Jumat, 14 September 2012

Dimensi Nilai Rujukan Kurikulum I Proses Pengembangan Kurikulum


      Dimensi Nilai Rujukan Kurikulum 

McNeil (1990) dalam bukunya Curriculum: Comprehensive Introduction, mengungkapkannya dalam istilah “Conceptions of Curriculum” dan mengklasifikasikan nilai rujukan ke dalam empat dimensi yaitu: humanistic, social reconstructionst, technological, dan academic. 

1.      Nilai Rujukan Humanistic
Terfokus pada pengembangan otonomi, integritas, dan pertumbuhan masing-masing individu. Aktualisasi diri individu siswa merupakan inti dari nilai rujukan humanistic. Sumber kurikulum humanistic lebih cenderung menekankan pada individunya.

2.      Nilai Rujukan Social Reconstructionist
Pada usaha mempersiapkan siswa untuk dapat memecahkan berbagai masalah serius dalam kehidupan manusia sehingga dapat memperbaiki kehidupan masyarakat dan menghasilkan kehidupan masa depan masyarakat yang lebih baik. Social reconstructionist berkeyakinan bahwa masalah kehidupan masyarakat bukan hanya merupakan perhatian social studies melainkan juga merupakan perhatian dari semua disiplin ilmu. 

Oleh karena itu, disiplin ilmu tersebut harus terkait dengan masalah kehidupan social dan ditekankan dalam kurikulum. Sumber kurikulum social reconstructionist sesuai dengan namanya lebih menekankan pada masyarakat.

3.      Nilai Rujukan Technoligical
Cenderung terfokus pada bagaimana mengajar dari pada apa yang harus diajarkan. Tujuan utamanya adalah menemukan alat yang efektif dan efisien untuk meraih tujuan akhir. Keputusan mengenai apa yang harus diajarkan diarih melalui analisis apa yang diperlukan untuk menampilkan suatu pekerjaan. Tujuan pembelajaran cenderung memperkuat pentingnya tujuan konvensional dan tradisi pemilahan bidang kajian akademik seperti, matematika, sains, bahasa, seni dan bidang teknis terapan untuk mengembangkan dunia bsinis dan industri.

Sumber kurikulum technological cenderung lebih menekankan pada perpaduan subject matter dan masyarakat melalui perkembangan teknologinya. Sementara untuk kepentingan learners.

4.      Nilai Rujukan Academic
Terfokus pada perolehan hasil akademis. Para ahli kurikulum orientasi akademis memandang kurikulum sebagai alat untuk mengantarkan siswa pada bahan kajian dan disiplin ilmu (subject matter discipline dan organizad fields of study). Mereka menganggap bahwa bahan kajian dan disiplin ilmu merupakan tujuan dari pada sebagai sumber informasi untuk memecahkan masalah individu dan masyarakat.Sumber kurikulum academic menekankan pada subject matter.

Longstreet and Shane (1993) dalam buku mereka, Curriculum for A New Millenium, mengungkapkannya dalam istilah “Curriculum Design and The Patterns Followed”  dan mengklasifikasikannya ke dalam empat dimensi yaitu terdiri dari: the Society-Oriented Curriculum, the Child-Centered Curriculum, the Knowledge-Centered Curriculum dan the Eclectic Curriculum.

The Society-Oriented Curriculum memfokuskan diri pada kehidupan masyarakat. Para penganut aliran ini berkeyakinan bahwa tujuan sekolah (schooling) adalah melayani kebutuhan masyarakat. Kehidupan masyarakat berikut kebutuhannya dijadikan dasar bagi pemilihan konten pada kurikulum ini. 

The Child-Centered Curriculum terfokus pada siswa. Para penganut aliran ini berkeyakinan bahwa siswa merupakan sumber kurikulum yang sangat penting. Oleh karena itu, konten kurikulum sangat flexibel untuk selalu berubah mengikuti perkembangan belajar siswa.

The Knowledge-Centered Curriculum menempatkan knowledge sebagai bagian terpenting dari kurikulum. Para penganut kurikulum ini berkeyakinan bahwa pemenuhan kebutuhan masyarakat dan juga individual akan lebih baik manakala isi kurikulum terdiri dari pengetahuan yang merefleksikan dibutuhkan masyarakat dan individunya.

The Eclectic Curriculum merujuk pada pemilihan isi kurikulum yang didasarkan pada sejumlah sumber kurikulum yang berbeda. Para penganut kurikulum ini berkeyakinan bahwa semua siswa harus mempelajari materi dan aktivitas inti tertentu hingga siswa sesuai dengan keadaan masyarakat dan memenuhi persyaratan kebutuhan masyarakat.

    Proses Pengembangan Kurikulum

Proses pengembangan kurikulum berlangsung secara bertahap berdasarkan mekanisme tertentu. Untuk itu diperlukan pemahaman yang memadai tentang hal-hal yang mendasari pengembangan kurikulum dan perkembangan setiap komponen kurikulum. Proses manajemen tersebut pada akhirrnya bermuara pada satu produk yakni perencanaan kurikulum. Berdasarkan pola pikir tersebut, pada bagian ini dibahas empat topik :

      Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum merupakan sesuatu hal yang dapat terjadi kapan saja sesuai dengan kebutuhan. Unhur & Unruh (1984: vii) mengemukakan definisi pengembangan kurikulum yakni: Curriculum Development: problems, proces, and progress is aimed at contemporary circumtances and future projections” sesuai dengan pengertian di atas, pengembangan kurikulum tidak hanya merupakan berbagai abstraksi yang seringkali mendominasi penulisan kurikulum, akan tetapi mempersiapkan berbagai contoh dan alternatif untuk tindakan yang merupakan inspirasi dari beberapa ide dan penyesuaian-penyesuaian lain yang dianggap penting.

a)      Kurikulum disusun untuk mewujudkan sistem pendidikan nasional

b)      Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangakan dengan pendekatan kemampuan

c)      Kurikulum harus sesuai dengan ciri khas satuan pendidikan pada masing-masing jenjang pendidikan

d)     Kurikulum pendidikan dasar, menengah dan tinggi dikembangkan atas dasar standar nasional pendidikan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan

e)      Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan secara berdiversifiasi, sesuai dengan kebutuhan potensi, dan minat peserta didik dan tuntutan pihak-pihak yang memerlukan dan berkepentingan

f)       Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan tuntutan pembangunan daerah dan nasional, keanekaragaman potensi daerah dan lingkungan serta kebutuhan pengembangan iptek dan seni

g)      Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan secara berdiversifikasi, sesuai dengan tuntutan lingkungan dan budaya setempat

h)      Kurikulum pada semua jenjang pendidikan mencakup aspek spiritual keagamaan, intelektualitas, watak konsep diri, keterampilan belajar, kewirausahaan, keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat, pola hidup sehat, estetika dan rasa kebangsaan.

a.      Dalam kondisi yang bagaimana pengembangan kurikulum dilakukan
Kegiatan pengembangan kurikulum dapat dilaksnakan pada berbagai kondisi atau setting, mulai dari tingkat kelas sampai dengan tingkat nasional. Kondisi-kondisi itu adalah:
a.       Pengembangan kurikulum oleh guru kelas
b.      Pengembangan kurikulum oleh sekelompok guru dalam suatu sekolah
c.       Pengembangan kurikulum melalui pusat guru (teacher’s center’s)
d.      Pengembangan kurikulum dalam/ melalui proyek nasional

     Seorang guru kelas dapat mengembangkan kurikulum untuk kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Tetapi kegiatan itu hanya terbatas pelaksanaannya dalam kelasnya saja.Hambatan pokok adalah apabila kegiatan mengembangkan kurikulum yang dilakukan guru tidak relevan dan tidak konsisten dengan program sekolah secara keseluruhan, disamping terbatasnya sumber fasilitas dan perlengkapan.

Kegiatan pengembangan kurikulum yang dilakukan staf atau kelompok guru lebih mengandung banyak keuntungan, antara lain terjadinya pertukaran pengalaman, lebih banyak pengetahuan dan  keterampilan yang disumbangkan, banyak terjadi pertukaran gagasan, gagasan yang memperkaya usaha pengembangan. Sehingga hasil pengembangan tersebut lebih luas daerah penggunaannya paling tidak oleh suatu sekolah.Kegiatan pengembangan kurikulum pada tingkat nasional tertentu saja lebih banyak memilih keuntungan jika dibandingkan dengan usaha pengembangan pada kondisi-kondisi lainnya.

b.      Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum (curriculum development) adalah: the planning of learning opportunities intended to bring about certain desered in pupils, and assesment of the extent to wich these changes have taken plece (Audrey Nicholls & S.Howard Nichools). Rumusan ini menunjukan bahwa pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang didinginkan dan menilai hingga mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. 

Sedangkan yang dimaksud kesempatan belajar (learning opportunity) adalah hubungan yang telah direncanakan dan terkontrol antara para siswa, guru, bahan peralatan dan lingkungan dimana belajar yang didingankan diharapkan terjadi. Ini terjadi bahwa semua kesempatan belajar direncanakan oleh guru, bagi para siswa sesungguhnya adalah “kurikulum itu sendiri”. Dalam pengertian di atas sesungguhnya pengembangan kurikulum adalah proses siklus, yang tidak pernah berakhir. Proses kurikulum tersebut dapat ditampilkan dalam diagram sebagai berikut: proses tersebut terdiri dari empat unsur yakni:

a.       Tujuan: mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan pertimbangan tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenaan dengan mata pelajaran (subject course) maupun kurikulum secara menyeluruh

b.      Metode dan material: mengembangkan dan mencoba menggunakan metode-metode dan material sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan tadi yang serasi menurut pertimbangan guru

c.       Penilaian (assesment): menilai keberhasilan pekerjaan yang telah dikembangkan itu dalam hubungan dengan tujuan, dan bila mengembangkan tujuan-tujuan baru

d.      Balikan (feedback): umpan balik dari semua pengalaman yang telah diperoleh yang pada gilirannya menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya.Mekanisme pengembangan kurikulum:

c.       Kekuatan-Kekuatan Yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum

a.       Pendidikan Tinggi
b.      Masyarakat
c.       Sistem Nilai
d.      Artikulasi Kurikulum 
e.   Hambatan-hambatan dalam pengembangan kurikulum


DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2007. “Manajemen Perkembangan Kurikulum”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2006). “Kurikulum dan   Pembelajaran”. UPI Press Bandung.



Tidak ada komentar:

Kisah Mata Air Keabadian

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada d...