Sabtu, 23 Mei 2009

Pengolahan Air Bersih

"Iklan Bisnis Online"

Hanya dengan mengklik iklan saja bisa dapat dollar, ayo daftar di ClixSense, Bux.to Gratiis !


Anda ingin mendapatkan Hp Blackbery ikuti survey berikut ini,


Klik disini


Anda ingin Membangun Kekayaan Dari Internet ?


Klik disini


E-book Panduan Untuk Berbisnis Internet


Klik Disini

Jasa pembuatan website Klik disini

Ayo bergabung di Ziddu untuk mengupload File dan bisa dapat dollar


Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan adsorpsi. Air sungai atau air sumur yang keruh mengandung lumpur koloidal dan barangkali juga zat-zat warna, zat pencemar seperti limbah detergen dan pestisida. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pengolahan air adalah tawas (alumunium sulfat), pasir, klorin atau kaporit, kapur tohor, dan karbon aktif. Tawas berguna untuk menggumpalkan lumpur koloidal sehingga mudah disaring. Tawas juga membentuk koloidal AL(OH)3 yang dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat-zat pencemar seperti detergen dan pestisida. Apabila tingkat kekeruhan air yang diolah terlalu tinggi maka digunakan karbon aktif di samping tawas. Pasir berfungsi sebagai penyaring. Klorin atau kaporit berfungsi sebagai pembasmi hama (desinfektan), sedangkan kapur tohor berguna untuk menaikkan pH, yaitu untuk menetralkan keasaman ynang terjadi karena penggunaan trawas.

Industri Pengolahan Air Bersih (Perusahaan Air Minum)

Pengolahan air bersih di kota-kota besar pada prinsipnya sama dengan pengolahan air sederhana. Mula-mula air sungai dipompakan ke dalam bak prasedimentasi. Di sini lumpur dibiarkan mengendap karena pengaruh gravitasi. Lumpur dibuang dengan pompa, sedangkan air selanjutnya dialirkan ke dalam bak ventury. Pada tahap ini dicampurkan tawas dan gas klorin (preklorinasi). Poada air baku yang kekeruhan dan pencemarannya tinggi, perlu dibubuhkan karbon aktif yang berguna untuk menghilangkan bau, warna, rasa, dan zat organik yang terkandung dalam air baku. Dari bak ventury, air baku yang telah dicampur dengan bahan-bahan kimia dialirkan ke dalam accelator. Di dalam bak accelator ini terjadi proses koagulasi, lumpur dan kotoran lain menggumpal membentuk flok-flok yang akan mengalami sedimentasi secara gravitasi. Selanjutnya, air sudah setengah bersih dialirkan ke dalam bak saringan pasir. Pada saringan ini, sisa-sisa flok akan tertahan. Dari bak pasir diperoleh air yang sudah hampir bersih. Air yang sudah cukup bersih ini ditampung dalam bak lain yang disebut siphon, dimana ditambahkan kapur untuk menaikkan pH dan gas klorin (post klorinasi) untuk mematikan hama. Dari bak siphon, air yang sudah memenuhi standar air bersih selanjutnya dialirkan ke dalam reservoar, kemudian ke konsumen.

Pembuatan Sistem Koloid

Ukuran partikel-partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi. Oleh karena itu, sistem koloid dapat dibuat dengan pengelompokan (agregasi) partikel larutan sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar kemudian didipersikan ke dalam medium pendispersi. Cara yang pertama disebut cara kondensasi, sedangkan yang kedua disebut cara dispersi.

Cara Kondensasi

Dengan cara kondensasi partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut.

Reaksi Redoks

Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilanga oksidasi.

Contoh 1:

Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam SO2.

2H2S(g) + SO2(aq) --> 2H2O(l) + 3 S(koloidal)

Contoh 2:

Pembuatan sol emas dari reaksi antara larutan HAuCl4 dengan larutan K2CO3 dan HCHO (formaldehida).

2HAuCl4(aq) + 6K2CO3(aq) + 3HCHO(aq) --> 2Au(koloidal) + 5CO2(g) + 8KCl(aq) + 3HCOOK(aq) + KHCO3(aq) + 2H2O (l)

Hidrolisis

Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.

Contoh:

Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. Apabila ke dalam air mendidih ditambahkan larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3.

FeCl3(aq) + 3H2O(l) ---> Fe(OH)3(koloid) + 3 HCl(aq)

Dekomposisi Rangkap

Contoh 1:

Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan H2S.

2H3AsO3(aq) + 3H2S(aq) --> As2S3(koloid) + 6 H2O(l)

Contoh 2:

Sol AgCl dapat dibuat dengan mencampurkan larutan perak nitrat encer dengan larutan HCl encer.

AgNO3(aq) + HCl(aq) AgCl(koloid) + HNO3(aq)

Penggantian Pelarut

Selain dengan cara-cara kimia seperti di atas, koloid juga dapat terjadi dengan penggantian pelarut.

Contoh:

Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk suatu koloid berupa gel.

Cara Dispersi

Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).

Cara Mekanik

Menurut cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi.

Contoh:

Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.

Cara Peptisasi

Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid. Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan protein (polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim pepsin.

Contoh:

Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.

Cara Busur Bredig

Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel koloid. Jadi, cara busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi.


Koloid Asosiasi

Berbagai jenis zat, seperti sabun dan detergen, larut dalam air tetapi tidak membentuk larutan, melainkan koloid. Molekul sabun atau detergen terdiri atas bagian yang polar (disebut kepala) dan bagian yang nonpolar (disebut ekor).

O
ll
CH3 –CH2 –CH2 –CH2 –CH2 –CH2 –CH2 –CH2 –CH2 –CH2 –CH2 –CH2 –CH2 –CH2 –CH2 – C -O-Na+
Ekor Kepala

Kepala sabun adalah gugus yang hidrofil (tertarik ke air) sedangkan gugus hidrokarbon bersifat hidrpfob (takut air). Jika sabun dilarutkan dalam air, maka molekul-molekul sabun akan mengadakan asosiasi karena gugus nonpolarnya (ekor) saling tarik-menarik, sehingga terbentuk partikel koloid.


Daya pengemulsi dari sabun dan detergen juga disebabkan oleh aksi yang sama. Gugus nonpolar dari sabun akan menarik partikel kotoran (lemak) dari bahan cucian kemudian mendispersikannya ke dalam air.


Sebagai bahan pencuci, sabun dan detergen bukan saja berfungsi sebagai pengemulsi tetapi juga sebagai pembasah atau penurun tegangan permukaan. Air yang mengandung sabun atau detergen mempunyai tegangan permukaan yang lebih rendah sehingga lebih mudah meresap pada bahan cucian.


Koloid dan Polusi

Berbagai masalah lingkungan terkait dengan koloid, di antaranya adalah asbut. Sebanyak 4000 orang meninggal dalam kasus asbut di London pada tahun 1952. Asbut adalah campuran yang rumit yang terdiri atas berbagai gas dan partikel-partikel zat cair dan zat padat. Asbut (smog) merupakan kombinasi dari asap (smoke) dan kabut (fog).


Kabut sendiri merupakan dispersi partikel air dalam udara. Kabut terjadi jika udara panas yang mengandung uap air tiba-tiba mengalami pendinginan, sehingga sebagian uap air mengalami kondensasi. Jika asap bergabung dengan kabut, maka kabut menghalangi asap naik. Akibatnya, asap tetap berada di sekitar kita dan kita menghirupnya.


Asap mengandung partikel yang dapat mengiritasi paru-paru dan membuat kita batuk. Asap juga mengandung belerang dioksida (SO2). Gas ini dapat bereaksi dengan oksigen dan uap air membentuk asam sulfat. Asam sulfat akan mengiritasi paru-paru sehingga menghasilkan banyak lendir.


Selain itu, asbut mengandung berbagai jenis gas yang terbentuk dari serentetan reaksi fotokimia (yaitu reaksi kimia yang berlangsung di bawah pengaruh sinar matahari). Di antaranya, yaitu ozon, aldehida, dan peroksiasetil nitrat (PAN = CH3 –COOONO2).


Sumber: Buku Paket Kimia Erlangga SMA Kelas XI


Pengolahan Air Bersih


Hanya dengan mengklik iklan saja bisa dapat dollar, ayo daftar di


ClixSense Gratiis !


Anda ingin mendapatkan Hp Blackbery ikuti survey berikut ini,


Klik disini


Anda ingin Membangun Kekayaan Dari Internet ?


Klik disini


E-book Panduan Untuk Berbisnis Internet dan Macam-macam Bisnis Internet

Klik Disini

Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan adsorpsi. Air sungai atau air sumur yang keruh mengandung lumpur koloidal dan barangkali juga zat-zat warna, zat pencemar seperti limbah detergen dan pestisida. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pengolahan air adalah tawas (alumunium sulfat), pasir, klorin atau kaporit, kapur tohor, dan karbon aktif. Tawas berguna untuk menggumpalkan lumpur koloidal sehingga mudah disaring. Tawas juga membentuk koloidal AL(OH)3 yang dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat-zat pencemar seperti detergen dan pestisida. Apabila tingkat kekeruhan air yang diolah terlalu tinggi maka digunakan karbon aktif di samping tawas. Pasir berfungsi sebagai penyaring. Klorin atau kaporit berfungsi sebagai pembasmi hama (desinfektan), sedangkan kapur tohor berguna untuk menaikkan pH, yaitu untuk menetralkan keasaman ynang terjadi karena penggunaan trawas.

Industri Pengolahan Air Bersih (Perusahaan Air Minum)

Pengolahan air bersih di kota-kota besar pada prinsipnya sama dengan pengolahan air sederhana. Mula-mula air sungai dipompakan ke dalam bak prasedimentasi. Di sini lumpur dibiarkan mengendap karena pengaruh gravitasi. Lumpur dibuang dengan pompa, sedangkan air selanjutnya dialirkan ke dalam bak ventury. Pada tahap ini dicampurkan tawas dan gas klorin (preklorinasi). Poada air baku yang kekeruhan dan pencemarannya tinggi, perlu dibubuhkan karbon aktif yang berguna untuk menghilangkan bau, warna, rasa, dan zat organik yang terkandung dalam air baku. Dari bak ventury, air baku yang telah dicampur dengan bahan-bahan kimia dialirkan ke dalam accelator. Di dalam bak accelator ini terjadi proses koagulasi, lumpur dan kotoran lain menggumpal membentuk flok-flok yang akan mengalami sedimentasi secara gravitasi. Selanjutnya, air sudah setengah bersih dialirkan ke dalam bak saringan pasir. Pada saringan ini, sisa-sisa flok akan tertahan. Dari bak pasir diperoleh air yang sudah hampir bersih. Air yang sudah cukup bersih ini ditampung dalam bak lain yang disebut siphon, dimana ditambahkan kapur untuk menaikkan pH dan gas klorin (post klorinasi) untuk mematikan hama. Dari bak siphon, air yang sudah memenuhi standar air bersih selanjutnya dialirkan ke dalam reservoar, kemudian ke konsumen.

Pembuatan Sistem Koloid

Ukuran partikel-partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi. Oleh karena itu, sistem koloid dapat dibuat dengan pengelompokan (agregasi) partikel larutan sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar kemudian didipersikan ke dalam medium pendispersi. Cara yang pertama disebut cara kondensasi, sedangkan yang kedua disebut cara dispersi.

Cara Kondensasi

Dengan cara kondensasi partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut.

Reaksi Redoks

Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilanga oksidasi.

Contoh 1:

Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam SO2.

H2S(g) + SO2(aq) --> 2H2O(l) + 3 S(koloidal)

Contoh 2:

Pembuatan sol emas dari reaksi antara larutan HAuCl4 dengan larutan K2CO3 dan HCHO (formaldehida).

2HAuCl4(aq) + 6K2CO3(aq) + 3HCHO(aq) --> 2Au(koloidal) + 5CO2(g) + 8KCl(aq) + 3HCOOK(aq) + KHCO3(aq) + 2H2O (l)

Hidrolisis

Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.

Contoh:

Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. Apabila ke dalam air mendidih ditambahkan larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3.

FeCl3(aq) + 3H2O(l) ---> Fe(OH)3(koloid) + 3 HCl(aq)

Dekomposisi Rangkap

Contoh 1:

Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan H2S.

2H3AsO3(aq) + 3H2S(aq) --> As2S3(koloid) + 6 H2O(l)

Contoh 2:

Sol AgCl dapat dibuat dengan mencampurkan larutan perak nitrat encer dengan larutan HCl encer.

AgNO3(aq) + HCl(aq) AgCl(koloid) + HNO3(aq)

Penggantian Pelarut

Selain dengan cara-cara kimia seperti di atas, koloid juga dapat terjadi dengan penggantian pelarut.

Contoh:

Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk suatu koloid berupa gel.

Cara Dispersi

Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).

Cara Mekanik

Menurut cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi.

Contoh:

Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.

Cara Peptisasi

Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid. Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan protein (polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim pepsin.

Contoh:

Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.

Cara Busur Bredig

Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel koloid. Jadi, cara busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi.

Koloid Asosiasi

Berbagai jenis zat, seperti sabun dan detergen, larut dalam air tetapi tidak membentuk larutan, melainkan koloid. Molekul sabun atau detergen terdiri atas bagian yang polar (disebut kepala) dan bagian yang nonpolar (disebut ekor).

O

ll

CH3 –CH2 –CH2 –CH2 –CH2 –CH2 –CH2 –CH2 –CH2 –CH2 –CH2 –CH2 –CH2 –CH2 –CH2 – C -O-Na+

Ekor Kepala

Kepala sabun adalah gugus yang hidrofil (tertarik ke air) sedangkan gugus hidrokarbon bersifat hidrpfob (takut air). Jika sabun dilarutkan dalam air, maka molekul-molekul sabun akan mengadakan asosiasi karena gugus nonpolarnya (ekor) saling tarik-menarik, sehingga terbentuk partikel koloid.

Daya pengemulsi dari sabun dan detergen juga disebabkan oleh aksi yang sama. Gugus nonpolar dari sabun akan menarik partikel kotoran (lemak) dari bahan cucian kemudian mendispersikannya ke dalam air.

Sebagai bahan pencuci, sabun dan detergen bukan saja berfungsi sebagai pengemulsi tetapi juga sebagai pembasah atau penurun tegangan permukaan. Air yang mengandung sabun atau detergen mempunyai tegangan permukaan yang lebih rendah sehingga lebih mudah meresap pada bahan cucian.

Koloid dan Polusi

Berbagai masalah lingkungan terkait dengan koloid, di antaranya adalah asbut. Sebanyak 4000 orang meninggal dalam kasus asbut di London pada tahun 1952. Asbut adalah campuran yang rumit yang terdiri atas berbagai gas dan partikel-partikel zat cair dan zat padat. Asbut (smog) merupakan kombinasi dari asap (smoke) dan kabut (fog).

Kabut sendiri merupakan dispersi partikel air dalam udara. Kabut terjadi jika udara panas yang mengandung uap air tiba-tiba mengalami pendinginan, sehingga sebagian uap air mengalami kondensasi. Jika asap bergabung dengan kabut, maka kabut menghalangi asap naik. Akibatnya, asap tetap berada di sekitar kita dan kita menghirupnya.

Asap mengandung partikel yang dapat mengiritasi paru-paru dan membuat kita batuk. Asap juga mengandung belerang dioksida (SO2). Gas ini dapat bereaksi dengan oksigen dan uap air membentuk asam sulfat. Asam sulfat akan mengiritasi paru-paru sehingga menghasilkan banyak lendir.

Selain itu, asbut mengandung berbagai jenis gas yang terbentuk dari serentetan reaksi fotokimia (yaitu reaksi kimia yang berlangsung di bawah pengaruh sinar matahari). Di antaranya, yaitu ozon, aldehida, dan peroksiasetil nitrat (PAN = CH3 –COOONO2).

Sumber: Buku Paket Kimia Erlangga SMA Kelas XI

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

"Iklan Bisnis Online"

Hanya dengan mengklik iklan saja bisa dapat dollar, ayo daftar di


ClixSense Gratiis !


Anda ingin mendapatkan Hp Blackbery ikuti survey berikut ini,


Klik disini


Anda ingin Membangun Kekayaan Dari Internet ?


Klik disini


Ebook "Uang Panas" menjelaskan bermacam-macam bisnis internet dan ini "bukan penipuan"

Klik Disini


Jasa pembuatan website Klik disini

Ayo bergabung di Ziddu untuk mengupload File dan bisa dapat dollar


Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dibedakan atas faktor luar dan faktor dalam.

Faktor Luar

Nutrisi (Makanan)

Umumnya tumbuhan memerlukan makanan dari lingkungan yang berupa unsur-unsur mineral. Unsur mineral ini berperan dalam penyusunan molekul organik. Beberapa unsur mineral juga terdapat dalam bentuk ion anorganik dalam protoplasma. makanan tersebut sebagai sumber energi dan sumber materi untuk mensintesis berbagai komponen sel.

Air

Air termasuk senyawa utama yang dibutuhkan tumbuhan. Tanpa air tumbuhan tidak bisa tumbuh. Kekurangan air dapat menghambat aktivitas metabolisme.

Suhu

Tumbuhan memerlukan suhu tertentu untuk tumbuh dan berkembang dengan baik yang disebut suhu optimum. Suhu paling rendah dimana tumbuhan masih dapat hidup disebut suhu minimum. Suhu paling tinggi di mana tumbuhan masih dapat hidup disebut suhu maksimum.

Kelembapan

Pengaruh kelembapan udara berbeda-beda terhadap berbagai pertumbuhan. Tanah dan udara yang lembap berpengaruh baik bagi pertumbuhan. Kondisi lembap menyebabkan banyak air yang diserap tumbuhan dan lebih sedikit yang diuapkan. Kondisi ini mendukung aktivitas pemanjangan sel sehingga sel-sel lebih cepat mencapai ukuran maksimum dan tumbuhan bertambah besar.

Oksigen

Oksigen berfungsi dalam reaksi metabolisme tumbuhan karena oksigen penting dalam respirsi yang menghasilkan energi. Jika kekurangan oksigen, respirsi terganggu dan energi berkurang sehingga pertumbuhan terganggu.

Cahaya

Cahaya sangat diperlukan tumbuhan hijau untuk berfotosintesis. Namun cahaya juaga merupakan faktor penghambat pertumbuhan meninggi karena cahaya dapat menguraikan auksin.

Faktor Dalam

Gen

Berfungsi mengawasi reaksi kimia di dalam sel, terutama reaksi sintesis protein dan sintesis enzim. Gen-gen yang terbawa oleh setiap kromosom dari suatu generasi akan menentukan sifat generasi berikutnya.

Hormon

Disebut zat tumbuh atau Fitohormon. Hormon adalah regulator pertumbuhan yang sangat esensial yang dibuat pada bagian tumbuhan, sedangkan respon pertumbuhan terjadi di bagian tumbuhan lainnya. Misalnya di akar, batang, dan daun.

Hormon ditemukan pada tahun 1928 oleh F.W. Went. Hormon tumbuhan yang telah diketahui antara lain auksin, giberelin, sitokinin, gas etilen, dormin, kalin, dan asam traumalin.

Auksin

Auksin merupakan senyawa asetat dengan gugus indol.

Fungsi auksin adalah sebagai berikut.

Ø Mengembangkan sel-sel sehingga sel bertambah panjang.

Ø Merangsang petumbuhan bunga dan buah

Ø Mempercepat terjadinya diferensiasi di daerah meristem sehingga mempergiat kambium membentuk sel-sel baru.

Asam indol asetat (AIA) adalah zat tumbuh sintetik yang bermanfaat bagi pertanian, yaitu untuk partenokarpi. Partenokarpi adalah tanaman yang menghasilkan buah tanpa adnya penyerbukan dan pembuahan. Misalnya pada buah pisang, anggur tak berbiji, jeruk tak berbiji, dan apel.

Giberelin

Giberelin diperoleh dari jamur Giberelin fujikuroi atau Fusarium moniliformae. Giberelin adalah suatu zat yang mempunyai pengaruh terhadp pemanjangan dan pembelahan sel. Dalam perkembangan embrio dan kecambah, hormon ini merangsang lapisan aleuron untuk mensintesis enzim amilase yang dapat memecah tepung dalam endosperm menjadi glukosa.

Fungsi giberelin adalah sebagai berikut.

Ø Menyebabkan tanaman tumbuh raksasa.

Ø Membuat tanaman berbunga sebelum waktunya.

Ø Merangsang aktivitas kambium.

Ø Menghasilkan buah tanpa penyerbukan.

Sitokinin

Sitokinin banyak ditemukan pada jaringan yang aktif membelah. Fungsi sitokinin adalah sebagai berikut.

Ø Merangsang pembelahan sel dengan cepat.

Ø Merangsanag pertumbuhan akar dan pelebaran daun.

Ø Merangsang pertumbuhan ke arah samping pada pucuk.

Gas Etilen

Fungsi etilen adalah sebagai berikut.

Ø Mempercepat pemasakan buah.

Ø Menyebabkan batang tumbuh menjadi tebu.

Asam Absisat (Dormin)

Fungsi asam absisat adalah sebagai berikut.

Ø Menghambat pertumbuhan tumbuhan, sehingga berlawanan dengan fungsi auksin dan giberelin.

Ø Membantu tumbuhan untuk bertahan pada kondisi lingkungan yang buruk dengan menunda pertumbuhan (dormasi).

Kalin

Kalin mempengaruhi pembentukan organ tumbuhan.

Berdasarkan organ yang dipengaruhi, kalin dibedakan menjadi berikut.

Ø Rhizokalin : mempengaruhi pembentukan akat

Ø Kaulokalin : mempengaruhi pembentukan batang.

Ø Filokalin : mempengaruhi pembentukan daun.

Ø Antokalin : mempengaruhi pembentukan bunga.

Asam Traumalin

Fungsi traumalin adalah untuk penyembuahn luka. Jika tumbuahan mengalami luka, maka luka tersebut dapat diperbaiki kembali. Kemampuan ini disebut restitusi atau regenerasi.

Sumber: LKS GITA

PERTUMBUHAN PADA TUMBUHAN

"Iklan Bisnis Online"

Anda ingin mendapatkan Hp Blackbery ikuti survey berikut ini,

Klik disini


Anda ingin Membangun Kekayaan Dari Internet ?

Klik disini


E-book Panduan Untuk Berbisnis Internet

Klik Disini


Jasa pembuatan website Klik disini

Ayo bergabung di Ziddu untuk mengupload File dan bisa dapat dollar


Pertumbuhan Primer dan Pertumbuhan Sekunder

Pertumbuhan dan perkembanagan makhluk hidup merupakan suatu proses yang keduanya berjalan sejajar. Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran volume, massa, tinggi atau panjang yang bersifat irreversibel (tidak kembali). Adapun perkembangan merupakan suatu proses menuju tingkat kedewasaan, Pertumbuhan dapat diukur sehingga dapat dinyatakan dengan ukuran tertentu, sedangkan perkembangan tidak dapat dinyatakan dengan ukuran atau bersifat kualitatif.

Pertumbuhan primer adalah pertumbuhan yang disebabkan oleh titik tumbuh primer. Terdapat pada ujung akar dan ujung batang yang mulai terbentuk sejak tumbuhan masih berupa embrio. Pertumbuhan ini menyebabkan batang dan akar bertambah panjang.

Pertumbuhan sekunder adalah pertumbuhan yang disebabkan oleh kegiatan kambium yang bersifat merismatik, menyebabkan diameter batang bertambah besar. Pertumbuhan ini hanya terjadi pada dikotil dan Gymnospermae.

Perkecambahan

Pertumbuhan pada tumbuhan biji dimulai saat biji berkecambah. Sesaat setelah mengalami perkecambahan, embrio dalam biji pada awal pertumbuhannya memperoleh makanan dari cadangan makanan pada jaringan endosperma.

Pada tumbuhan dikotil, biji terdiri dari kotiledon sehingga pada saat biji berkecambah, kotiledon akan membuka. Embrio melekat pada kedua kotiledonnya. Pada embrio bagian bawah disebut hipokotil, embrio bagian atas disebut epikotil, dan ujungnya disebut plumula (pucuk lembaga). Biji tumbuhan dikotil berbeda dengan tumbuhan monokotil. Biji tumbuhan monokotil mempunyai satu kotiledon yang disebut skutelum. Skutelum inilah yang berfungsi menyerap cadangan makanan dari endosperma biji sebelum tumbuhan membentuk daun. Embrio biji monokotil terbungkus oleh koleoriza yang menutupi akar embrionik dan koleoptil yang membungkus tunas embrionik.

Perkecambahan terjadi karena pertumbuhan radikula (calon akar) dan pertumbuhan plumula (calon batang). Radikula tumbuh ke bawah menjadi akar, sedangkan plumula tumbuh ke atas menjadi batang. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan adalah air, kelembapan, oksigen, dan suhu.

Berdasarkan letak kotiledon, dikenal dua macam tipe perkecambahan yaitu sebagai berikut.

Perkecambahan Epigeal

Hipokotil memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke permukaan tanah. Contoh: perkecambahan kacang hijau dan kacang tanah.

Perkecambahan Hipogeal

Epikotil tumbuh memanjang sehingga plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas permukaan tanah, sedangkan kotiledon tertinggal di dalam tanah. Contoh: perkecambahan kacang kapri dan kacang tanah.

Daerah Pertumbuhan pada Tumbuhan

Zona pertumbuhan dan perkembangan ada tiga macam yaitu sebagai berikut.

1. Zona pembelahan (zona merismatik), merupakan daerah paling ujung dan terbentuknya sel-sel baru dan aktif membelkah diri.

2. Zona pemanjangan, merupakan daerah hasil pembelahan sel meristem. Sel-sel hasil pembelahan tersebut bertambah besar ukurannya sehingga bertambah besar beberapa puluh kali dibandingkan sel-sel meristem.

3. Zona deferensial (perubahan bentuk sel), terletak di sebelah dalam daerah pemanjangan. Sel-sel di daerah ini mengalami penebalan dinding dan terdeferensiasi menjadi epidermis, korteks, dan empulur. Sel yang lain terdeferensiasi menjadi jaringan parenkim, jaringan penunjang, dan jaringan pengangkut meristem, pada ujung batang membentuk primordia yang menyelubungi bagian ujung dan membentuk tunas kuncup. Pada sudut antara daun dan batang tumbuh tunas samping yang akan menjadi cabang. Daun dan tunas samping tumbuh pada jaringan tertentu menjadi bagian ruas.

Teori tumbuh menurut Hanstein, menyatkan bahwa jaringan pembentuk batang dibedakan menjadi tiga lapisan, yaitu sebagai berikut.

1. Dermatogen, merupakan lapisan luar yang membentuk epidermis.

2. Periblem, merupakan lapisan tengah yang membentuk korteks.

3. Plerom, merupakan bagian tengah yang dianggap sebagai pembentuk silinder pusat.

Menurut teori Tunika Korpus dari Schimidt, lapisan pembentuk jaringan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1. Tunika, sebagai pembentuk jaringan bagian luar.

2. Korpus, sebagai pembentuk jaringan bagian dalam.

Aktivitas pembelahan sel-sel titik tumbuh mengakibatkan terjadinya pertumbuhan primer. Sedang aktivitas kambium menyebabkan terjadinya pertumbuhan sekunder.

sumber: LKS GITA

Kisah Mata Air Keabadian

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada d...