Konsep Dasar Pengelolaan Kelas
Pengelolaan
kelas adalah berbagai kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal terjadinya proses belajar
mengajar. Adapun definisi-definisi dari para ahli diantaranya:
1.
Menurut
Lois V, Johnson dan Mary A. Bani (Claaroom Management), yang diikhtisarkan oleh
Dr. Made Pidarta, 1970.
a.
Pengelolaan
kelas ditinjau dari konsep lama adalah mempertahankan ketertiban kelas.
b.
Pengelolaan
kelas ditinjau dari konsep modern adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat
yang tepat terhadap problema dan situasi kelas.
2.
J.M.
Cooper (1977), mengemukakan 5 pengelompokkan definisi pengelolaan kelas, yaitu:
a.
Pengelolaan
kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan
ketertiban suasana kelas. Definisi ini memandang pengelolaan kelas sebagai
proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Pandangan ini bersifat
"Otoratif". Kaitannya dengan tugas guru adalah menciptakan dan
memelihara ketertiban suasana kelas. Penggunaan disiplin sangat diutamakan.
b.
Pengelolaan
kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa.
Definisi ini didasarkan atas pandangan yang bersifat "permisif'. Kaitannya
dengan tugas guru adalah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa, maksudnya
guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan yang ingin dilakukannya.
c.
Pengelolaan
kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa
yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tijdak
diinginkan. Definisi ketiga ini didasarkan pada prinsip-prinsip mengubahan
tingkah taku (behavioral modification), dan memandang pengelolaan kelas sebagai
proses pengubahan tingkah laku siswa. Guru di sini berfungsi sebagai pembantu
siswa dalam mempelajari tingkah laku yang diharapkan melalui prinsip
reinforcement (penguatan).
d.
Pergelolaan
kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan
interpersonal yang baik dan iklim sosioemosional kelas yang positif. Definisi
keempat ini memandang pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim
sosioemosional yang positif di dalam kelas. Definisi ini beranggapan, bahwa
kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim
positif yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa
dan siswa dengan siswa.
e.
Pengelolaan
kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan
organisasi kelas yang efektif. Definisi kelima ini mengangap kelas merupakan
sistem sosial dengan proses kelompok (group proses) sebagai intinya. pengajaran
berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok, tetapi belajar dianggap
proses individual, maka kehidupan kelas dalam kelompok dipandang mempunyai
pengaruh yang sangat berarti terhadap kegiatan belajar. Tugas guru di sini
adalah mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas yang efektif.
Iklim belajar yang
kondusif merupakan tulang pungguung dan factor pendorong yang dapat memberikan
daya tarik tersendiri bagi proses pembelajaran, sebaliknya iklim belajar yang
kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan.
Lingkungan
kondusif menurut E. Mulyana (2004:16) dapat dikembangkan melalui berbagai
layanan dan kegiatan sebagai berikut:
1. Memberikan
pilihan pada peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas
pembelajaran. Pilihan dan pelayanan individual bagi peserta didik, terutama
bagi mereka yang lambat belajar akan akan membangkitkan nafsu dan semangat
belajar sehingga membuat mereka betah belajar di sekolah.
2. Memberikan
pembelajaran remedial bagi para peserta didik yang kurang berprestasi, atau
prestasi rendah.
3. Mengembangkan
organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman, dan aman bagi perkembangan
potensi seluruh peserta didik peserta didik secara optimal.
4. Menciptakan
suasana kerjasama saling menghargai, baik antar peserta didik maupun antar
peserta didik dengan guru dan pengelolaan pembelajaran lain.
5. Melibatkan
peserta didik dalam proses perencanaan belajar dan pembelajaran. Dalam hal ini
guru harus mampu memposisikan diri sebgai pembimbing. Sekali-kali cobalah untuk
melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan pembelajaran, agar mereka
merasa bertnggung jawab terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.
6. Mengembangkan
proses pembelajaran sebagai tanggung jawab utama bersama antara peserta didik
dan guru, sehingga guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan sumber
belajar.
7. Mengembangkan
sistem evaluasi belajar dan pembelajaran yang menekankan pada evaluasi diri.
Dalam hal ini guru sebagai fasilitator harus mampu membantu peserta didik untuk
menilai bagaimana mereka memperoleh kemajuan dalam proses belajar yang
dilaluinya.
Dalam
mewujudkan pengelolaan kelas yang baik, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhinya, diantaranya:
Kondisi fisik kelas
Lingkungan fisik tempat belajar
mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang
menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas
proses pembelajaran dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran. Lingkungan fisik yang dimaksud meliputi:
a. Ruang
tempat berlangsungan belajar
Ruangan
tempat belajar harus memungkin semua siswa bergerak leluasa tidak bersdesakan
dan tidak saling mengganggu antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya
pada saat melakukan aktivitas belajar. Besarnya ruangan kelas tergantung pada
jenis kegiatan dan jumlah siswa yang melakukan kegiatan.
b. Pengaturan
tempat duduk
Dalam
mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka,
dengan demikian guru dapat mengontrol tingkah laku siswa. Berikut dikemukakan beberapa bentuk penataan meja-kursi yang
dapat dipilih oleh guru guna meningkatkan keterlibatan dan interaksi antar
siswa dalam proses pembelajaran.
A. Model
huruf U
Model susunan meja-kursi model U
dapat dipilih untuk berbagai tujuan. Dalam model ini, para siswa memiliki alas
untuk menulis dan membaca, dapat melihat guru atau media visual dengan mudah,
dan memungkinkan mereka bisa saling berhadapan langsung. Susunan model ini juga
memudahkan untuk membagi bahan pelajaran kepada siswa secara cepat, di mana
guru dapat masuk ke dalam huruf U dan berjalan ke berbagai arah.
Dalam menyusun meja-kursi model U,
sediakan ruangan yang cukup antara satu tempat duduk dengan yang lainnya
sehingga kelompok kecil siswa yang terdiri atas tiga orang atau lebih dapat
keluar-masuk dari tempatnya dengan mudah.
B. Model
Corak Tim
Pada model ini, meja-meja
dikelompokkan setengah lingkaran atau oblong di ruang tengah kelas agar
memungkinkan guru melakukan interaksi dengan setiap tim (kelompok siswa). Guru
dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja guna menciptakan suasana
yang akrab. Siswa juga dapat memutar kursi melingkar menghadap ke depan ruang
kelas untuk melihat guru atau papan tulis.
C. Model Meja
Konferensi
Model ini cocok jika meja relatif
persegi panjang. Susunan ini mengurangi dominasi pengajar dan meningkatkan
keterlibatan siswa.
D. Model
Lingkaran
Dalam model ini, tempat duduk siswa
disusun dalam bentuk lingkaran sehingga mereka dapat berinteraksi
berhadap-hadapan secara langsung. Model lingkaran seperti ini cocok untuk
diskusi kelompok penuh. Sediakan ruangan yang cukup, sehingga guru dapat
menyuruh siswa menyusun kursi-kursi mereka secara cepat dalam berbagai susunan
kelompok kecil. Jika mereka ingin menulis, mereka dapat menghadap ke meja
masing-masing, namun jika mereka berdiskusi, mereka dapat memutar kursi untuk
berhadap-hadapan satu sama lain.
E. Model
Fishbowl
Susunan ini memungkinkan guru
melakukan kegiatan diskusi untuk menyusun permainan peran, berdebat, atau
mengobservasi aktivitas kelompok. Susunan yang paling khusus terdiri atas dua
konsentrasi lingkaran kursi. Guru juga dapat meletakkan meja pertemuan di
tengah-tengah, dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luar.
F. Model
Breakout groupings
Jika kelas cukup besar atau jika
ruangan memungkinkan, letakkan meja-meja dan kursi di mana kelompok-kelompok
kecil siswa dapat melakukan aktivitas belajar yang didasarkan pada tugas tim.
Tempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim
itu tidak saling mengganggu. Tetapi hindarkan penempatan ruangan
kelompok-kelompok kecil terlalu jauh dari ruang kelas utama sehingga hubungan
di antara mereka dapat tetap terjaga.
G. Model
Workstation
Susunan
ini tepat untuk lingkungan tipe laboratorium, di mana setiap siswa duduk secara
berpasangan pada meja tertentu untuk mengerjakan suatu tugas (seperti
mengoperasikan komputer, mesin, melakukan kerja laboral, dsb) sesaat setelah
dimenostrasikan. Meja diatur sedemikian rupa, sehingga siswa dapat bekerja
secara berpasangan sebagai partner belajar. Susunan seperti ini tepat digunakan
bila pokok bahasan melibatkan tugas mandiri (seat work) sekaligus tugas
kelompok kecil.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan berikut ini dalam menerapkan model ini.
a. Pengaturan meja-kursi sebaiknya
dapat digerakkan, dipin¬dahkan, dan disusun secara fleksibel.
b. Memberikan keleluasaan siswa
mengatur sendiri atau memilih meja-kursinya masing-masing, walaupun mungkin
akan tampak acak-acakan dan tidak beraturan.
c. Susunan meja-kursi yang baik adalah
yang memung¬kinkan siswa dapat saling berinteraksi dan memberi keluasaan untuk
terjadinya mobilitas pergerakan untuk melakukan aktivitas belajar. Prinsip
pokok yang perlu diperhatikan dalam pengaturan meja-kursi adalah tatanan mana
yang dapat menstimulasi dan mempertahakan tingkat keterlibatan belajar yang
tinggi.
c. Ventilasi
dan pengaturan cahaya
Suhu,
ventilasi dan penerangan (kendatipun guru guru sulit mengatur karena sudah
ada) adalah aset penting untuk
terciptanya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu ventilasi harus cukup
menjamin kesehatan siswa.
d. Pengaturan
penyimpanan barang-barang
Barang-barang
hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai apabila diperlukan dan
akan dipergunakan bagi kepentingan belajar. Suhaenah Suparno (2001:82)
mengemukakan kriteria yang harus dipenuhi ketika melakukan penataan fasilitas
ruang kelas sebagai berikut:
1. Penataan
ruangan dianggap baik apabila menunjang efektivitas proses pembelajaran yang
salah satu petunjuknya adalah bahwa anak-anak belajar dengan aktif dan guru
dapat mengelola kelas dengan baik.
2. Penataan
tersebut bersifat fleksibel (luwes) sehingga perubahan dari satu tujuan ke
tujuan lain dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan sifat
kegiatan yang dituntut oleh tujuan yang akan dicapai pada waktu itu.
3. Ketika
anak belajar tentang suatu konsep, maka ada fasilitas-fasilitas yang dapat
memberikan bentuan untuk memperjelas konsep-konsep tersebut yaitu berupa
gambar-gambar atau model atau media lain sehingga konsep—konsep tersebut tidak
bersifat verbalitas. Tempat penyimpanan alat dan media tersebut cukup mudah
tercapi sehingga waktu belajar siswa tidak terbuang.
4. Penataan
ruang dan fasilitas yang ada harus mampu membantu siswa meningkatkan motivasi
siswa untuk belajar sehingga mereka merasa senang belajar.
Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pengaturan
ruangan kelas adalah:
1. Ruang
kelas harus diusahakan memenuhi persyaratan sebagai berikut;
a. Ukuran
ruang kelas 8m X 7m
b. Dapat
memberikan kebebasan gerak, komunikasi pandangan dan pendengaran.
c. Cukup
cahaya dan sirkulasi udara.
d. Pengaturan
perabot agar memungkinkan guru dan siswa dapat bergerak leluasa.
Peralatan dan perabot yang harus
ada dalam ruang kelas antara lain:
a. Meja-kursi
untuk guru dan siswa.
b. Papan
tulis.
c. Papan
panel.
d. Almari.
e. Rak
buku ruang.
f. Alat
pembersih.
g. Gambar
presiden, wakil presiden, garuda pancasila.
h. Kalender
pendidikan.
i.
Tempat bendera merah
putih.
j.
Daftar/jadwal pelajaran.
k. Gambar/
denah kelas termasuk tempat duduk siswa.
l.
Taplak meja.
m. Tempat
bunga.
n. Keranjang
sampah.
o. Lap/
serbet.
Daftar Pustaka
Abdul
majid.2009.”Perencanaan Pembelajaran”.Bandung:
ROSDA
Moh. Yamin.2010.”Manajemen
Mutu Kurikulum Pendidikan”.Jogjakarta: DIVA Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar