Selasa, 18 September 2012

Kecerdasan Dalam Psikologi Agama


Pengertian Kecerdasan

Kecerdasan (intelligence/al-dzaka) menurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan dan kesempurnaan sesuatu. 

Dalam arti, kemampuan dalam memahami sesuatu secara cepat dan sempurna. Begitu cepat penangkapannya itu sehingga Ibnu Sina menyebut kecerdasan sebagai kekuatan intuitif.

Menurut J.P. Chaplin kecerdasan memiliki tiga definisi, yaitu:
Ò  Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.
Ò  Kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, yang meliputi empat unsur, seperti memahami, berpendapat, mengontrol dan mengeritik.
Ò  Kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar cepat sekali.

Piaget (1970) mendefinisikan kecerdasan sebagai pikiran atau tindakan adaptif. 

Disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan adaptasi dan berpikir abstrak dan menyelesaikan masalah secara cepat dan efektif

Macam-Macam Kecerdasan
Awalnya kecerdasan hanya bersentuhan dengan aspek-aspek kognitif.
Pada perkembangan selanjutnya, terdapat struktur kalbu yang perlu mendapat tempat tersendiri untuk menumbuhkan aspek-aspek afektif,seperti kehidupan emosional, moral, spiritual, dan agama.

1.      Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ

Intelligence Quotient adalah potensial seseorang untuk mempelajari sesuatu dengan menggunakan alat-alat berfikir (dengan kata lain sangat  berhubungan dengan proses kognitif )

Kecerdasan Ini terletak di Otak bagian Cortex (kulit otak). 

Kecerdasan ini adalah sebuah kecerdasan yang memberikan seseorang kemampuan untuk : berhitung, beranalogi, berimajinasi dan memiliki daya kreasi serta Inovasi (pembaharuan). atau lebih tepatnya diungkapkan oleh para pakar psikologi dengan “What I Think” (apa yang saya pikirkan).

2.      Kecerdasan Emosi (Emotional Quotient/EQ)

Kecerdasan emosional menurut Ary Ginanjar Agustian adalah seseorang  yang memiliki ketangguhan, inisiatif, optimisme, dan kemampuan beradaptasi.

Hal yang senada di kemukakan oleh Goleman bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melaluiketerampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

3.      Kecerdasan Moral ( Moral Quotient/MQ)

Kecerdasan moral atau yang biasa dikenal dengan MQ ( bahasa Inggris:moral quotient ) adalah kemampuan seseorang untuk membedakan mana yang benar dari mana yang salah berdasarkan keyakinan yang kuat akan etika dan menerapkannya dalam tindakan.

Kecerdasan ini dipopulerkan oleh Robert Coles, seorang psikiater anak dan peneliti di Hardvard University Health Services dan profesor psikiatri sertailmu-ilmu kemanusiaan medis pada Harvard Medical School. 

Ia mengatakan bahwa pertama kali ia mendengar istilah “kecerdasan moral” dari Austin Mcintosh, seorang dokter anak. Coles kemudian tertarik untuk mengembangkan jenis kecerdasan ini melalui penelitiannya yang dilakukan selama lebih dari 30tahun.

Ia mengemukakan bahwa kecerdasan moral seolah-olah bidang ketiga dari kegiatan otak (setelah kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional) yang berhubungan dengan kemampuan yang tumbuh perlahan-lahan untuk merenungkan mana yang benar dan mana yang salah, dengan menggunakan sumber emosional dan intelektual pikiran manusia.

Kecerdasan moral tidak dapat dicapai dengan cara menghafal atau mengingat kaidah atau aturan yang dipelajari didalam kelas, melainkan membutuhkan interaksi dengan lingkungan luar .

4.      Kecerdasan Spiritual ( Spiritual Quotient/SQ)

Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan temuan terkini secara ilmiah yang pertama kali digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall. Akan tetapi SQtersebut belum atau bahkan tidak menjangkau ketuhanan. Pembahasannya baruse batas tataran biologi atau psikologi semata.

Menurut Munandir (2001 : 122) kecerdasan spritual tersusun dalam duakata yaitu “kecerdasan” dan “spiritual”. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang menuntut kemampuan fikiran. 

Berbagai batasan-batasan yang dikemukakan oleh para ahli didasarkan pada teorinya masing-masing. Selanjutnya Munandir menyebutkan bahwa Intelegence dapat pula diartikan sebagai kemampuan yang berhubungan dengan abstraksi-abstraksi, kemampuan mempelajari sesuatu, kemampuan menangani situasi-situasi baru.

Singkatnya definisi kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna,nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup, karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan. Sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki.

5.      Kecerdasan Qalbiah/Kecerdasan Beragama

Setiap kita meyakini betul bahwa hati menunjukkan sentral kualitas aktivitas keseharian manusia. Hatilah yang mengendalikan segala tingkah laku otak (termasuk seluruh tubuh). Otak memang bekerja mengirimkan pesan, tetapi di dalam hatilah pesan tersebut diolah. Ketika hati seseorang jernih, ia akan mampu menerjemahkan pesan tersebut dengan jelas, terang benderang, positif. Sebaliknya, ketika hati sedang gelap gulita, maka proses penerjemahan pesanmenjadi keruh, emosional, dan merusak. Maka mereka yang hatinya kotor, mengidap beragam penyakit hati, tindak tanduknya niscaya cenderung meresahkan orang lain, bahkan membahayaka dirinya sendiri.

sebuah hadis Nabi yang mengatakan : “Sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, seluruh tubuh menjadi baik. Tapi bila rusak, semua tubuh menjadi rusak pula. Ingatlah bahwa ia adalah kalbu” (HR. Bukhari).

al-Ghazali mendefinisikan qalbu menjadi dua. Pertama, qalbu jasmani yaitu segumpal daging yang terletak di dada sebelah kiri atau disebut jantung (heart). Kedua, qalbu rohani, yaitu sesuatu yang bersifat halus (lathifi), rabbani, dan ruhani. Qalbu jasmani berfungsi megatur peredaran darah serta segala perangkat tubuh manusia. Sementara qalbu rohani berperan sebagai pemandu dan pengendali struktur jiwa (nafs). Bila kedua fungsi qalbu ini berjalan normal dan baik maka kehidupan manusia akan baik, dan berjalan sesuai fitrahnya

Kesimpulannya, kecerdasan beragama adalah kecerdasan qalbu yang menghubungkan dengan kualitas beragama dan ketuhanan. Kecerdasan inimengarahkan pada seseorang untuk berperilaku secara benar, yang puncaknya menghasilkan ketaqwaan secara mendalam, denagn dilandasi oleh enam kompetensi keimanan, lima kompetensi keislaman, dan multi kompetensi ihksan.

Bentuk kecerdasan qalbiah yaitu :

Ò  Kecerdasan ihkbat, yaitu kondisi qalbu yang memiliki kerendahandan kelembutan hati, merasa tenang dan khusyu dihadapan Allah, dan tidak menganiaya orang lain.  

Ò  Kecerdasan zuhud. Secara harfiah zuhud berarti berpaling, menganggap hina dan kecil, serta tidak merasa butuh terhadap sesuatu

Ò   Kecerdasan wara’. Wara’ adalah mejaga diri dari perbuatan yang tidak baik, yang dapat menurunkan derajat dan kewibawaan diri seseorang.

Ò   Kecerdasan dalam berharap baik (Raja’). Raja’ ialah berharap terhadap sesuatu kebaikan terhadap Allah SWT dengan disertai usaha yang sungguh-sungguh dan tawakkal. Hal itu tentunya berbeda dengan al-Tamanni (angan-angan), sebab merupakan harapan dengan bermalas-malasan tanpa disertai dengan usaha.

Ò  Kecerdasan Ri’ayah. Ialah memelihara pengetahuan yang pernah diperoleh dan mengaplikasikannya dengan perilaku nyata. Ilmu tanpa amal ibarat pohon tanpa buah, ilustrasi ini menunjukkan bahwa pendekatan perolehan ilmu bukan hanya melalui fakultas piker belaka, tapi juga harus menyertakan fakulta dzikir. 

Ò  Menurut Ibnu Qayyim, orang yang telah berilmu memiliki tiga tingkat; pertama, Riwayah yaitu seseorang yang hanya sekedar menerima dan meriwayatkan ilmu pengetahuan dari orang lain. Kedua, Dirayah, yaitu orang yang berusaha memahami, menganalisa, mengkritisi, dan memikirkan maknanya. Ketiga, Riayah, yaitu orang yang mengaplikasi apa yang diketahui melalui perbuatan nyata.

Ò   Kecerdasan Muqorrobah. Yaitu berarti kesadaran seseorang bahwa Allah SWT mengetahui dan mengawasi apa yang dipikirkan, dirasakan, dan diperbuatnya baik lahir maupun batin. Sehingga tidak sedetikpun waktu yang terbuang untuk mengingat-Nya.

Ò  kecerdasan Ikhlas. Yaitu kemurnian dan ketaatan yang ditujukan kepada Allah semata, dengan cara membersihkan perbuatan baik lahir maupun batin.

Ò  Ibnu Qayyim, ikhlas dibagi kedalam tiga tingkat; pertama, tidak menganggap bernilai lebih terhadap perbuatan yang dilakukan. Kedua, merasa malu terhadap perbuatan yang telah dilakukan sambil berusaha sekuat tenaga untuk memperbaikinya. Ketiga, keihklasan dalam berbuat yang didasarkan atas ilmu dan hukum-hukum-Nya.

Ò  kecerdasan istiqomah. Ialah berarti melakukan suatu pekerjaan baik melalui prinsip kontinuitas dan keabadian. 

Ò  Ibnu Qoyyim membagi istiqomah dalam tiga tingkatan; Pertama, istiqomah dalam arti kesederhanaan dalam bersungguh-sungguh, Kedua, Istiqomah keadaan, Ketiga, istiqomah dengan cara tidak menganggap berarti istiqomah yang pernah dilakukan, sehingga ia terus berusaha untuk beristiqomah pada jalan yang benar.

Ò  Kecerdasan Tawakkal, yaitu menyerahkan diri sepenuh hati, sehingga tiada beban psikologis yang dirasakan. Dalam hal ini tawakkal yang dimaksud adalah mewakili atau menyerahkan semua urusan kepada Allah SWT,sebagai Zat yang mampu menyelesaikan semua urusan. Tawakkal menghindarkan seseorang dari sikap meterialis, dikatakan demikian karena tawakkal menuntut seseorang untuk menggunakan harta benda secukupnya, meskipun batas kecukupan itu relatif. 

Ò  Kecerdasan Sabar. Berarti menahan, maksudnya menahan diridari hal-hal yang dibenci dan menahan lisan agar tidak mengeluh

Ò  Ibnu Qayyim terbagi atas dua macam pengertian; Pertama, sabar adalah menahan diri dari segala yang tidak menyenangkan, Kedua sabar adalah ketabahan yang disertai sikap berani, melawan dan menentang terhadap sesuatu yang menimpa

Cara Menumbuhkan Kecerdasan

Ò  Mengadakan evaluasi diri

Ò  Menetapkan cita-cita atau sasaran hidup

Ò  Membangun suatu kebiasaan hidup cerdas

Ò  Membangun sikap keterbukaan-kritis

Ò  Membangun sikap belajar positif terhadap apapun yang kita alami

Ò  Memangun sikap yang rendah hati

Tidak ada komentar:

Kisah Mata Air Keabadian

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada d...