatan budaya dan sosial.
d. Guru harus menyakini terhadap validitas dan urgensi dirinya
dengan cara bijaksana memperhatikan prosedur yang demokratis
e. Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali secara
keseluruhan dengan tujuan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan
dengan krisis budaya dewasa ini, dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains
sosial yang mendorong kita untuk menemukan nilai-nilai manusia yang percaya
atau tidak bahwa nilai-nilai itu bersifat universal.
f. Meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode
yang dipakai, struktur administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih.
Sumber :
Nasution. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta ; PT. Bumi Aksara
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi
Aksara
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Pengembangan Kurikulum teori dan
Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Yulaelawati, Ella. 2004. Kurikulum dan pembelajaran Filosofi Teori
dan Prakrtek. Bandung : Pakar Raya
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran.2011. Kurikulum
Pembelajaran. Bandung : Raja Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar