Selasa, 23 September 2014

Ilmu Pendidikan Islam I Konsep Dasar Pendidikan Islam


 

Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung arti “perbuatan” (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.

Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan peserta didik untuk memimpin perkembangan potensi jasmani dan rohaninya ke arah kesempurnaan.

PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM

1.      Tinjauan Etimologi

Dalam al-Qur’an tidak ditemukan kata al-tarbiyat, namun terdapat istilah lain seakar dengannya, yaitu al-rabb, rabbayani, murabbiy, yurbiy dan rabbaniy. Sedangkan dalam Hadis hanya ditemukan kata rabbaniy. Menurut Abdul Mujib masing-masing tersebut sebenarnya memiliki kesamaan makna, walaupun dalam konteks tertentu memiliki perbedaan.

Menurut Abul A’la al-Maududi kata rabbun terdiri dari dua huruf “ra” dan “batasydid yang merupakan pecahan dari kata tarbiyah yang berarti “pendidikan, pengasuhan, dan sebagainya. Selain itu kata ini mencakup banyak arti seperti “kekuasaan, perlengkapan pertanggungjawaban, perbaikan, penyempurnaan, dan lain-lain. Kata ini juga merupkan predikat bagi suatu kebesaran, keagungan, kekuasaan, dan kepemimpinan.

Istilah lain dari pendidikan adalah Ta’lim, merupakan masdar dari kata ‘allama yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan keterampilan.

Penunjukan kata ta’lim pada pengertian pendidikan, sesuai dengan firman Allah SWT:

Artinya :

Dan Dia mengajarkan (‘allama) kepada Adam nama-nama (benda-benda seluruhnya), kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar”. (Q.S. Al-Baqarah ayat 31)

Berdasarkan pengertian yang ditawarkan dari kata ta’lim dan ayat di atas, terlihat pengertian pendidikan yang dimaksudkan mengandung makna yang terlalu sempit. Pengertian ta’lim hanya sebatas proses pentransferan seperangkat nilai antar manusia. Ia hanya dituntut untuk menguasai nilai yang ditransfer secara kognitif dan psikomotorik, akan tetapi tidak dituntut pada domain afektif. Ia hanya sekedar memberi tahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan kepribadian, karena sedikit sekali kemungkinan ke arah pembentukan kepribadian yang disebabkan pemberian pengetahuan.    

Istilah ta’dib, menurut kamus Bahasa Arab “Al-Mu’jam al-Wasith” biasa diterjemahkan dengan “pelatihan atau pembiasaan” mempunyai kata dan makna dasar sebagai berikut:

1)      Ta’dib berasal dari kata dasar “adaba-ya ‘dubu” yang berarti masalah, untuk berperilaku yang baik dan sopan santun.

2)      Ta’dib berasal dari kata “adaba ya’dibu” yang berarti mengadakan pesta atau perjamuan yang berarti berbuat dan berperilaku sopan.

3)      Kata “addaba” sebagai bentuk kata kerja ta’dib mengandung pengertian mendidik, melatih, memperbaiki, mendisiplin, dan memberi tindakan.

Kata addaba yang berarti mendidik menurut Ibnu Manzhur merupakan padanan kata ‘allama dan oleh Az-Zajjaz dikatakan sebagai cara Tuhan mengajar nabi-Nya. Masdar addaba yakni ta’dib yang telah diterjemahkan sebagai pendidikan yang mempunyai arti sama, dan kita dapat rekanan konseptualnya di dalam istilah ta’lim.

Pada masa sekarang istilah yang paling popular dipakai orang adalah “tarbiah” karena menurut M. Athhiyah al-Abrasyi term yang mencakup keseluruhan kegiatan pendidikan tarbiah merupakan upaya yang mempersiapkan individu untuk kehidupan yang lebih sempurna etika, sistematis dalam berpikir, memiliki ketajaman intuisi, giat dalam berkreasi, memiliki toleransi pada yang lain, berkompetensi dalam mengungkap bahasa lisan dan tulisan, serta memiliki beberapa keterampilan. Sedangkan istilah yang lain merupakan bagian dari kegiatan tarbiyah. Dengan demikian maka istilah pendidikan Islam disebut Tarbiyah Islamiyah.

2.      Tinjaun Terminologi

a.      Tarbiyah

Mushtafa al-Maraghiy membagi kegiatan al-tarbiyah dengan dua macam. Pertama, tarbiyah khalqiyah, yaitu penciptaan, pembinaan dan pengembangan jasmani peserta didik agar dapat dijadikan sebagai sarana bagi pengembangan jiwanya. Kedua, tarbiyah diniyah tahziyah, yaitu pembinaan jiwa manusia dan kesempurnaannya melalui petunjuk wahyu Ilahi. Berdasarkan pembagian tersebut, maka ruang lingkup al-tarbiyah mencakup berbagai kebutuhan manusia, baik jasmani dan rohani, kebutuhan dunia dan akhirat, serta kebutuhan terhadap kelestarian diri sendiri, sesamanya, alam lingkungan dan relasinya dengan Tuhan.

Al-Abrasyi memberikan pengertian bahwa tarbiyah adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), terus pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan atau tulisan.

b.      Ta’lim        

Menurut Rasyid Ridha adalah proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Pemaknaan ini didasarkan atas Q.S. al-Baqarah ayat 31 tentang allama Tuhan kepada Adam As. Kemudian menurut al-Maraghi pengajaran dilaksanakan bertahap, sebagaimana tahapan Adam As. mempelajari, menyaksikan dan menganalisa asma-asma yang diajarkan oleh Allah kepadanya. Ini berarti bahwa al-ta’lim mencakup aspek kognitif belaka, belum mencapai pada domain lainnya.

c.       Ta’dib

Menurut Al-Naquib al-Attas, al-ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya. Pengertian ini didasarkan atas sabda Nabi Saw sebagai berikut :

Artinya: “Tuhan telah mendidikku, sehingga menjadi baik pendidikanku

d.      Al-Riadhah

Al-Ghazali yang menawarkan istilah al-riyadhah. Baginya, al-riyadhah adalah proses pelatihan individu pada masa kanak-kanak. Berdasarkan pengertian tersebut, al-Ghazali hanya mengkhususkan penggunaan al-riyadhah untuk fase kanak-kanak, sedang fase yang lain tidak tercakup didalamnya.

BATASAN PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM

1.      Batasan yang luas

Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajara yang dilalui peserta didik dengan segala lingkungan dan sepanjang hayat.

Pada hakikatnya kehidupan mengandung unsur pendidikan karena adanya interaksi dengan lingkungan, namun yang penting bagaimana peserta didik menyesuaikan diri dan menempatkan diri dengan sebaik-baiknya dalam berinteraksi dengan semua itu dan dengan siapapun. Pribahasa adat Minangkabau menyebut “Alam takambang jadi guru” (Alam terkembang menjadi guru). Pendidikan dalam pengertian yang luas ini belum mempunyai sistem. Sebagai pendidik tentu saja memiliki tanggung jawab besar dalam memberikan warna Islami pada lingkungannya.

Karakteristik Pendidikan dalam arti luas adalah : (1) Pendidikan berlangsung sepanjang hayat, (2) Lingkungan pendidikan adalah semua yang berada di luar diri peserta didik, (3) bentuk kegiatan mulai dari yang tidak disengaja sampai kepada yang terprogram, dan (4) tujuan pendidikan berkaitan dengan setiap pengalaman belajar. (5) tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.

2.      Batasan yang sempit

Pendidikan dalam batasan yang sempit adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan di lembaga pendidikan formal (madrasah/sekolah). Dalam batasan sempit ini pendidikan Islam muncul dalam bentuk sistem yang lengkap.

Karakteristik pendidikan dalam arti yang sempit adalah : (1) Masa pendidikan terbatas, (2) Lingkungan pendidikan berlangsung di sekolah/madrasah, (3) Bentuk kegiatan sudah terprogram dan, (4) Tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar (sekolah/madrasah)

3.      Batasan yang Luar Terbatas

Pendidikan dalam arti luas terbatas adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan yang diselenggarakan di lembaga pendidikan formal (Sekolah) non-formal (masyarakat) dan in-formal (keluarga) dan dilaksanakan sepanjang hayat, dalam rangka mempersiapkan peserta didik agar berperan dalam berbagai kehidupan. Pendidikan dalam pengertian yang sempit sudah mempunyai sistem namun sistem tersebut terutama di lembaga pendidikan non-formal dan in-fomal tidak begitu terikat secara ketat dengan peraturan yang berlaku.

Karakteristik pendidikan dalam arti luas terbatas adalah : (1) masa pendidikan sepanjang hayat namun kegiatan pendidikan terbatas pada waktu tertentu (2) lingkungan pendidikan juga terbatas, (3) bentuk kegiatan pendidikan berbentuk pendidikan, pengajaran dan latihan, (4) dan tujuan pendidikan merupakan kombinasi antara pengembangan potensi peserta didik dengan sosial demand.    
 
Sumber : Buku Ilmu Pendidikan Islam, Ramayulis
 
 

Tidak ada komentar:

Kisah Mata Air Keabadian

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada d...