Pengembangan
Komponen-Komponen Kurikulum
a.
Pengembangan
Komponen Tujuan Kurikulum
Tujuan kurikulum merupakan sasaran yang hendak
dicapai oleh suatu kurikulum. Karena itu tujuan dirumuskan sedemikian rupa
dengan mempertimbangkan berbagai faktor, seperti:
a) Tujuan
pendidikan nasional, karena tujuan ini menjadi landasan bagi setiap lembaga pendidikan
b) Kesesuaian
antara tujuan kurikulum dan tujuan lembaga pendidikan yang bersangkutan
c) Kesesuaian
tujuan kurikulum dengan kebutuhan masyarakat atau lapangan kerja, untuk mana
tenaga-tenaga akan dipersiapkan
d) Kesesuaian
tujuan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini
e) Kesesuaian
tujuan kurikulum dengan sistem nilai dan aspirasi yang berlaku dalam
masyarakat.
Hal ini menjadi penting, jika kita ingat
bahwa tujuan kurikulum pada gilirannya akan dijabarkan menjadi tujuan-tujuan
yang lebih spesifik. Sebagai pedoman dalam merumuskan tujuan kurikulum mungkin
ada baiknya kita menggunakan pandangan Bloom dkk. Yang terkenal dengan “Taxonomy of Educational Objectives”.
b.
Pengembangan
Komponen Belajar
Pandangan tentang belajar akan mendasari
kurikulum yang akan dilaksanakan. Kurikulum pada hakikatnya merupakan suatu
program belajar, artinya berdasarkan kurikulum maka disusunlah suatu program
belajar. Jadi kurikulum adalah suatu program belajar yang dengan sengaja dan
berencana untuk mencpai tujuan tertentu. Kebanyakan kurikulum didasarkan pada
prinsip belajar siswa aktif. Dalam hubungan itu ada beberapa prinsip belajar
yang dapat kita jadikan pegangan, yakni;
a) Belajar
senantiasa bertujuan
b) Belajar
beradasarkan kebutuhan dan motivasi siswa
c) Belajar
berarti mengorganisasi pengalaman
d) Belajar
memrlukan pemahaman
e) Belajar
bersifat keseluruhan (utuh atau umum), di samping khusus
f) Belajar
memerlukan ulangan dan latihan
g) Belajar
memperhatikan perbedaan individual
h) Belajar
harus bersifat kontinu
i)
Dalam proses belajar
senantiasa terdapat hambatan-hambatan
j)
Hasil belajar adalah
dalam bentuk perubahan perilaku siswa secara menyeluruh
Prinsip-prinsip
belajar tersebut umunya telah menjadi kesimpulan semua ahli psikologi belajar.
Karena itu prinsip-prinsip ini perlu dipertimbangkan dalam perencanaan
kurikulum.
c.
Pengembangan
Komponen Siswa (Subjek Didik)
Berhasil
tidaknya suatu kurikulum banyak tergantung pada kesesuaian isi kurikulum dan
pihak yang menyerapnya. Pengakuan pendidik terhadap anak sebagai individu yang
sedang berkembang, yang memiliki potensi untuk berkembang, yang berbeda satu
sama lainnya secara individual, yang mampu bereaksi dan berinteraksi, yang
mampu menerima, yang kreatif dan berusaha menemukan sendiri semuanya menjadi
bahan pertimbangan dalam menyusun kurikulum.
Pandangan
tentang siswa juga sangat berpengaruh terhadap penentuan strategi instruksional
di kelas. Bahkan patut pula diperhatikan, bahwa antara siswa satu sama lainnya
dalam kelompok/kelas yang sama sudah tentu berbeda-beda, baik secara horisontal
maupun secara vertikal. Kenyataan ini membawa implikasi yang jauh terhadap pembinaan
dan pengembangan kurikulum dan strategi belaj-mengajar.
d.
Pengembangan
Komponen Kemasyarakatan
Kurikulum
harus sejalan dengan tuntutan dalam pembangunan, maka masalahnya akan lebih
jelas. Kurikulum harus memberikan andilnya dalam membentuk tenaga pembangunan
yang kreatif, kritis dan inovatif, yang terampil dan produktif atau tenaga
pelaksana dalam lapangan kependudukan dan keluarga berencana yang melaksnakan
tugas-tugas masyarakat.
Untuk
mengetahui bagaimana keinginan, kebutuhan, tuntutan, masalah dan semua aspirasi
di masyarakat,sebaiknya dilakukan survey pendahuluan (survey lapangan dan
survei dokumenter).
e.
Pengembangan
Komponen Organisasi Materi Kurikulum
Sering
terjadi suatu kekliruan, yang tampaknya kurang berarti, tetapi ternyata besar
pengaruhnya. Kekeliruan itu adalah, perencanaan kurikulum langsung menentukan
isinya atau materi kurikulum. Penentuan materi itu didasarkan pada tersedianya
buku/diklat pelajaran tertentu. Kita lupa, bahwa materi/isi kurikulum yang
disusun itu adalah untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, bahwa kurikulum
yang direncanakan itu seharusnya mengikuti pola, organisasi tertentu.
Bentuk
organisasi kurikulum yang akan dipergunakan juga hendaknya memperhatikan
beberapa faktor, yakni: urutan bahan pelajaran, ruang lingkup dan penempatan
bahan pelajaran. Kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran, urutan bahan,
ruang lingkup dan penempatannya disesuaikan dengan karakteristik masing-masing
mata pelajaran tersebut. Tingkat kesulitan dan kemudahan misalnya untuk mata
pelajaran sejarah sudah tentu berbeda untuk mata pelajaran bahasa. Demikian
pula kekuasaan yang menentukan ruang lingkupnya serta penempatan bahan,
tentunya harus berbeda.
Prosedur Manajemen Pengembangan Kurikulum
a.
Proses
Kurikulum
Betapa pentingnya peranan guru dalam kerangka
pengembangan kurikulum. Pada dasarnya kurikulum merupakannsuatu perangkat
lengkap yang menjadi dasar bagi guru dalam membuat semua keputusannya di
sekolah. Karena itu wajar jika setiap guru memiliki kemampuan bagaimana
membentuk atau menyusun kurikulum berdasarkan suatu proses logis, sehingga
mereka dapat menyediakan hal-hal yang dinilai terbaik pada saat itu untuk
disampaikan pada siswanya. Sebaliknya, jika guru tidak berpedoman pada
kurikulum yang mantap, maka keberhasilan pengajarannya akan menimbulkan
keraguan dan samar-samar.
Konsep
pengembangan kurikulum dapat diatikan dari dua jenis proses, yakni pengembangan
dalam arti perekayasaan (engineering)
dan pengembangan dalam arti konstruksi. Proses pengembangan dalam arti pertama,
terdiri dari empat tahap ialah menentukan fondai yakni dasar-dasar yang
diperlukan untuk mengembangkan kurikulum; konstruksi ialah mengembalikan model
kurikulum yang diharapkan berdasarkan fondasi tersebut; implementasi ialah
pelaksanaan kurikulum; dan evaluasi ialah menilai kurikulum secara komprehensif
dan sistematik.
Proses
pengembangan kurikulum dalam arti kedua, yakni proses pengembangan secara
mikro, yang pada garis besarnya melalui proses 4 kegiatan, yakni merancang
tujuan, merumuskan materi, menetapkan metode dan merancang evaluasi.
Pengembangan kurikulum berlandaskan manajemen, berarti melaksanakan kegaiatn
pengembangan kurikulum berdasarkan pola pikir manajemen atau berdasarkan proses
manajemen sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen, yang terdiri dari:
a. Perencanaan
kurikulum, yang dirancang berdasarkan analisis kebutuhan, menggunakan model
tertentu dan mengacu pada suatu desain kurikulum yang efektif
b. Pengorganisasian
kurikulum yang ditata baik secara struktural maupun secara fungsional
c. Implementasi
yakni pelaksanaan kurikulum di lapangan
d. Ketenagaan
dalam pengembangan kurikulum
e. Kontrol
kurikulum yang mencakup evaluasi
f. Mekanisme
pengembangan kurikulum secara menyeluruh
Proses
kurikulum meliputi semua pengalaman didalam lingkungan pendidikan, baik yang
direncanakan maupun yang tidak direncanakan, yang memiliki dampak terhadap
belajar dan pengembangan personal setiap individu siswa. Aspek yang
direncanakan dari proses kurikulum disebut kurikulum bukan internasional (unintentional curriculum). Ada empat
unsur yang saling berkaitan dengan proses kurikulum.
Pertama,
keputusan yang harus dibuat mengenai tujuan (umum dan khusus) yang hendak
dicapai oleh institusi pendidikan. Kedua,keputusan tentang isi/materi pelajaran
yang sesuai yang diyakini untuk mencapai tujuan. Ketiga, setelah isi pelajaran
ditentukan, selanjutnya dipilih metode-metode mengajar yang berguna untuk
mengorganisasi dan menyampaikan isi (content) tersebut.
b.
Mekanisme
Pengembangan Kurikulum
Tahap
1: Studi kelayakan dan kebutuhan
Pengembangan
kurikulum melakukan kegiatan analisis kebutuhan program dan merumuskan
dasar-dasar pertimbangan bagi pengembangan kurikulum tersebut. Untuk itu si
pengembang perlu melakukan studi dokumentasi dan studi lapangan.
Tahap
2: Penyusunan konsep awal perencanaan kurikulum
Konsep
awal ini dirumuskan berdasarkan rumusan kemampuan, selanjutnya merumuskan
tujuan, isi, strategi pembelajaran sesuai dengan pola kurikulum sistemik.
Tahap
3: Pengembangan rencana untuk melaksanakan kurikulum
Penyusunan
rencanan ini mencakup penyusunan silabus pengembangan bahan pelajaran dan
sumber-sumber material lainnya.
Tahap
4: Pelaksanaan uji coba kurikulum di lapangan
Pengujian
kurikulum di lapangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keandalannya,
kemungkinan pelaksanaan dan keberhasilannya, hambatan dan masalah-masalah yang
timbul dan faktor-faktor pendukung yang tersedia dan lain-lain yang berkaitan
dengan pelaksanaan kurikulum.
Tahap
5: Pelaksanaan kurikulum
Ada
2 kegiatan yang perlu dilakukan ialah:
a) Kegiatan
desiminasi, yakni pelaksanaan kurikulum dalam lingkup sampel yang lebih luas
b) Pelaksanaan
kurikulum secara menyeluruh yang mencakup semua satuan pendidikan pada jenjang
yang sama.
Tahap
6: Pelaksanaan penilain dan pemantauan kurikulum
Selama
pelaksanaan kurikulum perlu dilakukan penilain dan pemantauan yang berkenaan
dengan desain kurikulum dan hasil pelaksanaan kurikulum serta dampaknya.
Tahap
7: Pelaksanaan perbaikan dan penyesuaian
Berdasarkan
penilaian dan pemantauan kurikulum diperoleh data dan informasi yang akurat,
yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan perbaikan pada
kurikulum tersebut bila diperlukan, atau melakukan penyesuaian kurikulum dengan
keadaan. Perbaikan dilakukan terhadap beberapa aspek dalam kurikulum tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar.
2007. “Manajemen Perkembangan Kurikulum”.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan
Pembelajaran. (2006). “Kurikulum dan Pembelajaran”. UPI Press Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar