1 Hakikat dan Batasan Inovasi
Secara sederhana
inovasi adalah perubahan kea rah yang baru, sedangkan difusi adalah proses
penyerapan sesuatu yang baru dengan menekankan pada aspek filterisasi. Dengan
demikian difusi inovasi dimaknakan sebagai penyebarluasan dari gagasan inovasi
tersebut melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan
saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu di antara anggota sistem
sosial masyarakat.
Everett M.
Rogers (1983) menyebut: “Innovation as an
idea, practice, or object that is perceived as new by an individual or another
unit of adoption” (inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktik atau
objek/benda yang disadari, dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh
seseorang atau kelompok untuk di adopsi). Dengan demikian, kata kunci inovasi
adalah gagasan, benda atau proses adopsi yang dilakukan oleh perorangan ataupun
kelompok masyarakat terhadap inovasi yang ditawarkan, termasuk dibidang
pendidikan.
Stephen Robbins
(1994) menyebut inovasi sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk
memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses, dan jasa. Robbins lebih
memfokuskan pada tiga hal utama yaitu:
a.
Gagasan Baru
Adanya gagasan baru (new ideas) dari suatu olah pikir dalam
mengamati suatu fenomena yang sedang terjadi, termasuk dalam bidang pendidikan.
Gagasan baru bisa berupa penemuan (invention)
dari suatu gagasan pemikiran, ide, sistem, sampai pada kemungkinan gagasan yang
mengkristal.
b.
Produk dan Jasa, dan
Hasil langkah lanjutan dari
adanya gagasan baru yang ditindaklanjuti dengan berbagai aktivitas, kajian,
penelitian, dan percobaan sehingga melahirkan konsep yang lebih konkrit, dalam
bentuk produk dan jasa yang siap dikembangkan dan diimplementasikan, termasuk
hasil inovasi dalam dunia pendidikan.
c.
Upaya Perbaikan
Usaha sistematis untuk
melakukan penyempurnaan dan melakukan perbaikan (improvement) yang terus-menerus sehingga buah inovasi itu bisa
dirasakan manfaatnya dan berguna.
2.1.2 Ciri Inovasi
Pendidikan
Inovasi termasuk inovasi pendidikan merupakan
pemikiran cemerlang yang bercirikan hal baru, atau berupa praktik-praktik
tertentu, atau berupa produk dari suatu hasil olah-pikir dan olah-teknologi
yang diterapkan melalui tahapan tertentu , yang diyakini dan dimaksudkan untuk
memecahkan persoalan yang timbul memperbaiki suatu keadaan tertentu, atau
proses tertentu yang terjadi di masyarakat. Difusi inovasi pendidikan sering
diartikan sebagai penyebarluasan gagasan inovasi pendidikan tersebut malalui
suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan saluran tertentu
dalam suatu rentang waktu tertentu di antara anggota sistem sosial masyarakat.
Rogers (1983) mengemukakan empat ciri penting yang
mempengaruhi difusi inovasi, termasuk inovasi pendidikan, yaitu : esensi
inovasi itu sebdiri, saluran komunikasi, waktu dan proses penerimaan dan sistem
sosial.
a.
Esensi Inovasi
Itu Sendiri
Inovasi termasuk inovasi pendidikan adalah inovasi
adalah suatu ide, gagasan, praktik atau objek/benda yang disadari, dan diterima
sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk di adopsi. Namun
demikian, proses adopsi inovasi ini tak datang dengan serentak tiba-tiba. Dalam
kaitannya dengan esensi inovasi, paling tidak ada tiga hal yang berkaitan erat,
yaitu teknologi, informasi dan pertimbangan ketidakpastian, dan reinovasi.
Dalam kadar tertentu, makna inovasi sering identik dengan teknologi yang
digunakan.
Kata “teknologi” diartikan sebagai “a design for instrumental action that
reduces the uncertainty in the cause effect relationship involved in achieving
in desired outcomes” (teknologi adalah suatu desain aksi kegiatan yang
ditempuh guna mengurangi ketidakpastian dalam hubungan sebab akibat dari hasil
yang ingin dicapai). Adanya teknologi, termasuk pemanfaatan teknologi informasi
dalam difusi inovasi antara lain untuk menjawab persoalan dalam hal mengurangi
ketidakpastian masa depan.
Sebagai ilustrasi mislanya, ketika sekolah
menggulirkan program desentralisasi sekolah melalui mekanisme komite sekolah
dan peran kepala sekolah dengan semangat manajemen yang bercirikan keterbukaan
(transparancy) dan pertanggung
jawaban (accountability) dalam
mengelola sekolah ke arah raihan mutu pendidikan yang lebih baik.
b.
Saluran
Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses dimana partisipan
berbagai informasi untuk mencapai pengertian satu sama lain. Lasswell (1948)
menyebut komponen dasar komukasi adalah “who
say what, in what channels, to whom and in with what effects”. Komunikasi
adalah sesuatu yang berkaitan dengan “siapa mengatakan atau mengemukakan apa,
dengan saluran komunikasi apa, kepada siapa, dan dengan dampak apa (hasil yang
dicapai)”.
Saluran komunikasi dapat diklasifikasikan pada dua
hal, yaitu komunikasi homofil dan komunikasi heterofil.
a)
Komunikasi
Homofil
Komunikasi homofil adalah proses komunikasi yang
dilakukan oleh dua individu atau kelompok yang dikategorikan memiliki kesamaan
satu sama lain. Lazarsfeld dalam rogers (1983) menyebut komunikasi homofil
sebagai “human communication in which
pairs of individuals who interacts are similar in certain attributes, suchs as
beliefs, education, social status, and the like ”. Suatu proses komunikasi
yang berlangsung antara dua pasangan atau kelompok individu, dimana keduanya
memiliki ciri (atribute) yang sama
satu sama lain. Ciri itu antara lain kepercayaan, pendidikan, status sosial,
dan sejenisnya. Secara umum, komunikasi homofil ini akan efektif karena kedua
individu atau kelompok memiliki kesamaan karakteristik ataupun latar belakang
sosial budaya, yang memudahkan komunikasi bisa dilaksanakan secara akrab, dari
hati ke hati.
Difusi inovasi yang dilakukan pada masyarakat yang
homogen atau bersifat homofil, akan menghasilkan hasil komunikasi yang positif.
Artinya, difusi inovasi melalui komunikasi homofil jauh lebih efektif ketimbang
dilakukan dengan komunikasi yang lain pada masyarakat yang heterogen atau
beragam latar belakang budaya ataupun ciri lainnya.
b)
Komunikasi
Heterofil
Komunikasi heterofil yaitu proses komunikasi yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih, dimana pengirim pesan dan penerima pesan,
memiliki latar belakang yang berbeda, baik dilihat dari sosial budaya,
pendidikan, agama, atau karakteristik sosial lainnya. Oleh karena proses komunikasi
yang dilakukan bersifat heterofil, maka proses difusi inovasi tak senantiasa
berjalan mulus, karena perbedaan latar belakang di atas.
Banyak gangguan atau distorsi dalam komunikasi,
sebagai akibat ditemukan berbagai kendala sebagai akibat Dari adanya keragaman
atau perbedaan (heterofil) antara pengirim pesan dan penerima pesan dalam
proses difusi yang berlangsung.
c.
Waktu dan Proses
Penerimaan
Waktu merupakan hal yang penting dalam proses difusi
inovasi. Proses keputusan inovasi pada hakekatnya adalah suatu proses yang
dilalui individu atau kelompok, mulai dari pertama kali adanya inovasi,
dilanjutkan dengan keputusan sikap terhadap inovasi, penetapan keputusan untuk
menerima atau menolak, implementasi inovasi, dan konfirmasi atas keputusan
inovasi yang dipilihnya. Berikut adalah tahapan dari model proses keputusan
inovasi, yang dapat dilakukan oleh praktisi pendidikan hingga peserta didik,
yaitu :
a)
Tahap Pengetahuan
(Knowledge)
Tahap
ini berlangsung apabila individu/kelompok, membuka diri terhadap adanya suatu
inovasi serta ingin mengetahui bagaimana fungsi dan peran inovasi tersebut
memberi konstribusi perbaikan di masa mendatang.
b)
Tahapan Bujukan
(Persuation)
Tahap
ini berlangsung manakala individu atau kelompok, mulai membentuk sikap
menyenangi atau bahkan tidak menyenangi terhadap inovasi.
c)
Tahap Pengambilan
Keputusan (Decision Making)
Tahap
dimana seseorang atau kelompok melakukan aktifitas yang mengarah kepada
keputusan untuk menerima atau menolak inovasi tersebut.
d)
Tahap Implementasi
(Implementation)
Tahap
ini berlangsung ketika seseorang atau kelompok menerapkan atau menggunakan
inovasi itu dalam kegiatan organisasinya.
e)
Tahap Konfirmasi
(Confirmation)
Tahap
dimana seseorang atau kelompok mencari penguatan terhadap keputusan inovasi
yang dilakukannya.
d.
Sistem Sosial
Sistem sosial merupakan berbagai unit yang saling
berhubungan satu sama lain dalam tatanan masyarakat, dalam mencari tujuan yang
diharapkan (a social system is defined as
a set of interrelated units that are engaged in joint problem solving to
accomplish a common goal). Beberapa hal yang dikelompokkan sebagai bagian
atau unit dalam sistem sosial kemasyarakatan, antara lain: individu anggota
masyarakat, tokoh masyarakat, pemimpin formal, tokoh agama, kelompok tertentu
dalam masyarakat. Kesemuanya secara nyata, vbaik langsung atau tidak langsung
mempengaruhi dalam proses difusi inovasi yang dilakukan.
Sumber :
Wahyudin, Din Dan Rudi Susilana.Tim Pengembangan MKDP Kurikulum Dan
Pembelajaran.2006. “Kurikulum Dan
Pembelajaran”. Bandung: UPI Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar