Dalam pembahasan kali
ini, kita akan menjumpai berbagai pandangan. Sebagian orang berpendapat, bahwa
apa yang disebut metode ilmiah ialah apa yang dewasa ini dikenal sebagai metode
pengetahuan alam. Pendirian inilah yang disebut metode monisme, khususnya dalam
bentuk naturalism. Pada asasnya, metode tersebut menolak perbedaan hakiki di
antara berbagai jenis objek, serta menjadi segenap objek pengetahuan alam.
Kekurangan pendirian ini jelas setelah uraian di atas. Menurut pendirian lain,
setiap jenis objek menuntut metode tertentu. Berdasarkan pandangan itu, dapat
dibedakan antara metode ilmu apriori, metode ilmu pengetahuan alam, dan metode
ilmu pengetahuan rohani. Pendirian ini tidak pula dapat dibenarkan, bahwa suatu
ilmu mungkin membutuhkan lebih dari satu metode ataupun dapat diselesaikan
menuntut berbagai metode.
Akhirnya,
kita jumpai suatu pendapat, bahwa suatu objek memiliki berbagai segi yang
menuntut penggunaan berbagai metode. Metode tersebut menolak istilah metode
ilmu empiris, metode ilmu pengetahuan lama, dan metode pengetahuan rohani.
Selanjutnya, beberapa metode lain pun berkembang, yaitu.
1. metode
aksiomatis atau deduktif
2. metode
reduktif terdiri atas:
2.1.
metode reduktif
yang induktif
2.2.
metode reduktif yang
tidak induktif
3. metode
fenomenologis
1.
Metode
aksiomatis atau deduktif
Dasar metode ini telah
kita kenal dalam silogisme. Jumlah bentuk silogisme yang dipandang tepat ada 19
buah. Kebenaran suatu silogisme bergantung pada kebenaran premis-premisnya, yakni
pendapat-pendapat yang menimbulkan kesimpulan. Terdapat tiga unsur yang dapat
dipersoalkan dalam hubungannya dengan pembenaran.
Pertama,
tiap pengertian yang digunakan dalam perdalilan, hendaknya ditegakkan dengan
batasan atau definisi. Sebuah batasan dimaksudkan menerangkan sebuah pengertian
secara eksplisit. Dengan perkataan lain, sebuah definisi hendaknya memaparkan
segenap ciri hakiki atau isi pengertian. Untuk menghindarkan batasan yang
terlampau panjang, kerap kali sejumlah ciri hakiki dicakup oleh sebuah
pengertian yang lebih tinggi (genus
proximum) disertai ciri khas pengertian tersebut (differntia specificae).
Misalnya,
sebuah bujur sangkar ialah sebuah segi empat (genus proximum) yang berisi sama
dan bersudut 90° (differentiae specificae).
Unsur
kedua, ialah aksioma. Perdalilan berpangkat pada aksioma, yaitu pendapat yang
kebenarannya bersifat eviden, serta tidak dapat dibuktikan.
Unsur
ketiga, ialah postulat yang merupakan pangkal perdalilan. Adapun postulat itu
sendiri merupakan pendapat yang kebenarannya tidak bersifat eviden, serta tidak
dapat dibuktikan.
2.
Metode
reduktif yang induktif
Metode ini merupakan
kesimpulan umum berdasarkan data-data khusus yang terdiri atas langkah-langkah
sebagai berikut.
1. perumusan
hipotesis
Sebuah
hipotesis merupakan sebuah jawaban sementara terhadap masalah yang diselidiki.
Kebenaran hipotesis tersebut harus diuji dalam penelitian. Hendaknya, hipotesis
ini berdasarkan perumusan anggapan dasar, yaitu pendapat yang mendasari
hipotesis itu dipandang benar tanpa pembuktian.
2. pengumpulan
data
Data
dikumpulkan atas dasar hipotesis. Hasil penyelidikan bergantung pada ketertiban
pengumpulan data ini. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan observasi dan
eksperimen.
3. klasifikasi
data
Data
harus diklasifikasikan untuk memungkinkan ditariknya kesimpulan.
4. generalisasi
Inilah
yang dimaksud dengan kesimpulan, yaitu suatu pendapat yang bersifat umum, kerap
kali disebut hukum atau kaidah. Metode ini oleh Windelband disebut nomotetis.
3.
Metode
reduktif yang tidak induktif
Dengan induksi, kita
sampai pada generalisasi. Adapun metode reduktif yang tidak induktif tidak
tertuju pada generalisasi, tetapi pada individualisasi. Dalam metode in, tidak
dikumpulkan data yang serupa yang memungkinkan kesimpulan dalam bentuk generalisasi,
tetapi bermacam-macam data sekitar sesuatu hal yang individual. Metode ini oleh
Windelband disebut metode ideografis.
Dalam
hubungan ini, Dilthey membedakan antara menerangkan (erklaren) dan memahami (verstehen).
Terhadap objek yang berdasarkan atas hubungan kausal dapat dilakukan
objektivasi, yaitu bahwa antara subjek (penyelidik) dan objek tidak perlu ada
hubungan tertentu untuk mengenai objek tersebut. Cara mengenal atau menerangkan
ini disebut erkalen. Selain itu, ada
objek yang menuntut subjek agar ia menempatkan diri di tempat objek atau
melakukan identifikasi dengan objek.
4.
Metode
fenomenologis
Metode ini bukan suatu
metode di samping metode-metode lain, melainkan suatu persiapan terhadap metode
lain dalam penyelidikan ilmu empiris. Metode tersebut telah dirumuskan secara
rinci oleh Edmund Husserl
(1859-1938). Pada garis besarnya, metode itu menuntut langkah-langkah sebagai
berikut.
1. reduksi
fenomenologis
Menurut
Husserl, fenomena (gejala) yang kita hadapi bukanlah fenomena itu sendiri atau
fenomena yang murni, melainkan disisipi data-data yang bersifat aksidental.
Reduksi fenomenologis dimaksudkan mencapai fenomena murni dengan jalan
mengurung (einklammeren) data
aksidental itu. Adapun data tersebut terutama terletak pada tiga bidang, yaitu
sebagai berikut.
a. Subjektivitas
ialah mengurung segala sesuatu yang bersifat subjektif.
b. Teori
ialah mengurung hipotesis, anggapan dasar, antara lain asumsi dan postulat.
c. Tradisi
ialah mengurung segala sesuatu berdasarkan tradisi, adat, kebiasaan, dan
pendapat orang lain.
2. reduksi
eiditis
Reduksi
yang bertujuan mencapai hakikat fenomena murni yang dilakukan pada dua taraf
adalah sebagai berikut.
a. Taraf
pertama tidak akan dipersoalkan apakah fenomena itu benar “ada” atau tidak
dengan maksud meniadakan masalah idealisme dan realisme, tetapi hanya
mempersoalkan apakah fenomena itu, dan bagaimanakah fenomena.
b. Taraf
kedua dilakukan reduksi terhadap ciri-ciri yang tidak hakiki pada fenomena
murni sehingga tercapailah hakikat fenomena murni.
Beberapa
catatan:
1. Perbedaan
antara pengertian reduksi dan abstraksi
Untuk
menjelaskan perbedaan tersebut, perlu kita telaah terlebih dahulu perbedaan
antara abstrak dan konkret. Abstrak tertuju pada bagian, sedangkan konkret pada
keseluruhan. Baik reduksi, maupun abstrkasi berarti pengurangan. Adapun
pengurangan dalam reduksi tertuju pada yang konkret, keseluruhan, sedangkan
pengurangan pada abstraksi tertuju pada bagian, segi, atau aspek.
2. Perbedaan
pengertian reduksi dalam metode reduktif dan metode fenomenologis
a. metode
reduktif yang induktif
Dalam
hal ini, reduksi tertuju pada generalisasi.
b. metode
reduktif yang tidak induktif
Reduksi
ini tertuju pada individualisasi
c. Metode
fenomenologis
Reduksi
ini tertuju pada fenomena yang masih harus ditelaah lebih lanjut dengan metode
deduktif. Metode fenomenologis mempersoalkan fenomena itu sendiri, sedangkan
metode-metode lain menarik kesimpulan dari fenomena itu.
3. bahasa
dan metode ilmiah
Suatu
masalah yang dihadapi setiap metode ialah perumusan sesuatu pendapat dalam
bahasa. Dalam uraian tentang logika, telah dikemukakan kepentingan penggunaan
bahasa secara tertib. Dewasa ini, penertiban bahasa menarik banyak perhatian
dan menemukan perumusan, dalam suatu ilmu terkenal dengan nama semiotik.
Sumber
: Buku Pengantar Filsafat, Sutardjo A. Wiramihardja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar