Rabu, 17 September 2014

Psikologi Pendidikan I Arti Penting Perkembangan Kognitif Bagi Proses Belajar Siswa


 

Pada bagian ini akan diuraikan arti penting perkembangan ranah kognitif bagi proses belajar siswa. Namun sebelumnya, akan penyusun kemukakan secara global manfaat yang dapat diraih oleh para calon guru dan guru professional setelah menguasai perkembangan psiko-fisik (rohani-jasmani) siswa. Uraian mengenai manfaat umum tersebut dipandang perlu sebagai pengantar ke arah pemahaman yang lebih mendalam mengenai signifikansi perkembangan ranah cipta sebagaimana tersebut di atas.

Tidak dapat dimungkiri lagi, bahwa antara proses perkembangan dengan proses mengajar-belajar yang dikelola para guru terdapat “benang merah” yang mengikat kedua proses tersebut. Demikian eratnya ikatan benang merah itu, sehingga hampir tak ada proses perkembangan siswa baik jasmani maupun rohaninya yang sama sekali terlepas dari proses mengajar-belajar sebagai pengejawantahan proses pendidikan. Apabila fisik dan mental sudah matang, pancaindera sudah siap menerima stimulus-stimulus dari lingkungan, berarti kesanggupan siswa pun sudah tiba.

Program pengajaran di sekolah yang baik adalah yang mampu memberikan dukungan besar kepada para siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka. Sehubungan dengan ini, setiap guru sekolah selayaknya memahami seluruh proses dan tugas perkembangan manusia, khususnya yang berkaitan dengan masa prayuwana dan yuwana, yakni anak-anak dan remaja yang duduk di sekolah-sekolah dasar/ibtidaiyah dan menengah. Mengapa demikian penting? Pengetahuan mengenai proses perkembangan dengan segala aspeknya itu sangat banyak manfaatnya, antara lain:

1.      Guru dapat memberikan layanan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada para siswa, relevan dengan tingkat perkembangannya;

2.      Guru dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa tertentu, lalu segera mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menanggulanginya;

3.      Guru dapat mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memulai aktivitas proses mengajar-belajar bidang studi tertentu;

4.      Guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pengajaran standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk materi atau pokok bahasan yang akan disajikan.

Barangkali, salah satu kesulitan pokok yang dialami para guru dalam semua jenjang pendidikan adalah menghayati makna yang dalam mengenai hubungan perkembangan khususnya ranah kognitif dengan proses mengajar-belajar yang menjadi tanggung jawabnya. Seberapa jauhkah signifikansi perkembangan ranah kognitif bagi proses mengajar-belajar?

Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak ini, dalam perspektif psikologi kognitif adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa). Tidak seperti organ-organ tubuh lainnya, organ otak sebagai markas fungsi kognitif bukan hanya menjadi penggerak akivitas akal pikiran, melainkan juga menara pengontrol aktivitas perasaan dan perbuatan. Sebagai menara pengontrol otak selalu bekerja siang dan malam. Sekali kita kehilangan fungsi-fungsi kognitif karena kerusakan berat pada otak, martabat kita hanya berbeda sedikit dengan hewan. Demikian pula halnya orang yang menyalahgunakan kelebihan kemampuan otak untuk hal-hal yang merugikan kelompok lain apalagi menghancurkan kehidupan mereka, martabat orang tersebut tak lebih dari martabat hewan atau mungkin lebih rendah lagi. Itulah sebabnya, pendidikan dan pengajaran perlu diupayakan sedemikian rupa agar ranah kognitif para siswa dapat berfungsi secara positif dan bertanggung jawab.     

Demikian besarnya kemampuan otak dan demikian rumitnya tatanan syaraf yang terdapat di dalamnya, sehingga peralatan yang paling canggih pun hingga saat ini belum sanggup menyingkap seluruh rahasianya. Namun yang terpenting bagi guru dan siswa adalah menjaga agar semua sel otak tetap bekerja dan aktif dalam memasok energi mental sehingga kapasitas akal senantiasa meningkat (Larson, 2006)

Di antara temuan-temuan riset yang menonjol adalah sebagaimana yang penyusun kemukakan di atas, yakni bahwa otak adalah sumber dan menara pengontrol bagi seluruh kegiatan kehidupan ranah-ranah psikologis manusia. Otak tidak hanya berpikir dengan kesadaran, tetapi juga berpikir dengan ketidaksadaran. Pemikiran tidak sadar (unconscious thinking) sering terjadi pada diri kita. Ketika kita tidur misalnya, kita bermimpi, dan mimipi adalah sebuah bentuk berpikir dengan gambar-gambar tanpa kita sadari. Kebiasaan kita bangun subuh (tanpa dibangunkan oleh orang lain) dan siap mengerjakan rencana-rencana harian, juga bentuk aktivitas otak yang dalam psikologi kognitif disebut berfikir yang tak disadari oleh kita sendiri. Alhasil, ranah kognitif yang dikendalikan oleh otak kita memang karunia Tuhan yang luar biasa dibandingkan dengan organ-organ tubuh lainnya.

Tanpa ranah kognitif, sulit dibayangkan seorang siswa dapat berfikir. Selanjutnya, tanpa kemampuan berpikir musatahil siswa tersebut dapat memahami dan meyakini faidah materi-materi pelajaran yang disajikan kepadanya. Tanpa berpikir juga sulit bagi siswa untuk menangkap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran yang ia ikuti, termasuk materi pelajaran agama. Oleh karena itu, ada juga benarnya mutiara hikmah yang berbunyi, “Agama adalah (memerlukan) akal, tiada beragam bagi orang yang tidak berakal.”

Walaupun demikian, tidak berarti fungsi afektif dan psikomotor seorang siswa tidak perlu. Kedua fungsi psikologis siswa ini juga penting, tetapi seyogianya cukup dipandang sebagai buah-buah keberhasilan atau kegagalan perkembangan dan aktivitas fungsi kognitif.

FAEDAH PENGEMBANGAN RANAH KOGNITIF SISWA

Di atas sudah penyusun paparkan kelebihan-kelebihan fungsi ranah kognitif, khususnya bagi siswa yang sedang belajar mengembangkan seluruh potensi psikologisnya, baik yang berdimensi afektif maupun psikomotor. Oleh karenanya, upaya pengembangan kognitif siswa secara terarah, baik oleh orangtua maupun oleh guru, sangat penting. Upaya pengembangan fungsi ranah kognitif akan berdampak positif bukan hanya terhadap ranah kognitif sendiri, melainkan juga terhadap ranah afektif dan psikomotor seperti yang akan penyusun uraikan lebih lanjut.

Mengembangkan Kecakapan Kognitif

Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif siswa yang amat perlu dikembangkan segera khususnya oleh guru, yakni: 1) strategi belajar memahami isi materi pelajaran; 2) strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut. Tanpa pengembangan dua macam kecakapan kognitif ini, agaknya siswa sulit diharapkan mampu mengembangkan ranah afektif dan psikomotornya sendiri.

Strategi adalah sebuah istilah popular dalam psikologi kognitif, yang berarti prosedur mental yang berbentuk tatanan tahapan yang memerlukan alokasi upaya-upaya yang bersifat kognitif dan selalu dipengaruhi oleh pilihan-pilihan kognitif atau pilihan-pilihan kebiasaan belajar (cognitive preferences) siswa. Pilihan kebiasaan belajar ini secara global terdiri atas: 1) menghafal prinsip-prinsip yang terkandung dalam materi; 2) mengaplikasikan prinsip-prinsip materi.

Preferensi kognitif yang pertama pada umumnya timbul karena dorongan luar (motif ekstrinsik) yang mengakibatkan siswa menganggap belajar hanya sebagai alat pencegah ketidaklulusan atau ketidaknaikan. Aspirasi yang dimilikinya pun bukan ingin menguasai materi secara mendalam, melainkan sekadar asal lulus atau naik kelas. Sebaliknya, preferensi kognitif yang kedua biasanya timbul karena dorongan dari dalam diri siswa sendiri (motif intrinsik), dalam arti siswa tersebut memang tertarik dan membutuhkan materi-materi pelajaran yang disajikan gurunya. Oleh karenanya, siswa ini lebih memusatkan cara menerapkannya (Good & Brophy, 1990). Untuk mencapai aspirasi ini, ia memotivasi dirinya sendiri agar memuasatkan perhatiannya pada aspek signifikansi materi dan menghubungkannya dengan materi-materi lain yang relevan. Jadi, mengaplikasikan materi tidak selalu berarti dalam bentuk pelaksanaan dalam kehidupan nyata di luar sekolah, meskipun ada beberapa jenis materi yang memerlukan atau dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Tugas guru dalam hal ini ialah menggunakan pendekatan mengajar yang memungkinkan para siswa menggunakan strategi belajar yang berorientasi pada pemahaman yang mendalam terhadap isi materi pelajaran: Seiring dengan upaya ini, guru juga diharapkan mampu menjauhkan para siswa dari strategi dan preferensi akal yang hanya mengarah ke aspirasi asal naik atau lulus. Kepada para siswa seyogianya dijelaskan contoh-contoh dan peragaan sepanjang memungkinkan agar mereka memahami signifikansi materi dan hubungannya dengan materi-materi lain. Kecuali itu, guru juga sangat diharapkan mampu menjelaskan nilai-nilai moral yang terkandung dalam materi yang ia ajarkan, sehingga keyakinan para siswa terhadap faedah materi tersebut semakin tebal dan pada gilirannya kelak ia akan mengembangkan dan mengaplikasikan dalam situasi yang relevan.

Selanjutnya, guru juga dituntut untuk mengembangkan kecakapan kognitif para siswa dalam memecahkan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dan keyakinan-keyakinan terhadap pesan-pesan moral atau nilai yang terkandung dan menyatu dalam pengetahuannya. Seiring dengan upaya ini, guru diharapkan tak bosan-bosan melatih penggunaan procedural knowledge (pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu) yang relevan dengan pengetahuan normative (declarative knowledge) yang ia ajarkan.

Mengembangkan Kecakapan Afektif

Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan ranah afekif. Sebagai contoh, seorang guru agama yang piawai dalam mengembangkan kecakapan kognitif dengan cara seperti yang penyusun uraikan di atas, akan berdampak positif terhadap ranah afektif para siswa. Dalam hal ini, pemahaman yang mendalam terhadap arti penting materi pelajaran agama yang disajikan guru serta preferensi kognitif yang mementingkan aplikasi prinsip-prinsip tadi akan meningkatkan kecakapan ranah afektif para siswa. Peningkatan kecakapan afektif ini, antara lain, berupa kesadaran beragama yang mantap.

Dampak positif lainnya ialah dimilikinya sikap mental keagamaan yang lebih tegas sesuai dengan tuntunan ajaran agama yang telah ia pahami dan yakini secara mendalam. Sebagai contoh, apabila seorang siswa diajak kawannya untuk berbuat tidak senonoh, seperti kumpul kebo atau menyalahgunakan narkoba, ia akan serta merta menolak dan bahkan berusaha mencegah perbuatan asusila itu dengan segenap daya dan upayanya.

Mengembangkan kecakapan psikomotor

Keberhasilan pengembangan ranah kognitif juga akan berdampak positif terhadap perkembangan ranah psikomotor. Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka. Namun, kecakapan psikomotor tidak terlepas dari kecakapan afektif. Jadi, kecakapan psikomotor siswa merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya.

Banyak contoh yang membuktikan bahwa kecakapan kognitif itu berpengaruh besar terhadap berkembangnya kecakapan psikomotor. Para siswa yang berprestasi baik (dalam arti yang luas dan ideal) dalam bidang pelajaran agama misalnya sudah tentu akan lebih rajin beribadah salat, puasa, dan mengaji. Dia juga tidak akan segan-segan memberi pertolongan atau bantuan kepada orang yang memerlukan. Sebab, ia merasa memberi bantuan itu adalah kebajikan (afektif), sedangkan perasaan yang berkaitan dengan kebajikan tersebut berasa dari pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran agama yang ia terima dari gurunya (kognitif).

Dari uraian di atas, dapat ditarik simpulan bahwa upaya guru dalam mengembangakan keterampilan ranah kognitif para siswanya merupakan hal sangat penting jika guru tersebut menginginkan siswanya aktif mengembangkan sendiri keterampilan ranah-ranah psikologis lainnya.
Sumber : Buku Psikologi Pendidikan, Muhibbin Syah.

Tidak ada komentar:

Kisah Mata Air Keabadian

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada d...