Sebelum pola pikir manusia berkembang pesat, terutama
pemahaman filosofis kehidupan alamiah manusia serta berbagai pandangan tentang
alam jagad raya ini. Menurut kodratnya
manusia adalah makhluk yang selalu ingin tahu terhadap seluruh yang
dilakoninya. Konon, mitos - mitos yang berkembang merupakan metode untuk
memahami segala sesuatu yang ada dan terjadi dialam jaga raya ini. Berbagai
pertanyaan atas ketidaktahuan atas rasa penasaran manusia atas eksitensi jagad
raya ini hanya dijawab oleh mitos.
Ada kepercayaan
bahwa bumi gelap, karena digenggam oleh raksasa yang sedang marah, dan manusia
harus meredakan kemarahanyya dengan berbagai cara, misalnya : memberi sesaji dan
persembahan lainnya yang terkadang mengorbankan nyawa manusia sebagai tumbal
demi ketentraman hidup manusia yang mempercayai hal itu. Selain itu, cerita - cerita masa lalu berupa dongeng dan
legenda dipercayai kebenarannya. Manusia berpikir bahwa semuanya adalah
realitas bukan sekadar khayalan. Manusia mencoba untuk taat dan tunduk pada
penguasa alam yang diyakini sebagai dewa yang menentukan nasib hidup manusia.
Negara Indonesia yang pluralis kesukuannya atau ras
etnisnya memiliki kebudayaan dan keyakinan agama yang beragam. Sarat dengan
legenda dan mitos - mitos yang patut dijadikan pelajaran. Sebagaimana cerita Si
Malin Kundang yang durhaka kepada ibunya, Siti Nurbaya yang menjadi korban
otoritas ayahnya, dll. Secara filosofis , semua bukan sekedar mitos dan legenda
yang penting diketahui, melainkan pesan-pesan yang tersirat didalamnya
memberikan inspirasi berpikir pada perkembangan manusia, dari berpikir
mitologis menuju berpikir yang empiris dan rasional.
Legenda adalah salah satu contoh pola pikir masyarakat
yang berkembang pada zamannya. Pengaruhnya sangat besar bagi kehidupan manusia
karena didalamnya sarat dengan pesan - pesan religius. Bagi masyarakat, legenda
atau mitos - mitos merupakan bagian dari kaidah kehidupan. Legenda dan
keyakinan manusia terhadap mitos - mitos yang memberikan pesan - pesan religius
sesungguhnya tidak disampaikan oleh untaian cerita dan kata - kata yang tanpa
makna simbolan. Jika mempelajari tradisi perkembangan pemikiran di Yunani,
Yunani memiliki kesusastraan sangat tinggi mulai personafikasi dan legenda,
dongeng- dongeng dan teka – teki.
Pola pikir manusia khususnya masyarakat Indonesia dalam
beberapa hal tidak terlepas dari simbol - simbol dan idiom - idiom budaya yang
dimitoskan. Pemanfaatan simbol dan idiom ini cenderung dijadikan sebagai
pengikat ( hook ) atau keterkaitan batiniah seseorang dengan nenek moyangnya
sebagai salah satu pembentukan jati diri bangsa. Simbol dan idiom budaya yang
dimitoskan merupakan yang berkaitan dengan nilai moralnya ( Franz Magnis
Suseno, 1995 : 27 ) . Menurut Franz
Magnis Suseno, salah satu simbol atau idiom budaya yang kerap dipakai dalam
upaya membangun manusia Indonesia adalah kesenian wayang. Kesenian yang sarat dengan
ajaran - ajaran dan nilai luhur ini merupakan sarana multidimensional yang
dapat dikatakan lengkap. Karakter tokoh - tokoh pewayangan merupakan satu
simbolisasi dari watak manusia, sedangkan cerita - cerita wayang merupakan
pesan keteladanan untuk dihayati oleh masyarakat.
Fabel , legenda, cerita rakyat, dongeng, anekdot atau
kisah fiksi dan agama bukan semata- mata merupakan mitos dan tidak boleh
disamakan dengan mitos. Akan tetapi semua itu melahirkan mitos dan membangun
pola pikir manusia. Secara Fisologis, semua bukan sekadar mitos yang penting
diketahui, melainkan pesan yang tersirat didalamnya memberikan inspirasi
berpikir pada perkembangan manusia, dari berpikir mitologis menuju berpikir
yang empiris dan rasional. Makna simbol yang terdapat pada Filsafat Jawa,
misalnya lebih dipengaruhi oleh agama asli jawa atau paham pantheisme dan
pengaruh agama –a gama yang berkembang di Jawa, misalnya Hindu, Budha, dan
Islam. Salah satunya, seperti yang ditulis oleh koencoroningrat bahwa nenek
moyang orang Jawa menganggap semua benda yang ada disekelilingnya itu bernyawa,
dan semua yang bergerak dianggap hidup dan memiliki kekuatan gaib atau
mempunyai roh yang berwatak baik maupun jahat.
Budiono Herusatoto ( 1983 : 9 ) dalam bukunya Simbolisme
dalam Budaya Jawa, mengelompokkan simbol - simbol religius yang mitos dalam
tiga kelompok, yaitu :
a. Simbol religius yang terbenuk karena pengaruh
zaman mitos atau disebut denga zaman kebudayaan asli Jawa
b.
Simbol religius yang terbentuk karena pengaruh
zaman kebudayaan Hindu Budha
c. Simbol religius yang terbentuk karena pengaruh
zaman kebudayaan Hindu – jawa dengan kebudayaan Islam – Jawa
Ketiga kelompok tersebut berbaur menjadi adat istiadat atau tradisi dan
budaya Jawa yang terpisahkan . Artinya : ketiga kelompok tersebut saling
memengaruhi dalam perilaku dan pola berpikir orang Jawa yang terjadi karena
terdapat kesamaan dalam memahami sesuatu yang ada antara agama asli ddan agama
pendatang.
Setipa mitos ontologis
memiliki makna - makna simbolik. Simbol nonverbal berkaitan dengan benda -
benda, seperti keris, benda-benda pusaka, pepohonan, batu dan berbagai jenis
binatang, sedangkan yang berkaitan langsung dengan aspek kehidupan manusia
dimaknakan sebagai isyarat lahiriah dan batiniah ( Linus Suryadi, 1993 : 78 ). Sejarah Mitos adalah bagian dari
hakikat kehidupan manusia sejak manusia dilahirkan kedunia. Adapun hal – hal
yang sangat penting dari mitos adalah sebagi berikut :
1.
Mitos diperlukan untuk menunjang sistem nilai
hidup manusia.
2.
Mitos dapat memberi kejelasan tentang
eksitensi manusia dalam hubungannya dengan alam sekitar.
3.
Mitos dapat memberi kejelasan tentang bentuk
hubungan yang baik antra sesama
4.
Mitos adalah pencerahan masyarakat yang hidup
di masa lalu dalam meneukan jawaban – jawaban atas masalah yang disebabkan oleh
situasi dan kondisi alam. Karena mitos adalah pandanagn manusia tentanag
berbagai gejala alam yang merupakan jawaban yang cerdas sesuai denagn
kapasitasnya.
Dunia mitos Yunani Kuno telah berhasil melahirkan sejumlah Filsuf yang
tingkat pengaruhnya tidak terkalahkan oleh Filsuf yang lahir pada abad modern,
sebuah era yang sering diasosiasi sebagai end of history. Filsuf besar Yunani
pada abad ke - 6 samapi abad ke - 4 SM,
mejadi titik kunci pemikiran Fisuf dan saintis modern.
Perkembangan
pola pikir manusia berevolusi secara bertahap mengikuti berbagai kejadian dan
pengalaman yang setiap hari silih berganti. Di Indonesia , pola pikir nenek
moyang kita mengalami perubahan seoiralaman yang setiap hari silih berganti. Di
Indonesia , pola pikir nenek moyang kita mengalami perubahan seiring dengan
perkembangan zaman, ilmu, dan pengetahuan. Agama - agama yang berkembang yang
kemudian dianut pun demikian , seperti adanya animisme dan dinamisme.
Kepercayaa terhadap roh – roh nenek
moyang dan para penguasa alam jagat raya ini dengan wilayahnya masing - masing.
Dari sini kemudian muncul keyakinan terhadap para dewa, yaitu adanya dewa air,
dewa langit, dewa ular, dewa cinta, dewa api dan dewa - dewa lainnya yang memiliki
otoritas berbeda - beda.
DAFTAR PUSTAKA
Herabudin.
2010. Ilmu Alamiah Dasar, Bandung :
CV Pustaka Setia
Ahmad,
dkk. 1991. Ilmu Alamiah Dasar,
Jakarta: Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar