Metafisika adalah
bagian filsafat yang hakikat “ada” dan “yang ada”. Hal “ada” dibahas dalam
metafisika umum yang disebut ontologi, sedangkan “yang ada” merupakan
perbincangan filsafat yang tergolong dalam metafisika khusus.
Ontologi
mempersoalkan ada, dan apa arti ada, misalnya dalam kalimat “Mahasiswa itu
ada”. Apakah “ada” dalam kalimat tersebut menunjuk pada pengertian yang sama
atau tidak dengan ada yang lain? Misalnya, anggota DPR dinyatakan ada dalam
suatu sidang. Jadi, ontologi mempersoalkan adanya sesuatu yang ada, sedangkan
metafisika khusus mempersoalkan yang ada.
Jika
kita bertanya, “Apakah ada itu?” Dipandang dari sudut logika, pertanyaan
tersebut tidak mungkin memperoleh jawaban karena dalam batasan atau definisi
harus terdapat pengertian yang lebih tinggi (genus proximum) dan ciri khas terdapat yang didefinisikan (differentiae specificae). (khusus, particular; khas, specific).
Batasan
“ada” tidak dapat diberikan karena “ada” tidak memiliki genus proximum. Pertanyaan, “Apakah ada itu?” tidak dapat dijawab
karena tidak akan ditemukan genus
proximum terhadap “ada” karena “ada” merupakan pengertian yang tertinggi.
Masalah “ada”, selanjutnya kita teropong dari sudut kenyataan “yang ada”.
Kenyataan itu menunjukkan keragaman. Dari keragaman kenyataan “yang ada”
disimpulkan keragaman “ada”.
Keragaman
kenyataan menimbulkan apa yang disebut berbagai daerah ontis. Kenyataan terbagi
atas kenyataan real dan kenyataan ideal. Kenyataan real meliputi daerah-daerah
ontis dunia anorganis, dunia organis, dunia psikis, dan dunia rohani, sedangkan
kenyataan ideal meliputi segala sesuatu yang berlaku pada kenyataan real,
misalnya hukum terhadap benda-benda anorganis, kaidah-kaidah bilangan, dan
norma-norma dunia rohani.
Adanya
berbagai daerah ontis ditentukan oleh kategori-kategori yang berkenaan dengan
daerah-daerah tersebut, misalnya dunia psikis antara lain berdasarkan
kategori-kaegori individualitas, dan perkembangan totalitas. Dalam kenyataan
real, daerah-daerah ontis saling berhubungan
atau lebih tepat menunjukkan suatu susunan. Kategori-kategori yang berlaku
untuk daerah anorganis masih tetap berlaku terhadap daerah organis.
Kategori-kategori yang menentukan daerah rohani meliputi kategori-kategori yang
berlaku terhadap ketiga daerah ontis lainnya. Demikian, daerah ontis yang lebih “tinggi” bergantung
pada yang lebih “rendah”. Daerah ontis tertinggi, ialah dunia Illahi yang
menimbulkan sejenis ada pula, tidak bergantung pada dunia ontis lainnya.
Sebaliknya, dunia ontis lainnya
bergantung pada dunia Illahi.
Kenyataan
itu dibagi ke dalam kenyataan empiris dan kenyataan sejati. Pada Zaman Yunani
Purba, orang telah menelaah dunia kenyataan yang menurut pendapat mereka
bersifat fana (sementara). Mereka berusaha menemukan kenyataan yang sejati,
yaitu kenyataan yang bersifat kekal serta tetap. Menurut mereka, kenyataan yang
sejati atau ADA yang sejati merupakan dasar kenyataan empiris. Dalam filsafat
Yunani, dasar itu terkenal sebagai arche
(asas, principle).
Sebelum
membahas bagian metafisika secara lebih rinci, kita perlu membicarakan
metafisika dalam berbagai pandangan yang berlainan. Dalam hal ini, Craig menyatakan, bahwa metafisika
adalah daerah filsafat yang luas yang menampilkan dua tipe pertanyaan. Tipe
tujuan pertama adalah yang paling umum menyangkut apa itu realitas.
Pertanyaannya, “Apakah prinsip-prinsip yang dipakai untuk segala hal berlaku
pula untuk setiap hal yang ada?” Tipe pertanyaan kedua, berupaya untuk
mengungkapkan, “Apakah yang menjadi ciri utama kenyataan? Hal ini kerap
menyangkut jawaban-jawaban yang kontras atau bersebrangan dengan pengalaman
kehidupan dunia kita sehari-hari. Dapat kita pahami bahwa metafisika hampir
sama dengan ontologi yang umumnya membicarakan masalah “Apakah eksistensi itu?
dan Tipe apa yang secara fundamental berbeda dari sesuatu yang eksis?”.
Jadi,
kita mengenal dua jenis metafisika, yaitu metafisika umum (general metaphysics) atau ontologi dan metafisika khusus (specific metaphysic). Metafisika umum
merupakan setiap usaha, baik yang bersangkutan dengan dirinya sendiri (itself using) maupun investigasi, konsep
tentang mengada dan eksistensi. Metafisika khusus adalah metafisika yang timbul
dalam referensi untuk masalah yang khusus.
Masalah
ada, karena tidak dapat didefinisikan, dikenali melalui metafisika khusus atau
yang ada. Cara berpikirnya, boleh jadi untuk mengenal Tuhan, yaitu melalui
penciptaan-Nya. Langeveld
menggunakan pikiran Buber membagi metafisika khusus menjadi beberapa bagian
filsafat sebagai berikut.
1. Kosmologi
atau filsafat alam ialah bagian filsafat yang membicarakan hakikat alam dan
segala hal yang merupakan bagian atau yang ada di dalamnya, kecuali manusia.
2. Antropologi
atau filsafat manusia ialah bagian filsafat yang membicarakan tentang apakah
hakikat manusia itu.
3. Theodecea
atau filsafat Tuhan dan Ketuhanan adalah bagian filsafat yang membicarakan asal
mulanya keberadaan Tuhan sampai pemikiran dan pengabdian/ibadah kepada Tuhan.
Dalam
buku ini, kosmologis dan theodeca
tidak akan dibicarakan. Hal ini bukan karena tidak penting, melainkan karena
pembicaraan tentang manusia kerap diperlukan atau “disegarkan”.
Sistematika
filsafat antropologi telah lama dimulai, di antaranya oleh Max Scheller dan Martin
Buber. Martin Buber, dalam bukunya menyatakan ada tiga jenis hubungan
manusia yang pokok sebagai berikut.
·
Hubungan manusia
dengan alam semesta, seluruh benda, tidak termasuk manusia.
·
Hubungan manusia
dengan sesama manusia, seperti apakah hubungan intersubjektif ataukah
berdasarkan derajat dan fungsi tertentu.
·
Hubungan manusia
dengan sesuatu yang mutlak, misalnya Tuhan, baik “isi” hubungan maupun
“bentuk”-nya.
Sumber
: Buku Pengantar Filsafat, Sutardjo A. Wiramihardja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar