Jumat, 24 Oktober 2014

Metafisika (Hal Ada dan Yang Ada)


 

Metafisika adalah bagian filsafat yang hakikat “ada” dan “yang ada”. Hal “ada” dibahas dalam metafisika umum yang disebut ontologi, sedangkan “yang ada” merupakan perbincangan filsafat yang tergolong dalam metafisika khusus.

Ontologi mempersoalkan ada, dan apa arti ada, misalnya dalam kalimat “Mahasiswa itu ada”. Apakah “ada” dalam kalimat tersebut menunjuk pada pengertian yang sama atau tidak dengan ada yang lain? Misalnya, anggota DPR dinyatakan ada dalam suatu sidang. Jadi, ontologi mempersoalkan adanya sesuatu yang ada, sedangkan metafisika khusus mempersoalkan yang ada.

Jika kita bertanya, “Apakah ada itu?” Dipandang dari sudut logika, pertanyaan tersebut tidak mungkin memperoleh jawaban karena dalam batasan atau definisi harus terdapat pengertian yang lebih tinggi (genus proximum) dan ciri khas terdapat yang didefinisikan (differentiae specificae). (khusus, particular; khas, specific).

Batasan “ada” tidak dapat diberikan karena “ada” tidak memiliki genus proximum. Pertanyaan, “Apakah ada itu?” tidak dapat dijawab karena tidak akan ditemukan genus proximum terhadap “ada” karena “ada” merupakan pengertian yang tertinggi. Masalah “ada”, selanjutnya kita teropong dari sudut kenyataan “yang ada”. Kenyataan itu menunjukkan keragaman. Dari keragaman kenyataan “yang ada” disimpulkan keragaman “ada”.

Keragaman kenyataan menimbulkan apa yang disebut berbagai daerah ontis. Kenyataan terbagi atas kenyataan real dan kenyataan ideal. Kenyataan real meliputi daerah-daerah ontis dunia anorganis, dunia organis, dunia psikis, dan dunia rohani, sedangkan kenyataan ideal meliputi segala sesuatu yang berlaku pada kenyataan real, misalnya hukum terhadap benda-benda anorganis, kaidah-kaidah bilangan, dan norma-norma dunia rohani.

Adanya berbagai daerah ontis ditentukan oleh kategori-kategori yang berkenaan dengan daerah-daerah tersebut, misalnya dunia psikis antara lain berdasarkan kategori-kaegori individualitas, dan perkembangan totalitas. Dalam kenyataan real, daerah-daerah ontis saling berhubungan atau lebih tepat menunjukkan suatu susunan. Kategori-kategori yang berlaku untuk daerah anorganis masih tetap berlaku terhadap daerah organis. Kategori-kategori yang menentukan daerah rohani meliputi kategori-kategori yang berlaku terhadap ketiga daerah ontis lainnya. Demikian, daerah ontis yang lebih “tinggi” bergantung pada yang lebih “rendah”. Daerah ontis tertinggi, ialah dunia Illahi yang menimbulkan sejenis ada pula, tidak bergantung pada dunia ontis lainnya. Sebaliknya, dunia ontis lainnya bergantung pada dunia Illahi.

Kenyataan itu dibagi ke dalam kenyataan empiris dan kenyataan sejati. Pada Zaman Yunani Purba, orang telah menelaah dunia kenyataan yang menurut pendapat mereka bersifat fana (sementara). Mereka berusaha menemukan kenyataan yang sejati, yaitu kenyataan yang bersifat kekal serta tetap. Menurut mereka, kenyataan yang sejati atau ADA yang sejati merupakan dasar kenyataan empiris. Dalam filsafat Yunani, dasar itu terkenal sebagai arche (asas, principle).

Sebelum membahas bagian metafisika secara lebih rinci, kita perlu membicarakan metafisika dalam berbagai pandangan yang berlainan. Dalam hal ini, Craig menyatakan, bahwa metafisika adalah daerah filsafat yang luas yang menampilkan dua tipe pertanyaan. Tipe tujuan pertama adalah yang paling umum menyangkut apa itu realitas. Pertanyaannya, “Apakah prinsip-prinsip yang dipakai untuk segala hal berlaku pula untuk setiap hal yang ada?” Tipe pertanyaan kedua, berupaya untuk mengungkapkan, “Apakah yang menjadi ciri utama kenyataan? Hal ini kerap menyangkut jawaban-jawaban yang kontras atau bersebrangan dengan pengalaman kehidupan dunia kita sehari-hari. Dapat kita pahami bahwa metafisika hampir sama dengan ontologi yang umumnya membicarakan masalah “Apakah eksistensi itu? dan Tipe apa yang secara fundamental berbeda dari sesuatu yang eksis?”.      

Jadi, kita mengenal dua jenis metafisika, yaitu metafisika umum (general metaphysics) atau ontologi dan metafisika khusus (specific metaphysic). Metafisika umum merupakan setiap usaha, baik yang bersangkutan dengan dirinya sendiri (itself using) maupun investigasi, konsep tentang mengada dan eksistensi. Metafisika khusus adalah metafisika yang timbul dalam referensi untuk masalah yang khusus.

Masalah ada, karena tidak dapat didefinisikan, dikenali melalui metafisika khusus atau yang ada. Cara berpikirnya, boleh jadi untuk mengenal Tuhan, yaitu melalui penciptaan-Nya. Langeveld menggunakan pikiran Buber membagi metafisika khusus menjadi beberapa bagian filsafat sebagai berikut.

1.      Kosmologi atau filsafat alam ialah bagian filsafat yang membicarakan hakikat alam dan segala hal yang merupakan bagian atau yang ada di dalamnya, kecuali manusia.

2.      Antropologi atau filsafat manusia ialah bagian filsafat yang membicarakan tentang apakah hakikat manusia itu.

3.      Theodecea atau filsafat Tuhan dan Ketuhanan adalah bagian filsafat yang membicarakan asal mulanya keberadaan Tuhan sampai pemikiran dan pengabdian/ibadah kepada Tuhan.

Dalam buku ini, kosmologis dan theodeca tidak akan dibicarakan. Hal ini bukan karena tidak penting, melainkan karena pembicaraan tentang manusia kerap diperlukan atau “disegarkan”.

Sistematika filsafat antropologi telah lama dimulai, di antaranya oleh Max Scheller dan Martin Buber. Martin Buber, dalam bukunya menyatakan ada tiga jenis hubungan manusia yang pokok sebagai berikut.

·         Hubungan manusia dengan alam semesta, seluruh benda, tidak termasuk manusia.

·         Hubungan manusia dengan sesama manusia, seperti apakah hubungan intersubjektif ataukah berdasarkan derajat dan fungsi tertentu.

·         Hubungan manusia dengan sesuatu yang mutlak, misalnya Tuhan, baik “isi” hubungan maupun “bentuk”-nya.

Sumber : Buku Pengantar Filsafat, Sutardjo A. Wiramihardja

Tidak ada komentar:

Kisah Mata Air Keabadian

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada d...