Jumat, 24 Oktober 2014

Metode Ilmiah


 

Dalam pembahasan kali ini, kita akan menjumpai berbagai pandangan. Sebagian orang berpendapat, bahwa apa yang disebut metode ilmiah ialah apa yang dewasa ini dikenal sebagai metode pengetahuan alam. Pendirian inilah yang disebut metode monisme, khususnya dalam bentuk naturalism. Pada asasnya, metode tersebut menolak perbedaan hakiki di antara berbagai jenis objek, serta menjadi segenap objek pengetahuan alam. Kekurangan pendirian ini jelas setelah uraian di atas. Menurut pendirian lain, setiap jenis objek menuntut metode tertentu. Berdasarkan pandangan itu, dapat dibedakan antara metode ilmu apriori, metode ilmu pengetahuan alam, dan metode ilmu pengetahuan rohani. Pendirian ini tidak pula dapat dibenarkan, bahwa suatu ilmu mungkin membutuhkan lebih dari satu metode ataupun dapat diselesaikan menuntut berbagai metode.

Akhirnya, kita jumpai suatu pendapat, bahwa suatu objek memiliki berbagai segi yang menuntut penggunaan berbagai metode. Metode tersebut menolak istilah metode ilmu empiris, metode ilmu pengetahuan lama, dan metode pengetahuan rohani. Selanjutnya, beberapa metode lain pun berkembang, yaitu.

1.      metode aksiomatis atau deduktif

2.      metode reduktif terdiri atas:

2.1.         metode reduktif yang induktif

2.2.         metode reduktif yang tidak induktif

3.      metode fenomenologis

 

1.      Metode aksiomatis atau deduktif

Dasar metode ini telah kita kenal dalam silogisme. Jumlah bentuk silogisme yang dipandang tepat ada 19 buah. Kebenaran suatu silogisme bergantung pada kebenaran premis-premisnya, yakni pendapat-pendapat yang menimbulkan kesimpulan. Terdapat tiga unsur yang dapat dipersoalkan dalam hubungannya dengan pembenaran.

Pertama, tiap pengertian yang digunakan dalam perdalilan, hendaknya ditegakkan dengan batasan atau definisi. Sebuah batasan dimaksudkan menerangkan sebuah pengertian secara eksplisit. Dengan perkataan lain, sebuah definisi hendaknya memaparkan segenap ciri hakiki atau isi pengertian. Untuk menghindarkan batasan yang terlampau panjang, kerap kali sejumlah ciri hakiki dicakup oleh sebuah pengertian yang lebih tinggi (genus proximum) disertai ciri khas pengertian tersebut (differntia specificae).

Misalnya, sebuah bujur sangkar ialah sebuah segi empat (genus proximum) yang berisi sama dan bersudut 90° (differentiae specificae).

Unsur kedua, ialah aksioma. Perdalilan berpangkat pada aksioma, yaitu pendapat yang kebenarannya bersifat eviden, serta tidak dapat dibuktikan.

Unsur ketiga, ialah postulat yang merupakan pangkal perdalilan. Adapun postulat itu sendiri merupakan pendapat yang kebenarannya tidak bersifat eviden, serta tidak dapat dibuktikan.

2.      Metode reduktif yang induktif

Metode ini merupakan kesimpulan umum berdasarkan data-data khusus yang terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut.

1.      perumusan hipotesis

Sebuah hipotesis merupakan sebuah jawaban sementara terhadap masalah yang diselidiki. Kebenaran hipotesis tersebut harus diuji dalam penelitian. Hendaknya, hipotesis ini berdasarkan perumusan anggapan dasar, yaitu pendapat yang mendasari hipotesis itu dipandang benar tanpa pembuktian.

2.      pengumpulan data

Data dikumpulkan atas dasar hipotesis. Hasil penyelidikan bergantung pada ketertiban pengumpulan data ini. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan observasi dan eksperimen.

3.      klasifikasi data

Data harus diklasifikasikan untuk memungkinkan ditariknya kesimpulan.

4.      generalisasi

Inilah yang dimaksud dengan kesimpulan, yaitu suatu pendapat yang bersifat umum, kerap kali disebut hukum atau kaidah. Metode ini oleh Windelband disebut nomotetis.       

3.      Metode reduktif yang tidak induktif

Dengan induksi, kita sampai pada generalisasi. Adapun metode reduktif yang tidak induktif tidak tertuju pada generalisasi, tetapi pada individualisasi. Dalam metode in, tidak dikumpulkan data yang serupa yang memungkinkan kesimpulan dalam bentuk generalisasi, tetapi bermacam-macam data sekitar sesuatu hal yang individual. Metode ini oleh Windelband disebut metode ideografis.

Dalam hubungan ini, Dilthey membedakan antara menerangkan (erklaren) dan memahami (verstehen). Terhadap objek yang berdasarkan atas hubungan kausal dapat dilakukan objektivasi, yaitu bahwa antara subjek (penyelidik) dan objek tidak perlu ada hubungan tertentu untuk mengenai objek tersebut. Cara mengenal atau menerangkan ini disebut erkalen. Selain itu, ada objek yang menuntut subjek agar ia menempatkan diri di tempat objek atau melakukan identifikasi dengan objek.

4.      Metode fenomenologis

Metode ini bukan suatu metode di samping metode-metode lain, melainkan suatu persiapan terhadap metode lain dalam penyelidikan ilmu empiris. Metode tersebut telah dirumuskan secara rinci oleh Edmund Husserl (1859-1938). Pada garis besarnya, metode itu menuntut langkah-langkah sebagai berikut.

1.      reduksi fenomenologis

Menurut Husserl, fenomena (gejala) yang kita hadapi bukanlah fenomena itu sendiri atau fenomena yang murni, melainkan disisipi data-data yang bersifat aksidental. Reduksi fenomenologis dimaksudkan mencapai fenomena murni dengan jalan mengurung (einklammeren) data aksidental itu. Adapun data tersebut terutama terletak pada tiga bidang, yaitu sebagai berikut.

a.       Subjektivitas ialah mengurung segala sesuatu yang bersifat subjektif.

b.      Teori ialah mengurung hipotesis, anggapan dasar, antara lain asumsi dan postulat.

c.       Tradisi ialah mengurung segala sesuatu berdasarkan tradisi, adat, kebiasaan, dan pendapat orang lain.

 

2.      reduksi eiditis

Reduksi yang bertujuan mencapai hakikat fenomena murni yang dilakukan pada dua taraf adalah sebagai berikut.

a.       Taraf pertama tidak akan dipersoalkan apakah fenomena itu benar “ada” atau tidak dengan maksud meniadakan masalah idealisme dan realisme, tetapi hanya mempersoalkan apakah fenomena itu, dan bagaimanakah fenomena.

b.      Taraf kedua dilakukan reduksi terhadap ciri-ciri yang tidak hakiki pada fenomena murni sehingga tercapailah hakikat fenomena murni.

Beberapa catatan:

1.      Perbedaan antara pengertian reduksi dan abstraksi

Untuk menjelaskan perbedaan tersebut, perlu kita telaah terlebih dahulu perbedaan antara abstrak dan konkret. Abstrak tertuju pada bagian, sedangkan konkret pada keseluruhan. Baik reduksi, maupun abstrkasi berarti pengurangan. Adapun pengurangan dalam reduksi tertuju pada yang konkret, keseluruhan, sedangkan pengurangan pada abstraksi tertuju pada bagian, segi, atau aspek.

2.      Perbedaan pengertian reduksi dalam metode reduktif dan metode fenomenologis

a.       metode reduktif yang induktif

Dalam hal ini, reduksi tertuju pada generalisasi.

b.      metode reduktif yang tidak induktif

Reduksi ini tertuju pada individualisasi

c.       Metode fenomenologis

Reduksi ini tertuju pada fenomena yang masih harus ditelaah lebih lanjut dengan metode deduktif. Metode fenomenologis mempersoalkan fenomena itu sendiri, sedangkan metode-metode lain menarik kesimpulan dari fenomena itu.

3.      bahasa dan metode ilmiah

Suatu masalah yang dihadapi setiap metode ialah perumusan sesuatu pendapat dalam bahasa. Dalam uraian tentang logika, telah dikemukakan kepentingan penggunaan bahasa secara tertib. Dewasa ini, penertiban bahasa menarik banyak perhatian dan menemukan perumusan, dalam suatu ilmu terkenal dengan nama semiotik.

Sumber : Buku Pengantar Filsafat, Sutardjo A. Wiramihardja

Tidak ada komentar:

Kisah Mata Air Keabadian

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada d...