Dimensi
Nilai Rujukan Kurikulum
McNeil
(1990) dalam bukunya Curriculum:
Comprehensive Introduction, mengungkapkannya dalam istilah “Conceptions of Curriculum” dan
mengklasifikasikan nilai rujukan ke dalam empat dimensi yaitu: humanistic, social reconstructionst,
technological, dan academic.
1. Nilai
Rujukan Humanistic
Terfokus
pada pengembangan otonomi, integritas, dan pertumbuhan masing-masing individu.
Aktualisasi diri individu siswa merupakan inti dari nilai rujukan humanistic. Sumber kurikulum humanistic lebih cenderung menekankan
pada individunya.
2. Nilai
Rujukan Social Reconstructionist
Pada
usaha mempersiapkan siswa untuk dapat memecahkan berbagai masalah serius dalam
kehidupan manusia sehingga dapat memperbaiki kehidupan masyarakat dan
menghasilkan kehidupan masa depan masyarakat yang lebih baik. Social reconstructionist berkeyakinan
bahwa masalah kehidupan masyarakat bukan hanya merupakan perhatian social studies melainkan juga merupakan
perhatian dari semua disiplin ilmu.
Oleh
karena itu, disiplin ilmu tersebut harus terkait dengan masalah kehidupan
social dan ditekankan dalam kurikulum. Sumber kurikulum social reconstructionist sesuai dengan namanya lebih menekankan
pada masyarakat.
3. Nilai
Rujukan Technoligical
Cenderung
terfokus pada bagaimana mengajar dari pada apa yang harus diajarkan. Tujuan
utamanya adalah menemukan alat yang efektif dan efisien untuk meraih tujuan
akhir. Keputusan mengenai apa yang harus diajarkan diarih melalui analisis apa
yang diperlukan untuk menampilkan suatu pekerjaan. Tujuan pembelajaran
cenderung memperkuat pentingnya tujuan konvensional dan tradisi pemilahan
bidang kajian akademik seperti, matematika, sains, bahasa, seni dan bidang
teknis terapan untuk mengembangkan dunia bsinis dan industri.
Sumber
kurikulum technological cenderung
lebih menekankan pada perpaduan subject
matter dan masyarakat melalui perkembangan teknologinya. Sementara untuk
kepentingan learners.
4. Nilai
Rujukan Academic
Terfokus
pada perolehan hasil akademis. Para ahli kurikulum orientasi akademis memandang
kurikulum sebagai alat untuk mengantarkan siswa pada bahan kajian dan disiplin
ilmu (subject matter discipline dan
organizad fields of study). Mereka menganggap bahwa bahan kajian dan
disiplin ilmu merupakan tujuan dari pada sebagai sumber informasi untuk
memecahkan masalah individu dan masyarakat.Sumber kurikulum academic menekankan pada subject matter.
Longstreet
and Shane (1993) dalam buku mereka, Curriculum
for A New Millenium, mengungkapkannya dalam istilah “Curriculum Design and The Patterns Followed” dan mengklasifikasikannya ke dalam empat
dimensi yaitu terdiri dari: the
Society-Oriented Curriculum, the Child-Centered Curriculum, the Knowledge-Centered
Curriculum dan the Eclectic Curriculum.
The Society-Oriented Curriculum memfokuskan
diri pada kehidupan masyarakat. Para penganut aliran ini berkeyakinan bahwa
tujuan sekolah (schooling) adalah
melayani kebutuhan masyarakat. Kehidupan masyarakat berikut kebutuhannya
dijadikan dasar bagi pemilihan konten pada kurikulum ini.
The Child-Centered Curriculum terfokus
pada siswa. Para penganut aliran ini berkeyakinan bahwa siswa merupakan sumber
kurikulum yang sangat penting. Oleh karena itu, konten kurikulum sangat
flexibel untuk selalu berubah mengikuti perkembangan belajar siswa.
The Knowledge-Centered Curriculum menempatkan
knowledge sebagai bagian terpenting
dari kurikulum. Para penganut kurikulum ini berkeyakinan bahwa pemenuhan
kebutuhan masyarakat dan juga individual akan lebih baik manakala isi kurikulum
terdiri dari pengetahuan yang merefleksikan dibutuhkan masyarakat dan
individunya.
The Eclectic Curriculum merujuk
pada pemilihan isi kurikulum yang didasarkan pada sejumlah sumber kurikulum
yang berbeda. Para penganut kurikulum ini berkeyakinan bahwa semua siswa harus
mempelajari materi dan aktivitas inti tertentu hingga siswa sesuai dengan
keadaan masyarakat dan memenuhi persyaratan kebutuhan masyarakat.
Proses
Pengembangan Kurikulum
Proses pengembangan kurikulum
berlangsung secara bertahap berdasarkan mekanisme tertentu. Untuk itu
diperlukan pemahaman yang memadai tentang hal-hal yang mendasari pengembangan
kurikulum dan perkembangan setiap komponen kurikulum. Proses manajemen tersebut
pada akhirrnya bermuara pada satu produk yakni perencanaan kurikulum.
Berdasarkan pola pikir tersebut, pada bagian ini dibahas empat topik :
Dasar-Dasar
Pengembangan Kurikulum
Pengembangan
kurikulum merupakan sesuatu hal yang dapat terjadi kapan saja sesuai dengan
kebutuhan. Unhur & Unruh (1984: vii) mengemukakan definisi pengembangan
kurikulum yakni: Curriculum Development:
problems, proces, and progress is aimed at contemporary circumtances and future
projections” sesuai dengan pengertian di atas, pengembangan kurikulum tidak
hanya merupakan berbagai abstraksi yang seringkali mendominasi penulisan
kurikulum, akan tetapi mempersiapkan berbagai contoh dan alternatif untuk
tindakan yang merupakan inspirasi dari beberapa ide dan penyesuaian-penyesuaian
lain yang dianggap penting.
a) Kurikulum
disusun untuk mewujudkan sistem pendidikan nasional
b) Kurikulum
pada semua jenjang pendidikan dikembangakan dengan pendekatan kemampuan
c) Kurikulum
harus sesuai dengan ciri khas satuan pendidikan pada masing-masing jenjang
pendidikan
d) Kurikulum
pendidikan dasar, menengah dan tinggi dikembangkan atas dasar standar nasional
pendidikan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan
e) Kurikulum
pada semua jenjang pendidikan dikembangkan secara berdiversifiasi, sesuai
dengan kebutuhan potensi, dan minat peserta didik dan tuntutan pihak-pihak yang
memerlukan dan berkepentingan
f) Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan tuntutan pembangunan daerah dan nasional,
keanekaragaman potensi daerah dan lingkungan serta kebutuhan pengembangan iptek
dan seni
g) Kurikulum
pada semua jenjang pendidikan dikembangkan secara berdiversifikasi, sesuai
dengan tuntutan lingkungan dan budaya setempat
h) Kurikulum
pada semua jenjang pendidikan mencakup aspek spiritual keagamaan,
intelektualitas, watak konsep diri, keterampilan belajar, kewirausahaan,
keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat, pola hidup sehat, estetika
dan rasa kebangsaan.
a.
Dalam
kondisi yang bagaimana pengembangan kurikulum dilakukan
Kegiatan
pengembangan kurikulum dapat dilaksnakan pada berbagai kondisi atau setting,
mulai dari tingkat kelas sampai dengan tingkat nasional. Kondisi-kondisi itu
adalah:
a. Pengembangan
kurikulum oleh guru kelas
b. Pengembangan
kurikulum oleh sekelompok guru dalam suatu sekolah
c. Pengembangan
kurikulum melalui pusat guru (teacher’s
center’s)
d. Pengembangan
kurikulum dalam/ melalui proyek nasional
Seorang guru kelas dapat mengembangkan
kurikulum untuk kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Tetapi kegiatan itu hanya
terbatas pelaksanaannya dalam kelasnya saja.Hambatan pokok adalah apabila
kegiatan mengembangkan kurikulum yang dilakukan guru tidak relevan dan tidak
konsisten dengan program sekolah secara keseluruhan, disamping terbatasnya
sumber fasilitas dan perlengkapan.
Kegiatan
pengembangan kurikulum yang dilakukan staf atau kelompok guru lebih mengandung
banyak keuntungan, antara lain terjadinya pertukaran pengalaman, lebih banyak
pengetahuan dan keterampilan yang
disumbangkan, banyak terjadi pertukaran gagasan, gagasan yang memperkaya usaha
pengembangan. Sehingga hasil pengembangan tersebut lebih luas daerah
penggunaannya paling tidak oleh suatu sekolah.Kegiatan pengembangan kurikulum
pada tingkat nasional tertentu saja lebih banyak memilih keuntungan jika
dibandingkan dengan usaha pengembangan pada kondisi-kondisi lainnya.
b.
Pengembangan
Kurikulum
Pengembangan kurikulum (curriculum development) adalah: the planning of learning opportunities
intended to bring about certain desered in pupils, and assesment of the extent
to wich these changes have taken plece (Audrey Nicholls & S.Howard
Nichools). Rumusan ini menunjukan bahwa pengembangan kurikulum adalah
perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa
ke arah perubahan-perubahan yang didinginkan dan menilai hingga mana
perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa.
Sedangkan yang dimaksud kesempatan
belajar (learning opportunity) adalah
hubungan yang telah direncanakan dan terkontrol antara para siswa, guru, bahan
peralatan dan lingkungan dimana belajar yang didingankan diharapkan terjadi.
Ini terjadi bahwa semua kesempatan belajar direncanakan oleh guru, bagi para
siswa sesungguhnya adalah “kurikulum itu sendiri”. Dalam pengertian di atas
sesungguhnya pengembangan kurikulum adalah proses siklus, yang tidak pernah
berakhir. Proses kurikulum tersebut dapat ditampilkan dalam diagram sebagai
berikut: proses tersebut terdiri dari empat unsur yakni:
a. Tujuan: mempelajari
dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan pertimbangan tentang
tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenaan dengan mata pelajaran (subject course) maupun kurikulum secara
menyeluruh
b. Metode dan material:
mengembangkan dan mencoba menggunakan metode-metode dan material sekolah untuk
mencapai tujuan-tujuan tadi yang serasi menurut pertimbangan guru
c. Penilaian (assesment):
menilai keberhasilan pekerjaan yang telah dikembangkan itu dalam hubungan
dengan tujuan, dan bila mengembangkan tujuan-tujuan baru
d. Balikan (feedback):
umpan balik dari semua pengalaman yang telah diperoleh yang pada gilirannya
menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya.Mekanisme pengembangan kurikulum:
c.
Kekuatan-Kekuatan
Yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum
a. Pendidikan
Tinggi
b. Masyarakat
c. Sistem
Nilai
d. Artikulasi
Kurikulum
e. Hambatan-hambatan dalam
pengembangan kurikulum
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar.
2007. “Manajemen Perkembangan Kurikulum”.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan
Pembelajaran. (2006). “Kurikulum dan Pembelajaran”. UPI Press Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar