Pada
bagian ini akan diuraikan arti penting perkembangan ranah kognitif bagi proses
belajar siswa. Namun sebelumnya, akan penyusun kemukakan secara global manfaat
yang dapat diraih oleh para calon guru dan guru professional setelah menguasai
perkembangan psiko-fisik (rohani-jasmani) siswa. Uraian mengenai manfaat umum
tersebut dipandang perlu sebagai pengantar ke arah pemahaman yang lebih
mendalam mengenai signifikansi perkembangan ranah cipta sebagaimana tersebut di
atas.
Tidak
dapat dimungkiri lagi, bahwa antara proses perkembangan dengan proses
mengajar-belajar yang dikelola para guru terdapat “benang merah” yang mengikat
kedua proses tersebut. Demikian eratnya ikatan benang merah itu, sehingga
hampir tak ada proses perkembangan siswa baik jasmani maupun rohaninya yang sama
sekali terlepas dari proses mengajar-belajar sebagai pengejawantahan proses
pendidikan. Apabila fisik dan mental sudah matang, pancaindera sudah siap
menerima stimulus-stimulus dari lingkungan, berarti kesanggupan siswa pun sudah
tiba.
Program
pengajaran di sekolah yang baik adalah yang mampu memberikan dukungan besar
kepada para siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka.
Sehubungan dengan ini, setiap guru sekolah selayaknya memahami seluruh proses
dan tugas perkembangan manusia, khususnya yang berkaitan dengan masa prayuwana
dan yuwana, yakni anak-anak dan remaja yang duduk di sekolah-sekolah
dasar/ibtidaiyah dan menengah. Mengapa demikian penting? Pengetahuan mengenai
proses perkembangan dengan segala aspeknya itu sangat banyak manfaatnya, antara
lain:
1. Guru
dapat memberikan layanan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada para siswa,
relevan dengan tingkat perkembangannya;
2. Guru
dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa
tertentu, lalu segera mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
menanggulanginya;
3. Guru
dapat mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memulai aktivitas proses
mengajar-belajar bidang studi tertentu;
4. Guru
dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pengajaran standar kompetensi (SK)
dan kompetensi dasar (KD) untuk materi atau pokok bahasan yang akan disajikan.
Barangkali,
salah satu kesulitan pokok yang dialami para guru dalam semua jenjang
pendidikan adalah menghayati makna yang dalam mengenai hubungan perkembangan
khususnya ranah kognitif dengan proses mengajar-belajar yang menjadi tanggung
jawabnya. Seberapa jauhkah signifikansi perkembangan ranah kognitif bagi proses
mengajar-belajar?
Ranah
psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan yang
berkedudukan pada otak ini, dalam perspektif psikologi kognitif adalah sumber
sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa)
dan ranah psikomotor (karsa). Tidak seperti organ-organ tubuh lainnya, organ
otak sebagai markas fungsi kognitif bukan hanya menjadi penggerak akivitas akal
pikiran, melainkan juga menara pengontrol aktivitas perasaan dan perbuatan.
Sebagai menara pengontrol otak selalu bekerja siang dan malam. Sekali kita
kehilangan fungsi-fungsi kognitif karena kerusakan berat pada otak, martabat
kita hanya berbeda sedikit dengan hewan. Demikian pula halnya orang yang
menyalahgunakan kelebihan kemampuan otak untuk hal-hal yang merugikan kelompok
lain apalagi menghancurkan kehidupan mereka, martabat orang tersebut tak lebih
dari martabat hewan atau mungkin lebih rendah lagi. Itulah sebabnya, pendidikan
dan pengajaran perlu diupayakan sedemikian rupa agar ranah kognitif para siswa
dapat berfungsi secara positif dan bertanggung jawab.
Demikian
besarnya kemampuan otak dan demikian rumitnya tatanan syaraf yang terdapat di
dalamnya, sehingga peralatan yang paling canggih pun hingga saat ini belum
sanggup menyingkap seluruh rahasianya. Namun yang terpenting bagi guru dan
siswa adalah menjaga agar semua sel otak tetap bekerja dan aktif dalam memasok
energi mental sehingga kapasitas akal senantiasa meningkat (Larson, 2006)
Di
antara temuan-temuan riset yang menonjol adalah sebagaimana yang penyusun
kemukakan di atas, yakni bahwa otak adalah sumber dan menara pengontrol bagi
seluruh kegiatan kehidupan ranah-ranah psikologis manusia. Otak tidak hanya
berpikir dengan kesadaran, tetapi juga berpikir dengan ketidaksadaran.
Pemikiran tidak sadar (unconscious
thinking) sering terjadi pada diri kita. Ketika kita tidur misalnya, kita
bermimpi, dan mimipi adalah sebuah bentuk berpikir dengan gambar-gambar tanpa
kita sadari. Kebiasaan kita bangun subuh (tanpa dibangunkan oleh orang lain)
dan siap mengerjakan rencana-rencana harian, juga bentuk aktivitas otak yang
dalam psikologi kognitif disebut berfikir yang tak disadari oleh kita sendiri.
Alhasil, ranah kognitif yang dikendalikan oleh otak kita memang karunia Tuhan
yang luar biasa dibandingkan dengan organ-organ tubuh lainnya.
Tanpa
ranah kognitif, sulit dibayangkan seorang siswa dapat berfikir. Selanjutnya,
tanpa kemampuan berpikir musatahil siswa tersebut dapat memahami dan meyakini
faidah materi-materi pelajaran yang disajikan kepadanya. Tanpa berpikir juga
sulit bagi siswa untuk menangkap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi
pelajaran yang ia ikuti, termasuk materi pelajaran agama. Oleh karena itu, ada
juga benarnya mutiara hikmah yang berbunyi, “Agama adalah (memerlukan) akal,
tiada beragam bagi orang yang tidak berakal.”
Walaupun
demikian, tidak berarti fungsi afektif dan psikomotor seorang siswa tidak
perlu. Kedua fungsi psikologis siswa ini juga penting, tetapi seyogianya cukup
dipandang sebagai buah-buah keberhasilan atau kegagalan perkembangan dan
aktivitas fungsi kognitif.
FAEDAH
PENGEMBANGAN RANAH KOGNITIF SISWA
Di
atas sudah penyusun paparkan kelebihan-kelebihan fungsi ranah kognitif,
khususnya bagi siswa yang sedang belajar mengembangkan seluruh potensi
psikologisnya, baik yang berdimensi afektif maupun psikomotor. Oleh karenanya,
upaya pengembangan kognitif siswa secara terarah, baik oleh orangtua maupun
oleh guru, sangat penting. Upaya pengembangan fungsi ranah kognitif akan
berdampak positif bukan hanya terhadap ranah kognitif sendiri, melainkan juga
terhadap ranah afektif dan psikomotor seperti yang akan penyusun uraikan lebih
lanjut.
Mengembangkan Kecakapan
Kognitif
Sekurang-kurangnya
ada dua macam kecakapan kognitif siswa yang amat perlu dikembangkan segera
khususnya oleh guru, yakni: 1) strategi belajar memahami isi materi pelajaran;
2) strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta
menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut.
Tanpa pengembangan dua macam kecakapan kognitif ini, agaknya siswa sulit
diharapkan mampu mengembangkan ranah afektif dan psikomotornya sendiri.
Strategi
adalah sebuah istilah popular dalam psikologi kognitif, yang berarti prosedur
mental yang berbentuk tatanan tahapan yang memerlukan alokasi upaya-upaya yang
bersifat kognitif dan selalu dipengaruhi oleh pilihan-pilihan kognitif atau
pilihan-pilihan kebiasaan belajar (cognitive preferences) siswa. Pilihan
kebiasaan belajar ini secara global terdiri atas: 1) menghafal prinsip-prinsip
yang terkandung dalam materi; 2) mengaplikasikan prinsip-prinsip materi.
Preferensi
kognitif yang pertama pada umumnya timbul karena dorongan luar (motif
ekstrinsik) yang mengakibatkan siswa menganggap belajar hanya sebagai alat
pencegah ketidaklulusan atau ketidaknaikan. Aspirasi yang dimilikinya pun bukan
ingin menguasai materi secara mendalam, melainkan sekadar asal lulus atau naik
kelas. Sebaliknya, preferensi kognitif yang kedua biasanya timbul karena
dorongan dari dalam diri siswa sendiri (motif intrinsik), dalam arti siswa
tersebut memang tertarik dan membutuhkan materi-materi pelajaran yang disajikan
gurunya. Oleh karenanya, siswa ini lebih memusatkan cara menerapkannya (Good
& Brophy, 1990). Untuk mencapai aspirasi ini, ia memotivasi dirinya sendiri
agar memuasatkan perhatiannya pada aspek signifikansi materi dan
menghubungkannya dengan materi-materi lain yang relevan. Jadi, mengaplikasikan
materi tidak selalu berarti dalam bentuk pelaksanaan dalam kehidupan nyata di
luar sekolah, meskipun ada beberapa jenis materi yang memerlukan atau dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Tugas
guru dalam hal ini ialah menggunakan pendekatan mengajar yang memungkinkan para
siswa menggunakan strategi belajar yang berorientasi pada pemahaman yang
mendalam terhadap isi materi pelajaran: Seiring dengan upaya ini, guru juga
diharapkan mampu menjauhkan para siswa dari strategi dan preferensi akal yang
hanya mengarah ke aspirasi asal naik atau lulus. Kepada para siswa seyogianya
dijelaskan contoh-contoh dan peragaan sepanjang memungkinkan agar mereka
memahami signifikansi materi dan hubungannya dengan materi-materi lain. Kecuali
itu, guru juga sangat diharapkan mampu menjelaskan nilai-nilai moral yang
terkandung dalam materi yang ia ajarkan, sehingga keyakinan para siswa terhadap
faedah materi tersebut semakin tebal dan pada gilirannya kelak ia akan
mengembangkan dan mengaplikasikan dalam situasi yang relevan.
Selanjutnya,
guru juga dituntut untuk mengembangkan kecakapan kognitif para siswa dalam
memecahkan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dan
keyakinan-keyakinan terhadap pesan-pesan moral atau nilai yang terkandung dan
menyatu dalam pengetahuannya. Seiring dengan upaya ini, guru diharapkan tak
bosan-bosan melatih penggunaan procedural knowledge (pengetahuan tentang cara
melakukan sesuatu) yang relevan dengan pengetahuan normative (declarative knowledge) yang ia ajarkan.
Mengembangkan Kecakapan
Afektif
Keberhasilan
pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan kecakapan kognitif,
tetapi juga menghasilkan kecakapan ranah afekif. Sebagai contoh, seorang guru
agama yang piawai dalam mengembangkan kecakapan kognitif dengan cara seperti
yang penyusun uraikan di atas, akan berdampak positif terhadap ranah afektif
para siswa. Dalam hal ini, pemahaman yang mendalam terhadap arti penting materi
pelajaran agama yang disajikan guru serta preferensi kognitif yang mementingkan
aplikasi prinsip-prinsip tadi akan meningkatkan kecakapan ranah afektif para
siswa. Peningkatan kecakapan afektif ini, antara lain, berupa kesadaran
beragama yang mantap.
Dampak
positif lainnya ialah dimilikinya sikap mental keagamaan yang lebih tegas
sesuai dengan tuntunan ajaran agama yang telah ia pahami dan yakini secara
mendalam. Sebagai contoh, apabila seorang siswa diajak kawannya untuk berbuat
tidak senonoh, seperti kumpul kebo atau menyalahgunakan narkoba, ia akan serta
merta menolak dan bahkan berusaha mencegah perbuatan asusila itu dengan segenap
daya dan upayanya.
Mengembangkan kecakapan
psikomotor
Keberhasilan
pengembangan ranah kognitif juga akan berdampak positif terhadap perkembangan
ranah psikomotor. Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret
dan mudah diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang
terbuka. Namun, kecakapan psikomotor tidak terlepas dari kecakapan afektif.
Jadi, kecakapan psikomotor siswa merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan
kesadaran serta sikap mentalnya.
Banyak
contoh yang membuktikan bahwa kecakapan kognitif itu berpengaruh besar terhadap
berkembangnya kecakapan psikomotor. Para siswa yang berprestasi baik (dalam
arti yang luas dan ideal) dalam bidang pelajaran agama misalnya sudah tentu
akan lebih rajin beribadah salat, puasa, dan mengaji. Dia juga tidak akan
segan-segan memberi pertolongan atau bantuan kepada orang yang memerlukan.
Sebab, ia merasa memberi bantuan itu adalah kebajikan (afektif), sedangkan
perasaan yang berkaitan dengan kebajikan tersebut berasa dari pemahaman yang
mendalam terhadap materi pelajaran agama yang ia terima dari gurunya
(kognitif).
Dari
uraian di atas, dapat ditarik simpulan bahwa upaya guru dalam mengembangakan
keterampilan ranah kognitif para siswanya merupakan hal sangat penting jika
guru tersebut menginginkan siswanya aktif mengembangkan sendiri keterampilan
ranah-ranah psikologis lainnya.
Sumber : Buku
Psikologi Pendidikan, Muhibbin Syah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar