Tiga ratus tahun
yang lalu ada seorang filsuf berkebangsaan Prancis yaitu Rene Descartes yang
disebut-sebut sebagai pendiri Filsafat Modern, tengah duduk berpikir. Dia lelah
dengan kepelikan filsafat Scholastic.
Dia percaya bahwa dengan mengadopsi beberapa aturan sederhana untuk membimbing
pikirannya, dia bisa (bahkan dengan tanpa bantuan apa pun selain aturan
sederhana tadi) memecahkan persoalan besar tentang eksistensi. Dia akan
menggunakan metode rasionalistik yang mana metode tersebut telah membimbing dia
dan teman-teman sebayanya mencapai hasil yang begitu cemerlang dalam matematika
dan sain mekanika.
Di bawah ini
adalah empat aturan terkenalnya:
·
Pertama,
tidak pernah menerima apa pun sebagai benar ketika saya tidak dengan jelas
mengetahui dengan sungguh-sungguh; hal ini dilakukan demi untuk mengatakan
berhati-hatilah, dalam rangka menghindari ketergesa-gesaan dan prasangka. Tindakan
tersebut juga untuk mengatakan bahwa yang ada dalam putusan saya tidak lebih
dari apa pun kecuali apa yang hadir itu begitu jelas dan terang dalam pikiran
saya setelah sebelumnya menghilangkan semua hal yang mendasari rasa
keragu-raguan.
·
Kedua,
demi memisahkan semua kesulitan dalam usaha pengujian terhadap sejumlah besar
kemungkinan maka sepertinya menjadi untuk berusaha mencukupi setiap
pemecahannya.
·
Ketiga,
dalam rangka membimbing pikiran saya mengikuti aturan tersebut, saya akan
memulai dengan objek-objek yang paling sederahana dan paling mudah untuk
diketahui. Saya kemudian bisa menaikkan sedikit demi sedikit dan setahap demi
setahap sampai pada pengetahuan yang lebih kompleks.
·
Keempat,
yang terakhir, dalam semua kasus, untuk membuat keputusan yang begitu lengkap
dan orang banyak juga bisa memeriksa ulang, tentu saya harus yakin bahwa tak
ada sesuatu pun yang terbuang.
Karena kemenangan
Descartes, para pencari kebenaran (filsuf dan ilmuwan) telah merasakan kegunaan
empat aturannya dalam membimbing pikiran mereka sendiri. Lalu sain modern yang
empiris itu (karena menekankan pentingnya pengalaman, observasi, dan riset
eksperimental) menambah aturan lain terhadap aturan Descartes tersbut. Hasilnya
apa yang kita sebut dengan metode ilmiah dan filsafat menyatakan tidak ada
kompromi atas aturan solid yang metode ilmiah tentukan. Pernyataan tersbut
terkadang telah membentuk citra bahwa filsafat semacam memiliki metode yang
hanya diketahui oleh beberapa kalangan tertentu (esoteric) di mana metode ini dapat lebih mendekatkan secara
langsung terhadap pintu gerbang kebenaran setidaknya terhadap beberapa macam
kebenaran daripada melalui berbagai metode laboratorium dan riset logis. Metode
ini adalah metode intuisi atau pengetahuan yang begitu saja, tiba-tiba dan
cepat bagaikan kilat (petir). Metode ini adalah metode mistik.
Sumber : Buku
Filsafat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar