Minggu, 16 September 2012

PENGELOLAAN KELAS



 Konsep Dasar Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas adalah berbagai kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal terjadinya proses belajar mengajar. Adapun definisi-definisi dari para ahli diantaranya:

1.      Menurut Lois V, Johnson dan Mary A. Bani (Claaroom Management), yang diikhtisarkan oleh Dr. Made Pidarta, 1970. 

a.       Pengelolaan kelas ditinjau dari konsep lama adalah mempertahankan ketertiban kelas.
b.      Pengelolaan kelas ditinjau dari konsep modern adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problema dan situasi kelas. 

2.      J.M. Cooper (1977), mengemukakan 5 pengelompokkan definisi pengelolaan kelas, yaitu:
a.       Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Definisi ini memandang pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Pandangan ini bersifat "Otoratif". Kaitannya dengan tugas guru adalah menciptakan dan memelihara ketertiban suasana kelas. Penggunaan disiplin sangat diutamakan. 

b.      Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa. Definisi ini didasarkan atas pandangan yang bersifat "permisif'. Kaitannya dengan tugas guru adalah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa, maksudnya guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan yang ingin dilakukannya. 

c.       Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tijdak diinginkan. Definisi ketiga ini didasarkan pada prinsip-prinsip mengubahan tingkah taku (behavioral modification), dan memandang pengelolaan kelas sebagai proses pengubahan tingkah laku siswa. Guru di sini berfungsi sebagai pembantu siswa dalam mempelajari tingkah laku yang diharapkan melalui prinsip reinforcement (penguatan). 

d.      Pergelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosioemosional kelas yang positif. Definisi keempat ini memandang pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosioemosional yang positif di dalam kelas. Definisi ini beranggapan, bahwa kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. 

e.       Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif. Definisi kelima ini mengangap kelas merupakan sistem sosial dengan proses kelompok (group proses) sebagai intinya. pengajaran berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok, tetapi belajar dianggap proses individual, maka kehidupan kelas dalam kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang sangat berarti terhadap kegiatan belajar. Tugas guru di sini adalah mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas yang efektif.
 
  Kegiatan Pengelolaan Kelas
Iklim belajar yang kondusif merupakan tulang pungguung dan factor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses pembelajaran, sebaliknya iklim belajar yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan.

Lingkungan kondusif menurut E. Mulyana (2004:16) dapat dikembangkan melalui berbagai layanan dan kegiatan sebagai berikut:

1.      Memberikan pilihan pada peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas pembelajaran. Pilihan dan pelayanan individual bagi peserta didik, terutama bagi mereka yang lambat belajar akan akan membangkitkan nafsu dan semangat belajar sehingga membuat mereka betah belajar di sekolah. 

2.      Memberikan pembelajaran remedial bagi para peserta didik yang kurang berprestasi, atau prestasi rendah.

3.      Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman, dan aman bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik peserta didik secara optimal. 

4.      Menciptakan suasana kerjasama saling menghargai, baik antar peserta didik maupun antar peserta didik dengan guru dan pengelolaan pembelajaran lain.

5.      Melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan belajar dan pembelajaran. Dalam hal ini guru harus mampu memposisikan diri sebgai pembimbing. Sekali-kali cobalah untuk melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan pembelajaran, agar mereka merasa bertnggung jawab terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.

6.      Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab utama bersama antara peserta didik dan guru, sehingga guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan sumber belajar.

7.      Mengembangkan sistem evaluasi belajar dan pembelajaran yang menekankan pada evaluasi diri. Dalam hal ini guru sebagai fasilitator harus mampu membantu peserta didik untuk menilai bagaimana mereka memperoleh kemajuan dalam proses belajar yang dilaluinya.

Dalam mewujudkan pengelolaan kelas yang baik, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya:

 Kondisi fisik kelas
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Lingkungan fisik yang dimaksud meliputi:

a.       Ruang tempat berlangsungan belajar
Ruangan tempat belajar harus memungkin semua siswa bergerak leluasa tidak bersdesakan dan tidak saling mengganggu antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar. Besarnya ruangan kelas tergantung pada jenis kegiatan dan jumlah siswa yang melakukan kegiatan. 

b.      Pengaturan tempat duduk
Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapat mengontrol tingkah laku siswa. Berikut dikemukakan beberapa bentuk penataan meja-kursi yang dapat dipilih oleh guru guna meningkatkan keterlibatan dan interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran.

A.    Model huruf U
Model susunan meja-kursi model U dapat dipilih untuk berbagai tujuan. Dalam model ini, para siswa memiliki alas untuk menulis dan membaca, dapat melihat guru atau media visual dengan mudah, dan memungkinkan mereka bisa saling berhadapan langsung. Susunan model ini juga memudahkan untuk membagi bahan pelajaran kepada siswa secara cepat, di mana guru dapat masuk ke dalam huruf U dan berjalan ke berbagai arah.
Dalam menyusun meja-kursi model U, sediakan ruangan yang cukup antara satu tempat duduk dengan yang lainnya sehingga kelompok kecil siswa yang terdiri atas tiga orang atau lebih dapat keluar-masuk dari tempatnya dengan mudah.
B.     Model Corak Tim
Pada model ini, meja-meja dikelompokkan setengah lingkaran atau oblong di ruang tengah kelas agar memungkinkan guru melakukan interaksi dengan setiap tim (kelompok siswa). Guru dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja guna menciptakan suasana yang akrab. Siswa juga dapat memutar kursi melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat guru atau papan tulis.
C.     Model Meja Konferensi
Model ini cocok jika meja relatif persegi panjang. Susunan ini mengurangi dominasi pengajar dan meningkatkan keterlibatan siswa.
D.    Model Lingkaran
Dalam model ini, tempat duduk siswa disusun dalam bentuk lingkaran sehingga mereka dapat berinteraksi berhadap-hadapan secara langsung. Model lingkaran seperti ini cocok untuk diskusi kelompok penuh. Sediakan ruangan yang cukup, sehingga guru dapat menyuruh siswa menyusun kursi-kursi mereka secara cepat dalam berbagai susunan kelompok kecil. Jika mereka ingin menulis, mereka dapat menghadap ke meja masing-masing, namun jika mereka berdiskusi, mereka dapat memutar kursi untuk berhadap-hadapan satu sama lain.
E.     Model Fishbowl
Susunan ini memungkinkan guru melakukan kegiatan diskusi untuk menyusun permainan peran, berdebat, atau mengobservasi aktivitas kelompok. Susunan yang paling khusus terdiri atas dua konsentrasi lingkaran kursi. Guru juga dapat meletakkan meja pertemuan di tengah-tengah, dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luar.
F.      Model Breakout groupings
Jika kelas cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, letakkan meja-meja dan kursi di mana kelompok-kelompok kecil siswa dapat melakukan aktivitas belajar yang didasarkan pada tugas tim. Tempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling mengganggu. Tetapi hindarkan penempatan ruangan kelompok-kelompok kecil terlalu jauh dari ruang kelas utama sehingga hubungan di antara mereka dapat tetap terjaga.
G.    Model Workstation
Susunan ini tepat untuk lingkungan tipe laboratorium, di mana setiap siswa duduk secara berpasangan pada meja tertentu untuk mengerjakan suatu tugas (seperti mengoperasikan komputer, mesin, melakukan kerja laboral, dsb) sesaat setelah dimenostrasikan. Meja diatur sedemikian rupa, sehingga siswa dapat bekerja secara berpasangan sebagai partner belajar. Susunan seperti ini tepat digunakan bila pokok bahasan melibatkan tugas mandiri (seat work) sekaligus tugas kelompok kecil.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan berikut ini dalam menerapkan model ini.
a.       Pengaturan meja-kursi sebaiknya dapat digerakkan, dipin¬dahkan, dan disusun secara fleksibel.
b.      Memberikan keleluasaan siswa mengatur sendiri atau memilih meja-kursinya masing-masing, walaupun mungkin akan tampak acak-acakan dan tidak beraturan.
c.       Susunan meja-kursi yang baik adalah yang memung¬kinkan siswa dapat saling berinteraksi dan memberi keluasaan untuk terjadinya mobilitas pergerakan untuk melakukan aktivitas belajar. Prinsip pokok yang perlu diperhatikan dalam pengaturan meja-kursi adalah tatanan mana yang dapat menstimulasi dan mempertahakan tingkat keterlibatan belajar yang tinggi.
c.       Ventilasi dan pengaturan cahaya
Suhu, ventilasi dan penerangan (kendatipun guru guru sulit mengatur karena sudah ada)  adalah aset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa.
d.      Pengaturan penyimpanan barang-barang
Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai apabila diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan belajar. Suhaenah Suparno (2001:82) mengemukakan kriteria yang harus dipenuhi ketika melakukan penataan fasilitas ruang kelas sebagai berikut:
1.      Penataan ruangan dianggap baik apabila menunjang efektivitas proses pembelajaran yang salah satu petunjuknya adalah bahwa anak-anak belajar dengan aktif dan guru dapat mengelola kelas dengan baik.
2.      Penataan tersebut bersifat fleksibel (luwes) sehingga perubahan dari satu tujuan ke tujuan lain dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan sifat kegiatan yang dituntut oleh tujuan yang akan dicapai pada waktu itu.
3.      Ketika anak belajar tentang suatu konsep, maka ada fasilitas-fasilitas yang dapat memberikan bentuan untuk memperjelas konsep-konsep tersebut yaitu berupa gambar-gambar atau model atau media lain sehingga konsep—konsep tersebut tidak bersifat verbalitas. Tempat penyimpanan alat dan media tersebut cukup mudah tercapi sehingga waktu belajar siswa tidak terbuang.
4.      Penataan ruang dan fasilitas yang ada harus mampu membantu siswa meningkatkan motivasi siswa untuk belajar sehingga mereka merasa senang belajar.


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengaturan ruangan kelas adalah:
1.      Ruang kelas harus diusahakan memenuhi persyaratan sebagai berikut;
a.       Ukuran ruang kelas 8m X  7m
b.      Dapat memberikan kebebasan gerak, komunikasi pandangan dan pendengaran.
c.       Cukup cahaya dan sirkulasi udara.
d.      Pengaturan perabot agar memungkinkan guru dan siswa dapat bergerak leluasa.
Peralatan dan perabot yang harus ada dalam ruang kelas antara lain:
a.       Meja-kursi untuk guru dan siswa.
b.      Papan tulis.
c.       Papan panel.
d.      Almari.
e.       Rak buku ruang.
f.       Alat pembersih.
g.      Gambar presiden, wakil presiden, garuda pancasila.
h.      Kalender pendidikan.
i.        Tempat bendera merah putih.
j.        Daftar/jadwal pelajaran.
k.      Gambar/ denah kelas termasuk tempat duduk siswa.
l.        Taplak meja.
m.    Tempat bunga.
n.      Keranjang sampah.
o.      Lap/ serbet.


Daftar Pustaka

Abdul majid.2009.”Perencanaan Pembelajaran”.Bandung: ROSDA
Moh. Yamin.2010.”Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan”.Jogjakarta: DIVA Press
 

Tidak ada komentar:

Kisah Mata Air Keabadian

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada d...