Minggu, 02 September 2012

Pengertian Psikologi Agama



Psikologi agama menggunakan dua kata yaitu psikologi dan agama. Psikologi secara umum diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan beradab. (jalaluddin, et al,1979:77). Sedangkan Menurut Robert H. Thouless, psikologi sekarang digunakan secara umum untuk ilmu tentang tingkah laku dan pengalaman manusia (Robert H.Thouless,1992:13). Tetapi dari definisi-definisi yang dikemukakan tersebut secara umum psikologi mencoba meneliti dan mempelajari sikap dan tingkah laku manusia sebagai gambaran dari gejala-gejala kejiawaan Karena jiwa itu sendiri  bersifat abstrak, maka untuk mempelajari kehidupan kejiwaan manusia hanya mungkin dilihat dari gejala yang tampak, yaitu pada sikap dan tingkah laku yang ditampilkannya.
Selanjutnya, agama sebagai bentuk keyakinan, memang sulit diukur secara tepat dan rinci karena agama menyangkut masalah yang berhubungan dengan kehidupan bathin manusia. Tampaknya usaha untuk membuat definisi tentang agama tak ada gunanya, karena hanya merupakan kepandaian bersilat lidah (Zakiah Drajat, 1970:23). Pendapat tersebut bukan berarti agama sama sekali tidak dapat dipahami melalui pendekatan definitif. Karena itu, pengertian secara etimologis, harun nasution tentang agama dapat memberikan gambaran tentang pengertian agama dan merumuskan unsur-unsur penting yang terdapat di dalam agama tersebut.Secara definitif, menurut Harun Nasution, agama adalah:
1.      Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang  harus dipatuhi.
2.      Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia.
3.      Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4.      Kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
5.      Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari sesuatu kekuatan ghaib.
6.      Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan ghaib.
7.      Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
8.      Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rosul (Harun Nasution, 1974:10)
Selanjutnya Harun Nasution (1974:11) merumuskan ada empat unsur yang terdapat dalam agama, yaitu:
a.       Kekuatan ghaib, yang diyakini berada di atas kekuatan manusia. Didorong oleh kelemahan dan keterbatasannya, manusia merasa berhajat akan pertolongan dengan cara menjaga dan membina hubungan baik dengan kekuatan ghaib tersebut. Realisasinya adalah sikap patuh terhadap perintah dan larangan ghaib itu.
b.      Keyakinan terhadap kekuatan ghaib sebagai penentu nasib baik dan buruk manusia. Dengan demikian, manusia berusaha untuk menjaga hubungan baik ini agar kesejahteraan dan kebahagiaannya terpelihara.
c.       Respons yang bersifat emosional dari manusia. Respons ini dalam realisasinya terlihat dalam bentuk penyembahan, karena didorong oleh perasaan takut (agama primitip) atau pemujaan yang didorong oleh perasaan cinta (monoteisme), serta bentuk cara hidup tertentu bagi penganutnya.
d.      Paham akan adanya yang kudus (sacred) dan suci. Sesuatu yang kudus dan suci ini adakalanya berupa kekuatan ghaib, kitab yang berisi ajaran agama maupun tempat-tempat tertentu.
Robert H. Thouless berpendapat bahwa psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang bertujuan mengembangkan pemahaman terhadap perilaku keagamaan dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi yang dipungut dari kajian terhadap perilaku bukan keagamaan (1992:25). Menurut Zakiah Drajat, psikologi agama meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Disamping itu, psikologi agama juga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang, serta factor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut (1970:11).
Psikologi agama dengan demikian merupakan cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing. Upaya untuk mempelajari tingkah laku keagamaan tersebut dilakukan melalui pendekatan psikologi. Jadi penelaahan tersebut merupakan kajian empiris.
Source : http://hamdillahversache.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-psikologi-agama.html

Tidak ada komentar:

Kisah Mata Air Keabadian

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada d...