Menurut Nana Syaodih
Sukmadinata, Pengembangan kurikulum bisa
berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction)
bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum improvement).
Sedangkan Modelmenurut Good dan Travers adalah abstraksi dunia nyata atau
representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis,
grafis, serta lambang-lambang lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa Pengembangan Model Kurikulum adalah suatu sistem
dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang dalam penyusunan
kurikulum yang baru ataupun penyempurnaan kurikulum yang telah ada yang
memberikan relevansi pada masa mendatang. Dan Nadler mengatakan bahwa model
yang baik adalah model yang dapat menolong sipenggguna untuk mengerti dan
memahami suatu proses yang mendasar dan menyeluruh.
Pengembangan kurikulum sendiri dapat dilihat sebagai proses membuat
keputusan program dan memperbaiki produk keputusan tersebut yang di dasarkan
pada kontinuitas evaluasi (Wiwik dalam Oliva 1992:160). Pengembangan kurikulum
ialah pada adanya kontinuitas evaluasi. Kaitannya dengan suatu sistem
pendidikan dan sistem pengelolaan yang dianutnya. Sukmadnata (1977:161)
mengungkap ada beberapa model pengembangan kurikulum, yaitu:
a.
The administrative model,
merupakan model yang gagasan pengembangannya datang dan para administrator dan
menggunakan prosedur administrasi
b.
The grass roots model
merupakan model yang inisiatif pengembangannya datang dan pengajar atau
sekolah.
c.
Beauchamps system
merupakan model yang dikembangkan oleh Beauchamp dengan mempertimbangkan lima
aspek yakni (1) arena (2) personalia (3) organisasi dan prosedur (4)
implementasi dan (5) evaluasi.
d.
The demonstration model,
merupakan model grass roots berskala kecil, yang dilakukan secara formal
ataupun kurang formal.
e.
Taba’s inverted model, model
pengembangan yang bersfat induktif.
f.
Rogers’s interpersonal relations model merupakan model pengembangan kurikulum dilihat dan perkembangan
dan perubanan inclividu
g.
The systematic action-reaserch model, model yang didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum
merupakan perubahan sosial.
h.
Emerging technical models,
suatu model pengembangan kurikulum yang dipengaruhi oleh perkembangan iptek
serta nilai efisiensi dan efektivitas dalam bisinis.
Model - model Pengembangan
Kurikulum :
1.
Model
Ralph Tyler
Model kurikulum yang dikemukakan Tyler (1949) diajukan berdasarkan
pada beberapa pertanyaan yang mengarah pada langkah – langkah dalam
pengembangan kurikulum. Pertanyaan – pertanyaan tersebut adalah :
1.
Tujuan
Pendidikan apa yang harus dicapai oleh Sekolah ?
2.
Pengalaman
– pengalaman pendidikan apakah yang semestinya diberikan untuk mencapai tujuan
pendidikan ?
3.
Bagaimanakah
pengalaman – pengalaman pendidikan sebaiknya diorganisasikan ?
4.
Bagaimana
menentukan bahwa tujuan telah tercapai ?
Oleh
karena itu, menurut Tyler ada empat tahap yang harus dilakukan dalam
pengembangan kurikulum, yang meliputu :
1.
Menentukan
tujuan pendidikan.
2.
Menentukan
proses pembelajaran yang harus dilakukan .
3.
Menentukan
organisasi pengalaman belajar .
4.
Menentukan
evalusi pembelajaran .
Penjelasan setiap tahapan model
pengembangan kurikulum Tyler :
Ø Menentukan Tujuan Pendidikan
Tujuan Pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus
dicapai dalam program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendidikan harus
menggambarkan perilaku akhir setelah peserta didik mengikuti program
pendidikan, sehingga tujuan tersebut harus dirimuskan secara jelas sampai pada
rumusan tujuan khusus guna mempermudah pencapaian tujuan tersebut. Ada tiga
aspek yang harus dipertimbangkan sebagia sumber dalam penentuan tujuan menurut
Tyler : hakikat peserta didik, kehidupan masyarakat masa kini, pandangan para
ahli bidang studi.
Ketiga aspek tersebut harus dipertimbangkan dalam penentuan tujuan
pendidikan tujuan umum. Ada lima faktor menjadi arah penentuan tujuan
pendidikan , yaitu pengembangan kemampuan berpikir, membantu memperoleh
informasi, pengembangan sikap kemasyarakatan, pengembangan minat peserat didik
dan pengembangan sikap sosial.
Ø Menentukan Proses Pembelajaran
Setelah penetapan tujuan, selanjutnya adalah menentukan proses
pembelajaran apa yang paling cocok dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan proses pembelajaran
adalah persepsi dan latar belakang kemampuan peserta didik. Artinya ,
pengalaman yang sudah dimiliki siswa harus menjadi bahan pertimbangan dalam
menentukan proses pembelajaran selanjutnya.
Dalam proses pembelajaran akan terjadi interaksi antara peserta
didik dengan lingkungan atau sumber belajar yang tujuannya untuk membentuk
sikap, pengetahuan dan keterampilan sehingga menjadi perilakuyang utuh. Oleh
karena itu, ketetapan dalam pemilihan proses pembelajaran sangat menentukan
dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Ø Menentukan Organisasi pengalaman Belajar
Setelah proses pembelajaran ditentukan, selanjutnya menentukan
organisasi pengalaman belajar. Pengalaman belajar didalamnya mencapai tahapan –
tahapan belajar dan isi atau materi belajar . Bahan yang harus dipelajari
peserta didik dan pengalaman belajar apa yang harus dilakukan, diorganisasi
sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan dalam pencapaian tujuan .
Ø Menentukan Evaluasi pembelajaran
Menentukan jenis evalatan akhir dalam model Tyler. Jenis penilaian
yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan
pendidikan atau pembelajaran, materi pembelajaran dan proses belajar yang telah
ditetapkan sebelumnya. Agar penetapan jenis evaluasi bisa tepat, maka para
pengembang kurikulum disamping harus memperhatikan komponen – komponen kurikulum
lainnya, juga harus memperhatikan prinsip - prinsip evaluasi yang ada.
2.
Model
Administratif
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan
paling banyak dikenal. Model administratif sering pula disebut sebagai model
“garis staf” (line staff) atau “dari atas ke bawah” (top down), karena
inisiatif dan gagasan dari pada administrator pendidikan dan menggunakan
prosedur administrasi. Model admistratif pengembangan kurikulum menggunakan
prosedur atas-bawah, lini staf (Topdown, line-staff procedure). Inisiatif
pengembangan kurikulum dimulai dari pejabat tingkat atas (Superintendent). Pejabat
tersebut membuat keputusan tentang kebutuhan suatu program pengembangan
kurikulum dan implementasinya, lalu mengadakan pertemuan dengan staf lini
(bawahannya) dan meminta dukungan dari dewan pendidikan (Board of education).
Langkah berikutnya adalah membentuk suatu panitia pengarah yang
terdiri dari pejabat administratif tingkat atas, seperti asisten
superintendent, principals, supervisor, dan guru-guru inti. Panitia pengarah
merumuskan rencana umum, mengembangkan panduan kerja, dan menyiapkan rumusan
filsafat dan tujuan bagi seluruh sekolah didaerahnya (District). Disamping itu,
panitia pengarah dapat mengikutsertakan organisasi diluar sekolah / tokoh
masyarakat sebagai panitia penasehat yang bekerja bersama dengan personel
sekolah dalam rangka merumuskan berbagai rencana, petunjuk dan tujuan yang
hendak dicapai.
Setelah kebijakan kurikulum dikembangkan, maka panitia pengarah
memilih dan menugaskan stafpengajar sebagai panitia pelaksana (panitia kerja)
yang bertanggung jawab mengkonstruksikan kurikulum. Panitia im merumuskan
tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum, isi (materi), kegiatan-kegiatan
belajar dan sebagainya sesuai dengan pedoman / acuan kebijakan yang telah
ditentukan oleh panitia pengarah. Panitia mengerjakan tugasnya diluar jam kerja
biasa dan tidak mendapat kompensasi. Kondisi ini diterapkan karena berkaitan
dengan tanggung jawab guru untuk memahami dengan benar kurikulum dan
meningkatkan mutu kurikulum itu sendiri.
Sumber :
Tim
Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. UPI Press Bandung
A.
Malik Fadjar, Holistik Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005),
hal. 228.
Hamalik,
Oemar. (2009). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja
RosdaKarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar