Fitrah
adalah kondisi dan potensi awal allah swt menciptakan manusia yaitu iman kepada
allah, menyakini allah sebagai arab (pendidik,peilik,pengatur,penguasa)
manusia.Allah Swt berfirman : "dan (ingatlah ) ketika Rabbmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : " bukanlah Aku
Rabbmu?"mereka menjawab : " Betul (Engkau Rabb kami ), kami menjadi
saksi ". (Kami lakukan yang demikian itu ) aar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan :"Sesunguhnya kami (Bani Adam ) adalah oran-orang yang lengah
terhadap ini " (QS 7:172) .fitrah merupakan kesiapan manusia untuk beriman
kepaa alla , mengikuti syariat-nya ,beribadah dan bertakwa kepada Nya. Tapi
firah jua adanya kecenderungan manusia berbuat buruk ,dan kufur kepada allah ,
maka perli adanya usaha membangun keimanan kepada allah , menyembah kepada nya
dan tidak menyekutukan-nya .
Allah Swt menciptakan manusia dan alam semesta dengan SOFTWARE dan HARDWARE yang baik . Hardware terbaik yaitu fitrah dengan perangkat hati , akal , panca indra. Dan hardware ini akan baik dan berfungsi maksimal jika dipadukan dengan software yan baik pula ,yaitu islam yang allah turunkan kepada para nabi dan rosul yang disempurnakan oleh allah pada zaman Rasulullah Saw.
Fitrah
islam dan tauhid harus di jaga , dikembangkan agar manusia mampu mengemban tuas
fitrah yaitu menjadi hamba allah Swt dan khalifah di alam semesta . Telah
dipahami jika manusia yang fitrah nya suci, mendapatkan input baik, akan
memberikan pengaruh baik pada cara berfikir , sikap dan tingkah lakun nya .
maka pendidikan Rabbani di rumah , di sekolah , i masyarakat, bahan bacaan
,maupun hiburan yang mendidik mutlak diperlukan .
rasululla Saw bersabda : " semua anak dilahirkan dalam kondisi fitrah , dan kedua orang tua nya yan menjadikan yahudi , Nasrani maupun Majusi ".
Didikan
orag tua berpengaruh pada kekufuran anak, maka Rasulullah Saw menekankan untuk
mencari pasangan yang shalih . teman juga mewarnai agama seseoran , maka
Rasulullah mengambarkan teman yang baik dan buruk seprti penjual minyak wanidan
tukang pandai besi . beliau bersada " " seseorang tergantung agama
teman akrabnya , maka hendaklah ia melihat kepada siapa dia bergaul ."
Dengan
memahami konsep fitah ini mestinya kita melakukan evaluasi terhadap kounitas
pendiikan . harus berpikir serius membuat altenatif islami untuk pendidikan ,
lingkungan hiburan dan bahan bacaan .
Jika
rasulullah saw diperintahka bergaul dengan orang baik ,dan dlarang bergaul dan
taat kepada orang-orang yang lalai dari allah allah Swt , karena akan
terpengaruh dengan mereka . Allah Swt juga mengingatkan kalaulah Allah tidak
meneguhkan beliau niscaya beliau akan menyeleweng dari jalan allah, dan kalau
ii Rasulullah Saw yang mendapatkan wahyu dari allah dan orang yang terbaik ,
bagaimana kita menjadi baik tanpa men - setting pendidikan dengan pendidikan
Rabbani yang sesuai dengan fitrah kita .
Semoga kita tetap memiliki fitrah islami yan selalu di lindungi Allah Swt .
Pendidikan
merupakan upaya manusia dewasa membimbing yang belum kepada kedewasaan (Kartini
Kartono, 1997:11). Ahmad D.Marimba, merumuskan pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
si terdidik menuju terbentuknya keperibadian yang utama.
Demikian dua
pengertian pendidikan dari sekian banyak pengertian yang diketahui. dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor : 2 Tahun 1989, "pendidikan
dirumuskan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya di masa yang akang datang.
Sedangkan, "pendidikan dalam pengertian yang luas adalah meliputi
perbuatan atau semua usaha generasi tua untuk mengalihkan (melimpahkan)
pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan serta keterampilannya kepada generasi
muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi
hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah.
Para ahli
Filsafat Pendidikan, menyatakan bahwa dalam merumuskan pengertian pendidikan
sebenarnya sangat tergantung kepada pandangan terhadap manusia; hakikat,
sifat-sifat atau karakteristik dan tujuan hidup manusia itu sendiri. Perumusan
pendidikan bergantung kepada pandangan hidupnya, "apakah manusia dilihat
sebagai kesatuan badan dan jasmani; badan, jiwa dan roh, atau jasmani dan
rohani? Apakah manusia pada hakekatnya dianggap memiliki kemampuan bawaan
(innate) yang menentukan perkembangannya dalam lingkungannya, atau
lingkungannyalah yang menentukan (domain) dalam perkembangan manusia?
Bagimanakah kedudukan individu dalam masyarakat? Apakah tujuan hidup manusia?
Apakah manusia dianggap hanya hidup sekali di dunia ini, ataukah hidup lagi di
hari kemudian (akhirat)? Demikian beberapa pertanyaan filosofis" yang
diajukan.
Pertanyaan-pertanyaan
tersebut di atas, memerlukan jawaban yang menentukan pandangan terhadap hakekat
dan tujuan pendidikan, dan dari sini juga sebagai pangkal perbedaan rumusan
pendidikan atau timbulnya aliran-aliran pendidikan seperti : pendidikan Islam,
Kristen, Liberal, progresif atau pragmatis, komunis, demokratis, dan lain-lain.
Dengan demikian, terdapat keaneka ragaman pendangan tentang pendidikan. Tetapi, "dalam keanekaragaman pandangan tentang pendidikan terdapat titik-titik persamaan tentang pengertian pendidikan, yaitu pendidikan dilihat sebagai suatu proses; karena dengan proses itu seseorang (dewasa) secara sengaja mengarahkan pertumbuhan atau perkembangan seseorang (yang belum dewasa). Proses adalah kegiatan mengarahkan perkembangan seseorang sesuai dengan nilai-nilai yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas. Maka, dengan pengertian atau definisi itu, kegiatan atau proses pendidikan hanya berlaku pada manusia tidak pada hewan"
Dari uraian
di atas, timbul pertanyaan apakah Pendidikan Islam itu? Pendidikan Islam adalah
suatu pendidikan yang melatih perasaan murid-murid dengan cara begitu rupa
sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan mereka terhadap
segala jenis pengetahuan, mereka dipengaruhi sekali oleh nilai spritual dan
sangat sadar akan nilai etis Islam atau menurut Abdurrahman an-Nahlawi,
"pendidikan Islam mengantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan manusia
yang berpedoman pada syariat Allah.
Dari
pandangan ini, dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam bukan sekedar
"transfer of knowledge" ataupun "transfer of training",
....tetapi lebih merupakan suatu sistem yang ditata di atas pondasi “keimanan”
dan “kesalehan”, yaitu suatu sistem yang terkait secara langsung dengan Tuhan.
Dengan
demikian, dapat dikatakan pendidikan Islam suatu kegiatan yang mengarahkan
dengan sengaja perkembangan seseorang sesuai atau sejalan dengan nilai-nilai
Islam. Maka sosok pendidikan Islam dapat digambarkan sebagai suatu sistem yang
membawa manusia kearah kebahagian dunia dan akhirat melalui ilmu dan ibadah.
Karena pendidikan Islam membawa manusia untuk kebahagian dunia dan akhirat,
maka yang harus diperhatikan adalah "nilai-nilai Islam tentang manusia;
hakekat dan sifat-sifatnya, misi dan tujuan hidupnya di dunia ini dan akhirat
nanti, hak dan kewajibannya sebagai individu dan anggota masyarakat. Semua ini
dapat kita jumpai dalam al-Qur'an dan Hadits.
Jadi, dapat
dikatakan bahwa "konsepsi pendidikan model Islam, tidak hanya melihat pendidikan
itu sebagai upaya "mencerdaskan" semata (pendidikan intelek,
kecerdasan), melainkan sejalan dengan konsep Islam tentang manusia dan hakekat
eksistensinya.
Maka, pendidikan Islam sebagai suatu pranata sosial, juga sangat terkait dengan pandangan Islam tentang hakekat keberadaan (eksistensi) manusia. Oleh karena itu, pendidikan Islam juga berupaya untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran bahwa manusia itu sama di depan Allah dan perbedaanya adalah terletak pada kadar ketaqwaan masing-masing manusia, sebagai bentuk perbedaan secara kualitatif".
Pendidikan
berupaya untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran pada manusia, maka sangat
urgen sekali untuk memperhatikan konsep atau pandangan Islam tentang manusia
sebagai makhluk yang diproses kearah kebahagian dunia dan akhirat, maka
pandangan Islam tentang manusia antara lain: Pertama, konsep Islam tentang
manusia, khsusunya anak, sebagai subyek didik, yaitu sesuai dengan Hadits
Rasulullah, bahwa “anak manusia” dilahirkan dalam fitrah atau dengan "potensi"
tertentu. Dalam al-Qur'an, dikatakan "tegakkan dirimu pada agama dengan tulus
dan mantap, agama yang cocok dengan fitrah manusia yang digariskan oleh Allah.
Tak ada perubahan pada ketetapan-Nya....” (ar-Rum : 30).
Dengan
demikian, manusia pada mulanya dilahirkan dengan "membawa potensi"
yang perlu dikembangkan dalam dan oleh lingkungannya. Pandangan ini,
"berbeda dengan teori tabularasa yang menganggap anak menerima
"secara pasif" pengaruh lingkungannya, sedangkan konsep fitrah
mengandung "potensi bawaan" aktif (innate patentials, innate
tendencies) yang telah di berikan kepada setiap manusia oleh Allah.
Bahkan dalam
al-Qur'an, sebenarnya sebelum manusia dilahirkan telah mengadakan
"transaksi" atau "perjanjian" dengan Allah yaitu mengakui
keesaan Tuhan, firman Allah surat al-A'raf : 172, "Ingatlah, ketika
Tuhanmu mengeluarkan keturunan Adam dari sulbi mereka dan menyuruh agar mereka
bersaksi atas diri sendiri; "Bukankah Aku Tuhanmu?" firman Allah.
Mereka menjawab; "ya kami bersaksi" yang demikian agar kamu tidak
berkata pada hari kiamat kelak, "kami tidak mengetahui hal ini"
(Zaini Dahlan, 1998:304). Apabila kita memperhatikan ayat ini, memberi gambaran
bahwa setiap anak yang lahir telah membawa "potensi keimanan"
terhadap Allah atau disebut dengan "tauhid". Sedangakan potensi
bawaan yang lain misalnya potensi fisik dan intelegensi atau kecerdasan akal
dengan segala kemungkinan dan keterbatasannya. Selain itu, dalam al-Qur'an
banyak dijumpai ayat-ayat yang menggambarkan sifat-sifat hakiki manusia yang mempunyai
implikasi baik terhadap tujuan maupun cara pengarahan perkembangannya. Misalnya
saja: tentang tanggung jawab, bahwa manusia diciptakan tidak sia-sia, tetapi
juga potensi untuk bertanggung jawab atas perbuatannya dan sesuai dengan
tingkat kemampuan daya pikul seseorang menurut kodrat atau fitrah-nya (pada
al-Mu'minun:115 dan al-Baqrah:286). Selain itu juga manusia pada hakekat dan
menurut kejadiannya bersedia dan sanggup memikul amanah (pada al-Ahzab : 72).
Di samping itu, hal yang juga penting implikasinya bagi pendidikan adalah
tanggung jawab yang ada pada manusia bersifat pribadi, artinya tidaklah
seseorang dapat memikul beban orang lain, beban itu dipikul sendiri tanpa
melibatkan orang lain (pada Faathir:18).
Sifat lain yang ada pada manusia adalah manusia diberi oleh Allah kemampuan al-bayan (fasih perkataan - kesadaran nurani) yaitu daya untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya melalui kemampuan berkomunikasi dengan bahasa yang baik (pada ar-Rahman:3-4). Pada hadits Rasulullah, "barang siapa ingin mencapai kebahagian dunia harus ditempuh dengan ilmu dan barang siapa yang mencari kebahagian akhirat juga harus dengan ilmu, dan barang untuk mencari keduanya juga harus dengan ilmu". Dari pandangan ini, dapat dikatakan bahwa tugas dan fungsi pendidikan adalah mengarhkan dengan sengaja segala potensi yang ada pada seseorang seoptimal mungkin sehingga ia berkembang menjadi seorang muslim yang baik. Kedua, peranan pendidikan atau pengarah perkembanagan. Potensi manusia yang dibawah sejak dari lahir itu bukan hanya bisa dikembangkan dalam lingkungan tetapi juga hanya bisa berkembang secara terarah bila dengan bantuan orang lain atau pendidik. Dengan demikian, tugas pendidik mengarahkan segala potensi subyek didik seoptimal mungkin agar ia dapat memikul amanah dan tanggung jawabnya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, sesuai dengan profil manusia Muslim yang baik. Ketiga, profil manusia Muslim. Profil dasar seorang Muslim yang baik adalah ketaqwaan kepada Allah.
Dengan
demikian, perkembangan anak haruslah secara sengaja diarahkan kepada
pembentukan ketaqwaan. Keempat, metodologi pendidikan. Metodologi diartikan
sebagai prinsip-prinsip yang mendasari kegiatan mengarahkan perkembangan
seseorang, khususnya pada proses belajar-mengajar. Maka, pandangan bahwa
seseorang dilahirkan dengan potensi bawaan tertentu dan dengan itu ia mampu
berkembang secara aktif dalam lingkungannya, mempunyai implikasi bahwa proses
belajar-mengajar harus didasarkan pada prinsip belajar siswa aktif (student active
learning).
Jadi, dari
pandangan di atas, pendidikan menurut Islam didasarkan pada asumsi bahwa
manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah yaitu dengan membawa
"potensibawaan" seperti potensi "keimanan", potensi untuk
memikul amanah dan tanggung jawab, potensi kecerdasan, potensi fisik. Karena
dengan potensi ini, manusia mampu berkembang secara aktif dan interaktif dengan
lingkungannya dan dengan bantuan orang lain atau pendidik secara sengaja agar
menjadi manusia muslim yang mampu menjadi khalifah dan mengabdi kepada Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar