Minggu, 27 April 2014

Metode Filsafat I Empat aturan (kaidah) Descartes




Tiga ratus tahun yang lalu ada seorang filsuf berkebangsaan Prancis yaitu Rene Descartes yang disebut-sebut sebagai pendiri Filsafat Modern, tengah duduk berpikir. Dia lelah dengan kepelikan filsafat Scholastic. Dia percaya bahwa dengan mengadopsi beberapa aturan sederhana untuk membimbing pikirannya, dia bisa (bahkan dengan tanpa bantuan apa pun selain aturan sederhana tadi) memecahkan persoalan besar tentang eksistensi. Dia akan menggunakan metode rasionalistik yang mana metode tersebut telah membimbing dia dan teman-teman sebayanya mencapai hasil yang begitu cemerlang dalam matematika dan sain mekanika.

Di bawah ini adalah empat aturan terkenalnya:
·         Pertama, tidak pernah menerima apa pun sebagai benar ketika saya tidak dengan jelas mengetahui dengan sungguh-sungguh; hal ini dilakukan demi untuk mengatakan berhati-hatilah, dalam rangka menghindari ketergesa-gesaan dan prasangka. Tindakan tersebut juga untuk mengatakan bahwa yang ada dalam putusan saya tidak lebih dari apa pun kecuali apa yang hadir itu begitu jelas dan terang dalam pikiran saya setelah sebelumnya menghilangkan semua hal yang mendasari rasa keragu-raguan.
·         Kedua, demi memisahkan semua kesulitan dalam usaha pengujian terhadap sejumlah besar kemungkinan maka sepertinya menjadi untuk berusaha mencukupi setiap pemecahannya.
·         Ketiga, dalam rangka membimbing pikiran saya mengikuti aturan tersebut, saya akan memulai dengan objek-objek yang paling sederahana dan paling mudah untuk diketahui. Saya kemudian bisa menaikkan sedikit demi sedikit dan setahap demi setahap sampai pada pengetahuan yang lebih kompleks.
·         Keempat, yang terakhir, dalam semua kasus, untuk membuat keputusan yang begitu lengkap dan orang banyak juga bisa memeriksa ulang, tentu saya harus yakin bahwa tak ada sesuatu pun yang terbuang.

Karena kemenangan Descartes, para pencari kebenaran (filsuf dan ilmuwan) telah merasakan kegunaan empat aturannya dalam membimbing pikiran mereka sendiri. Lalu sain modern yang empiris itu (karena menekankan pentingnya pengalaman, observasi, dan riset eksperimental) menambah aturan lain terhadap aturan Descartes tersbut. Hasilnya apa yang kita sebut dengan metode ilmiah dan filsafat menyatakan tidak ada kompromi atas aturan solid yang metode ilmiah tentukan. Pernyataan tersbut terkadang telah membentuk citra bahwa filsafat semacam memiliki metode yang hanya diketahui oleh beberapa kalangan tertentu (esoteric) di mana metode ini dapat lebih mendekatkan secara langsung terhadap pintu gerbang kebenaran setidaknya terhadap beberapa macam kebenaran daripada melalui berbagai metode laboratorium dan riset logis. Metode ini adalah metode intuisi atau pengetahuan yang begitu saja, tiba-tiba dan cepat bagaikan kilat (petir). Metode ini adalah metode mistik.

Sumber : Buku Filsafat

Tidak ada komentar:

Kisah Mata Air Keabadian

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada d...