Sabtu, 22 September 2012

Mitos Sebagai Landasan Perkembangan Pola Pikir

Sebelum pola pikir manusia berkembang pesat, terutama pemahaman filosofis kehidupan alamiah manusia serta berbagai pandangan tentang alam jagad raya ini.  Menurut kodratnya manusia adalah makhluk yang selalu ingin tahu terhadap seluruh yang dilakoninya. Konon, mitos - mitos yang berkembang merupakan metode untuk memahami segala sesuatu yang ada dan terjadi dialam jaga raya ini. Berbagai pertanyaan atas ketidaktahuan atas rasa penasaran manusia atas eksitensi jagad raya ini hanya dijawab oleh mitos.

 Ada kepercayaan bahwa bumi gelap, karena digenggam oleh raksasa yang sedang marah, dan manusia harus meredakan kemarahanyya dengan berbagai cara, misalnya : memberi sesaji dan persembahan lainnya yang terkadang mengorbankan nyawa manusia sebagai tumbal demi ketentraman hidup manusia yang mempercayai hal itu. Selain itu, cerita - cerita masa lalu berupa dongeng dan legenda dipercayai kebenarannya. Manusia berpikir bahwa semuanya adalah realitas bukan sekadar khayalan. Manusia mencoba untuk taat dan tunduk pada penguasa alam yang diyakini sebagai dewa yang menentukan nasib hidup manusia. 

Negara Indonesia yang pluralis kesukuannya atau ras etnisnya memiliki kebudayaan dan keyakinan agama yang beragam. Sarat dengan legenda dan mitos - mitos yang patut dijadikan pelajaran. Sebagaimana cerita Si Malin Kundang yang durhaka kepada ibunya, Siti Nurbaya yang menjadi korban otoritas ayahnya, dll. Secara filosofis , semua bukan sekedar mitos dan legenda yang penting diketahui, melainkan pesan-pesan yang tersirat didalamnya memberikan inspirasi berpikir pada perkembangan manusia, dari berpikir mitologis menuju berpikir yang empiris dan rasional. 

Legenda adalah salah satu contoh pola pikir masyarakat yang berkembang pada zamannya. Pengaruhnya sangat besar bagi kehidupan manusia karena didalamnya sarat dengan pesan - pesan religius. Bagi masyarakat, legenda atau mitos - mitos merupakan bagian dari kaidah kehidupan. Legenda dan keyakinan manusia terhadap mitos - mitos yang memberikan pesan - pesan religius sesungguhnya tidak disampaikan oleh untaian cerita dan kata - kata yang tanpa makna simbolan. Jika mempelajari tradisi perkembangan pemikiran di Yunani, Yunani memiliki kesusastraan sangat tinggi mulai personafikasi dan legenda, dongeng- dongeng dan teka – teki. 

Pola pikir manusia khususnya masyarakat Indonesia dalam beberapa hal tidak terlepas dari simbol - simbol dan idiom - idiom budaya yang dimitoskan. Pemanfaatan simbol dan idiom ini cenderung dijadikan sebagai pengikat ( hook ) atau keterkaitan batiniah seseorang dengan nenek moyangnya sebagai salah satu pembentukan jati diri bangsa. Simbol dan idiom budaya yang dimitoskan merupakan yang berkaitan dengan nilai moralnya ( Franz Magnis Suseno, 1995 : 27 ) .  Menurut Franz Magnis Suseno, salah satu simbol atau idiom budaya yang kerap dipakai dalam upaya membangun manusia Indonesia adalah kesenian wayang. Kesenian yang sarat dengan ajaran - ajaran dan nilai luhur ini merupakan sarana multidimensional yang dapat dikatakan lengkap. Karakter tokoh - tokoh pewayangan merupakan satu simbolisasi dari watak manusia, sedangkan cerita - cerita wayang merupakan pesan keteladanan untuk dihayati oleh masyarakat. 

Fabel , legenda, cerita rakyat, dongeng, anekdot atau kisah fiksi dan agama bukan semata- mata merupakan mitos dan tidak boleh disamakan dengan mitos. Akan tetapi semua itu melahirkan mitos dan membangun pola pikir manusia. Secara Fisologis, semua bukan sekadar mitos yang penting diketahui, melainkan pesan yang tersirat didalamnya memberikan inspirasi berpikir pada perkembangan manusia, dari berpikir mitologis menuju berpikir yang empiris dan rasional. Makna simbol yang terdapat pada Filsafat Jawa, misalnya lebih dipengaruhi oleh agama asli jawa atau paham pantheisme dan pengaruh agama –a gama yang berkembang di Jawa, misalnya Hindu, Budha, dan Islam. Salah satunya, seperti yang ditulis oleh koencoroningrat bahwa nenek moyang orang Jawa menganggap semua benda yang ada disekelilingnya itu bernyawa, dan semua yang bergerak dianggap hidup dan memiliki kekuatan gaib atau mempunyai roh yang berwatak baik maupun jahat. 

Budiono Herusatoto ( 1983 : 9 ) dalam bukunya Simbolisme dalam Budaya Jawa, mengelompokkan simbol - simbol religius yang mitos dalam tiga kelompok, yaitu : 

a.  Simbol religius yang terbenuk karena pengaruh zaman mitos atau disebut denga zaman kebudayaan asli Jawa
b.      Simbol religius yang terbentuk karena pengaruh zaman kebudayaan Hindu Budha
c.  Simbol religius yang terbentuk karena pengaruh zaman kebudayaan Hindu – jawa dengan kebudayaan Islam – Jawa

Ketiga kelompok tersebut berbaur menjadi adat istiadat atau tradisi dan budaya Jawa yang terpisahkan . Artinya : ketiga kelompok tersebut saling memengaruhi dalam perilaku dan pola berpikir orang Jawa yang terjadi karena terdapat kesamaan dalam memahami sesuatu yang ada antara agama asli ddan agama pendatang. 

            Setipa mitos ontologis memiliki makna - makna simbolik. Simbol nonverbal berkaitan dengan benda - benda, seperti keris, benda-benda pusaka, pepohonan, batu dan berbagai jenis binatang, sedangkan yang berkaitan langsung dengan aspek kehidupan manusia dimaknakan sebagai isyarat lahiriah dan batiniah ( Linus Suryadi, 1993 : 78 ). Sejarah Mitos adalah bagian dari hakikat kehidupan manusia sejak manusia dilahirkan kedunia. Adapun hal – hal yang sangat penting dari mitos adalah sebagi berikut : 

      1.      Mitos diperlukan untuk menunjang sistem nilai hidup manusia.
      2.      Mitos dapat memberi kejelasan tentang eksitensi manusia dalam hubungannya dengan alam sekitar.
      3.      Mitos dapat memberi kejelasan tentang bentuk hubungan yang baik antra sesama       
    4.      Mitos adalah pencerahan masyarakat yang hidup di masa lalu dalam meneukan jawaban – jawaban atas masalah yang disebabkan oleh situasi dan kondisi alam. Karena mitos adalah pandanagn manusia tentanag berbagai gejala alam yang merupakan jawaban yang cerdas sesuai denagn kapasitasnya.

Dunia mitos Yunani Kuno telah berhasil melahirkan sejumlah Filsuf yang tingkat pengaruhnya tidak terkalahkan oleh Filsuf yang lahir pada abad modern, sebuah era yang sering diasosiasi sebagai end of history. Filsuf besar Yunani pada abad ke - 6 samapi abad   ke - 4 SM, mejadi titik kunci pemikiran Fisuf dan saintis modern. 

            Perkembangan pola pikir manusia berevolusi secara bertahap mengikuti berbagai kejadian dan pengalaman yang setiap hari silih berganti. Di Indonesia , pola pikir nenek moyang kita mengalami perubahan seoiralaman yang setiap hari silih berganti. Di Indonesia , pola pikir nenek moyang kita mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman, ilmu, dan pengetahuan. Agama - agama yang berkembang yang kemudian dianut pun demikian , seperti adanya animisme dan dinamisme. Kepercayaa  terhadap roh – roh nenek moyang dan para penguasa alam jagat raya ini dengan wilayahnya masing - masing. Dari sini kemudian muncul keyakinan terhadap para dewa, yaitu adanya dewa air, dewa langit, dewa ular, dewa cinta, dewa api dan dewa - dewa lainnya yang memiliki otoritas berbeda - beda.


DAFTAR PUSTAKA


Herabudin. 2010. Ilmu Alamiah Dasar, Bandung : CV Pustaka Setia

Ahmad, dkk. 1991. Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Rineka Cipta.

Heri, Punama. 2001. Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: PT Rineka cipta

Tidak ada komentar:

Kisah Mata Air Keabadian

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada d...