Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan (intelligence/al-dzaka) menurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan dan
kesempurnaan sesuatu.
Dalam arti, kemampuan dalam memahami sesuatu secara cepat dan sempurna.
Begitu cepat penangkapannya itu sehingga Ibnu Sina menyebut kecerdasan
sebagai kekuatan intuitif.
Menurut J.P. Chaplin kecerdasan memiliki tiga definisi, yaitu:
Ò Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap
situasi baru secara cepat dan efektif.
Ò Kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, yang
meliputi empat unsur, seperti memahami, berpendapat, mengontrol dan mengeritik.
Ò Kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar cepat
sekali.
Piaget (1970) mendefinisikan kecerdasan sebagai pikiran atau tindakan
adaptif.
Disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan adaptasi dan berpikir abstrak
dan menyelesaikan masalah secara cepat dan efektif
Macam-Macam Kecerdasan
Awalnya kecerdasan hanya bersentuhan dengan aspek-aspek kognitif.
Pada perkembangan selanjutnya, terdapat struktur kalbu yang perlu
mendapat tempat tersendiri untuk menumbuhkan aspek-aspek afektif,seperti kehidupan
emosional, moral, spiritual, dan agama.
1.
Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ
Intelligence Quotient adalah potensial seseorang untuk mempelajari sesuatu
dengan menggunakan alat-alat berfikir (dengan kata lain sangat
berhubungan dengan proses kognitif )
Kecerdasan Ini terletak di Otak bagian Cortex (kulit otak).
Kecerdasan ini adalah sebuah kecerdasan yang memberikan seseorang kemampuan
untuk : berhitung, beranalogi, berimajinasi dan memiliki daya kreasi serta
Inovasi (pembaharuan). atau lebih tepatnya diungkapkan oleh para pakar
psikologi dengan “What I Think” (apa yang saya pikirkan).
2.
Kecerdasan Emosi (Emotional Quotient/EQ)
Kecerdasan emosional menurut Ary Ginanjar Agustian adalah seseorang yang memiliki ketangguhan, inisiatif,
optimisme, dan kemampuan beradaptasi.
Hal yang senada di kemukakan oleh Goleman bahwa kecerdasan emosional adalah
kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage
our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi
dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression)
melaluiketerampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati
dan keterampilan sosial.
3.
Kecerdasan Moral ( Moral Quotient/MQ)
Kecerdasan moral atau yang biasa dikenal dengan MQ ( bahasa Inggris:moral
quotient ) adalah kemampuan seseorang
untuk membedakan mana yang benar dari
mana yang salah berdasarkan keyakinan yang kuat akan etika dan menerapkannya dalam
tindakan.
Kecerdasan ini dipopulerkan oleh Robert Coles, seorang psikiater
anak dan peneliti di Hardvard University Health Services dan profesor
psikiatri sertailmu-ilmu kemanusiaan medis pada Harvard Medical School.
Ia mengatakan bahwa pertama kali ia mendengar istilah “kecerdasan
moral” dari Austin Mcintosh, seorang dokter anak. Coles kemudian tertarik untuk
mengembangkan jenis kecerdasan ini melalui penelitiannya yang dilakukan
selama lebih dari 30tahun.
Ia mengemukakan bahwa kecerdasan moral seolah-olah bidang ketiga dari
kegiatan otak (setelah kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional) yang
berhubungan dengan kemampuan yang tumbuh perlahan-lahan untuk merenungkan
mana yang benar dan mana yang salah, dengan menggunakan sumber emosional dan
intelektual pikiran manusia.
Kecerdasan moral tidak dapat dicapai dengan cara menghafal atau mengingat
kaidah atau aturan yang dipelajari didalam kelas, melainkan membutuhkan
interaksi dengan lingkungan luar .
4.
Kecerdasan Spiritual ( Spiritual Quotient/SQ)
Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan temuan terkini secara ilmiah
yang pertama kali digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall. Akan tetapi
SQtersebut belum atau bahkan tidak menjangkau ketuhanan. Pembahasannya
baruse batas tataran biologi atau psikologi semata.
Menurut Munandir (2001 : 122) kecerdasan spritual tersusun dalam duakata
yaitu “kecerdasan” dan “spiritual”. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang menuntut kemampuan
fikiran.
Berbagai batasan-batasan yang dikemukakan oleh para ahli didasarkan
pada teorinya masing-masing. Selanjutnya Munandir menyebutkan
bahwa Intelegence dapat pula diartikan sebagai kemampuan yang berhubungan
dengan abstraksi-abstraksi, kemampuan mempelajari sesuatu, kemampuan menangani
situasi-situasi baru.
Singkatnya definisi kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap
manusia yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna,nilai, moral,
serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup,
karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan. Sehingga membuat manusia dapat
menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian,
dan kebahagiaan yang hakiki.
5.
Kecerdasan Qalbiah/Kecerdasan Beragama
Setiap kita meyakini betul bahwa hati menunjukkan sentral kualitas aktivitas
keseharian manusia. Hatilah yang mengendalikan segala tingkah laku otak
(termasuk seluruh tubuh). Otak memang bekerja mengirimkan pesan, tetapi di dalam
hatilah pesan tersebut diolah. Ketika hati seseorang jernih, ia akan mampu
menerjemahkan pesan tersebut dengan jelas, terang benderang,
positif. Sebaliknya, ketika hati sedang gelap gulita, maka proses penerjemahan
pesanmenjadi keruh, emosional, dan merusak. Maka mereka yang hatinya
kotor, mengidap beragam penyakit hati, tindak tanduknya niscaya
cenderung meresahkan orang lain, bahkan membahayaka dirinya sendiri.
sebuah hadis Nabi yang mengatakan : “Sesungguhnya di dalam tubuh terdapat
segumpal daging. Apabila ia baik, seluruh tubuh menjadi baik. Tapi bila rusak,
semua tubuh menjadi rusak pula. Ingatlah bahwa ia adalah kalbu” (HR. Bukhari).
al-Ghazali mendefinisikan qalbu menjadi dua. Pertama, qalbu jasmani yaitu
segumpal daging yang terletak di dada sebelah kiri atau disebut jantung (heart).
Kedua, qalbu rohani, yaitu sesuatu yang bersifat halus (lathifi), rabbani, dan
ruhani. Qalbu jasmani berfungsi megatur peredaran darah serta segala perangkat
tubuh manusia. Sementara qalbu rohani berperan sebagai pemandu dan pengendali
struktur jiwa (nafs). Bila kedua fungsi qalbu ini berjalan normal dan baik
maka kehidupan manusia akan baik, dan berjalan sesuai fitrahnya
Kesimpulannya, kecerdasan beragama adalah kecerdasan qalbu
yang menghubungkan dengan kualitas beragama dan ketuhanan. Kecerdasan inimengarahkan
pada seseorang untuk berperilaku secara benar, yang puncaknya menghasilkan
ketaqwaan secara mendalam, denagn dilandasi oleh enam kompetensi keimanan, lima
kompetensi keislaman, dan multi kompetensi ihksan.
Bentuk kecerdasan qalbiah yaitu
:
Ò Kecerdasan ihkbat, yaitu kondisi qalbu yang memiliki kerendahandan
kelembutan hati, merasa tenang dan khusyu dihadapan Allah, dan
tidak menganiaya orang lain.
Ò Kecerdasan zuhud. Secara harfiah zuhud berarti berpaling, menganggap hina
dan kecil, serta tidak merasa butuh terhadap sesuatu
Ò Kecerdasan wara’. Wara’ adalah mejaga
diri dari perbuatan yang tidak baik, yang dapat menurunkan derajat dan
kewibawaan diri seseorang.
Ò Kecerdasan dalam berharap baik (Raja’). Raja’
ialah berharap terhadap sesuatu kebaikan terhadap Allah SWT dengan disertai
usaha yang sungguh-sungguh dan tawakkal. Hal itu tentunya berbeda dengan
al-Tamanni (angan-angan), sebab merupakan harapan dengan
bermalas-malasan tanpa disertai dengan usaha.
Ò Kecerdasan Ri’ayah. Ialah memelihara pengetahuan yang pernah diperoleh dan
mengaplikasikannya dengan perilaku nyata. Ilmu tanpa amal ibarat pohon
tanpa buah, ilustrasi ini menunjukkan bahwa pendekatan perolehan
ilmu bukan hanya melalui fakultas piker belaka, tapi juga harus
menyertakan fakulta dzikir.
Ò Menurut Ibnu Qayyim, orang yang telah berilmu memiliki
tiga tingkat; pertama, Riwayah yaitu seseorang yang hanya sekedar menerima
dan meriwayatkan ilmu pengetahuan dari orang lain. Kedua, Dirayah, yaitu orang
yang berusaha memahami, menganalisa, mengkritisi, dan memikirkan maknanya.
Ketiga, Riayah, yaitu orang yang mengaplikasi apa yang diketahui melalui perbuatan
nyata.
Ò Kecerdasan Muqorrobah. Yaitu berarti
kesadaran seseorang bahwa Allah SWT mengetahui dan mengawasi apa yang
dipikirkan, dirasakan, dan diperbuatnya baik lahir maupun batin. Sehingga tidak
sedetikpun waktu yang terbuang untuk mengingat-Nya.
Ò kecerdasan Ikhlas. Yaitu kemurnian dan ketaatan yang ditujukan kepada Allah
semata, dengan cara membersihkan perbuatan baik lahir maupun batin.
Ò Ibnu Qayyim, ikhlas dibagi kedalam tiga tingkat; pertama,
tidak menganggap bernilai lebih terhadap perbuatan yang dilakukan. Kedua,
merasa malu terhadap perbuatan yang telah dilakukan sambil berusaha sekuat
tenaga untuk memperbaikinya. Ketiga, keihklasan dalam berbuat yang
didasarkan atas ilmu dan hukum-hukum-Nya.
Ò kecerdasan istiqomah. Ialah berarti melakukan suatu pekerjaan baik melalui
prinsip kontinuitas dan keabadian.
Ò Ibnu Qoyyim membagi istiqomah dalam tiga tingkatan; Pertama,
istiqomah dalam arti kesederhanaan dalam bersungguh-sungguh, Kedua,
Istiqomah keadaan, Ketiga, istiqomah dengan cara tidak menganggap berarti
istiqomah yang pernah dilakukan, sehingga ia terus berusaha untuk
beristiqomah pada jalan yang benar.
Ò Kecerdasan Tawakkal, yaitu menyerahkan diri sepenuh hati, sehingga tiada
beban psikologis yang dirasakan. Dalam hal ini tawakkal yang dimaksud adalah
mewakili atau menyerahkan semua urusan kepada Allah SWT,sebagai Zat yang mampu
menyelesaikan semua urusan. Tawakkal menghindarkan seseorang dari sikap meterialis,
dikatakan demikian karena tawakkal menuntut seseorang untuk menggunakan harta
benda secukupnya, meskipun batas kecukupan itu relatif.
Ò Kecerdasan Sabar. Berarti menahan, maksudnya menahan diridari hal-hal
yang dibenci dan menahan lisan agar tidak mengeluh
Ò Ibnu Qayyim terbagi atas dua macam pengertian; Pertama,
sabar adalah menahan diri dari segala yang tidak menyenangkan, Kedua sabar
adalah ketabahan yang disertai sikap berani, melawan dan menentang terhadap
sesuatu yang menimpa
Cara
Menumbuhkan
Kecerdasan
Ò Mengadakan evaluasi diri
Ò Menetapkan cita-cita atau sasaran hidup
Ò Membangun suatu kebiasaan hidup cerdas
Ò Membangun sikap keterbukaan-kritis
Ò Membangun sikap belajar positif terhadap apapun yang kita
alami
Ò Memangun sikap yang rendah hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar