Jumat, 07 September 2012

Hakikat, Unsur dan Ciri Inovasi Pendidikan



1 Hakikat dan Batasan Inovasi
Secara sederhana inovasi adalah perubahan kea rah yang baru, sedangkan difusi adalah proses penyerapan sesuatu yang baru dengan menekankan pada aspek filterisasi. Dengan demikian difusi inovasi dimaknakan sebagai penyebarluasan dari gagasan inovasi tersebut melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu di antara anggota sistem sosial masyarakat.
Everett M. Rogers (1983) menyebut: “Innovation as an idea, practice, or object that is perceived as new by an individual or another unit of adoption” (inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktik atau objek/benda yang disadari, dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk di adopsi). Dengan demikian, kata kunci inovasi adalah gagasan, benda atau proses adopsi yang dilakukan oleh perorangan ataupun kelompok masyarakat terhadap inovasi yang ditawarkan, termasuk dibidang pendidikan.
Stephen Robbins (1994) menyebut inovasi sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses, dan jasa. Robbins lebih memfokuskan pada tiga hal utama yaitu:
a.       Gagasan Baru
Adanya gagasan baru (new ideas) dari suatu olah pikir dalam mengamati suatu fenomena yang sedang terjadi, termasuk dalam bidang pendidikan. Gagasan baru bisa berupa penemuan (invention) dari suatu gagasan pemikiran, ide, sistem, sampai pada kemungkinan gagasan yang mengkristal.
b.       Produk dan Jasa, dan
Hasil langkah lanjutan dari adanya gagasan baru yang ditindaklanjuti dengan berbagai aktivitas, kajian, penelitian, dan percobaan sehingga melahirkan konsep yang lebih konkrit, dalam bentuk produk dan jasa yang siap dikembangkan dan diimplementasikan, termasuk hasil inovasi dalam dunia pendidikan.
c.       Upaya Perbaikan
Usaha sistematis untuk melakukan penyempurnaan dan melakukan perbaikan (improvement) yang terus-menerus sehingga buah inovasi itu bisa dirasakan manfaatnya dan berguna.
2.1.2 Ciri Inovasi Pendidikan
Inovasi termasuk inovasi pendidikan merupakan pemikiran cemerlang yang bercirikan hal baru, atau berupa praktik-praktik tertentu, atau berupa produk dari suatu hasil olah-pikir dan olah-teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu , yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan yang timbul memperbaiki suatu keadaan tertentu, atau proses tertentu yang terjadi di masyarakat. Difusi inovasi pendidikan sering diartikan sebagai penyebarluasan gagasan inovasi pendidikan tersebut malalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu di antara anggota sistem sosial masyarakat.
Rogers (1983) mengemukakan empat ciri penting yang mempengaruhi difusi inovasi, termasuk inovasi pendidikan, yaitu : esensi inovasi itu sebdiri, saluran komunikasi, waktu dan proses penerimaan dan sistem sosial.
a.       Esensi Inovasi Itu Sendiri
Inovasi termasuk inovasi pendidikan adalah inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktik atau objek/benda yang disadari, dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk di adopsi. Namun demikian, proses adopsi inovasi ini tak datang dengan serentak tiba-tiba. Dalam kaitannya dengan esensi inovasi, paling tidak ada tiga hal yang berkaitan erat, yaitu teknologi, informasi dan pertimbangan ketidakpastian, dan reinovasi. Dalam kadar tertentu, makna inovasi sering identik dengan teknologi yang digunakan.
Kata “teknologi” diartikan sebagai “a design for instrumental action that reduces the uncertainty in the cause effect relationship involved in achieving in desired outcomes” (teknologi adalah suatu desain aksi kegiatan yang ditempuh guna mengurangi ketidakpastian dalam hubungan sebab akibat dari hasil yang ingin dicapai). Adanya teknologi, termasuk pemanfaatan teknologi informasi dalam difusi inovasi antara lain untuk menjawab persoalan dalam hal mengurangi ketidakpastian masa depan.
Sebagai ilustrasi mislanya, ketika sekolah menggulirkan program desentralisasi sekolah melalui mekanisme komite sekolah dan peran kepala sekolah dengan semangat manajemen yang bercirikan keterbukaan (transparancy) dan pertanggung jawaban (accountability) dalam mengelola sekolah ke arah raihan mutu pendidikan yang lebih baik.  
b.      Saluran Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses dimana partisipan berbagai informasi untuk mencapai pengertian satu sama lain. Lasswell (1948) menyebut komponen dasar komukasi adalah “who say what, in what channels, to whom and in with what effects”. Komunikasi adalah sesuatu yang berkaitan dengan “siapa mengatakan atau mengemukakan apa, dengan saluran komunikasi apa, kepada siapa, dan dengan dampak apa (hasil yang dicapai)”.
Saluran komunikasi dapat diklasifikasikan pada dua hal, yaitu komunikasi homofil dan komunikasi heterofil.
a)      Komunikasi Homofil
Komunikasi homofil adalah proses komunikasi yang dilakukan oleh dua individu atau kelompok yang dikategorikan memiliki kesamaan satu sama lain. Lazarsfeld dalam rogers (1983) menyebut komunikasi homofil sebagai “human communication in which pairs of individuals who interacts are similar in certain attributes, suchs as beliefs, education, social status, and the like ”. Suatu proses komunikasi yang berlangsung antara dua pasangan atau kelompok individu, dimana keduanya memiliki ciri (atribute) yang sama satu sama lain. Ciri itu antara lain kepercayaan, pendidikan, status sosial, dan sejenisnya. Secara umum, komunikasi homofil ini akan efektif karena kedua individu atau kelompok memiliki kesamaan karakteristik ataupun latar belakang sosial budaya, yang memudahkan komunikasi bisa dilaksanakan secara akrab, dari hati ke hati.
Difusi inovasi yang dilakukan pada masyarakat yang homogen atau bersifat homofil, akan menghasilkan hasil komunikasi yang positif. Artinya, difusi inovasi melalui komunikasi homofil jauh lebih efektif ketimbang dilakukan dengan komunikasi yang lain pada masyarakat yang heterogen atau beragam latar belakang budaya ataupun ciri lainnya.  
b)      Komunikasi Heterofil
Komunikasi heterofil yaitu proses komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, dimana pengirim pesan dan penerima pesan, memiliki latar belakang yang berbeda, baik dilihat dari sosial budaya, pendidikan, agama, atau karakteristik sosial lainnya. Oleh karena proses komunikasi yang dilakukan bersifat heterofil, maka proses difusi inovasi tak senantiasa berjalan mulus, karena perbedaan latar belakang di atas.
Banyak gangguan atau distorsi dalam komunikasi, sebagai akibat ditemukan berbagai kendala sebagai akibat Dari adanya keragaman atau perbedaan (heterofil) antara pengirim pesan dan penerima pesan dalam proses difusi yang berlangsung.
c.       Waktu dan Proses Penerimaan
Waktu merupakan hal yang penting dalam proses difusi inovasi. Proses keputusan inovasi pada hakekatnya adalah suatu proses yang dilalui individu atau kelompok, mulai dari pertama kali adanya inovasi, dilanjutkan dengan keputusan sikap terhadap inovasi, penetapan keputusan untuk menerima atau menolak, implementasi inovasi, dan konfirmasi atas keputusan inovasi yang dipilihnya. Berikut adalah tahapan dari model proses keputusan inovasi, yang dapat dilakukan oleh praktisi pendidikan hingga peserta didik, yaitu :
a)      Tahap Pengetahuan (Knowledge)
Tahap ini berlangsung apabila individu/kelompok, membuka diri terhadap adanya suatu inovasi serta ingin mengetahui bagaimana fungsi dan peran inovasi tersebut memberi konstribusi perbaikan di masa mendatang.
b)      Tahapan Bujukan (Persuation)
Tahap ini berlangsung manakala individu atau kelompok, mulai membentuk sikap menyenangi atau bahkan tidak menyenangi terhadap inovasi.
c)      Tahap Pengambilan Keputusan (Decision Making)
Tahap dimana seseorang atau kelompok melakukan aktifitas yang mengarah kepada keputusan untuk menerima atau menolak inovasi tersebut.
d)     Tahap Implementasi (Implementation)
Tahap ini berlangsung ketika seseorang atau kelompok menerapkan atau menggunakan inovasi itu dalam kegiatan organisasinya.
e)      Tahap Konfirmasi (Confirmation)
Tahap dimana seseorang atau kelompok mencari penguatan terhadap keputusan inovasi yang dilakukannya.
d.      Sistem Sosial
Sistem sosial merupakan berbagai unit yang saling berhubungan satu sama lain dalam tatanan masyarakat, dalam mencari tujuan yang diharapkan (a social system is defined as a set of interrelated units that are engaged in joint problem solving to accomplish a common goal). Beberapa hal yang dikelompokkan sebagai bagian atau unit dalam sistem sosial kemasyarakatan, antara lain: individu anggota masyarakat, tokoh masyarakat, pemimpin formal, tokoh agama, kelompok tertentu dalam masyarakat. Kesemuanya secara nyata, vbaik langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam proses difusi inovasi yang dilakukan.

Sumber : 
Wahyudin, Din Dan Rudi Susilana.Tim Pengembangan MKDP Kurikulum Dan Pembelajaran.2006. “Kurikulum Dan Pembelajaran”. Bandung: UPI Press

Tidak ada komentar:

Kisah Mata Air Keabadian

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada d...