Minggu, 26 Oktober 2014

Etika


 

Etika disebut juga sebagai filsafat kesusilaan atau moral (Driyarkara). Terdapat dua perbedaan antara etika dan kesusilaan. Pertama, moralitas bersangkutan dengan apa yang seyogianya dilakukan dan apa yang seyogianya tidak dilakukan karena berkaitan dengan prinsip moralitas yang ditegakkan. Etika adalah wacana yang memperbincangkan landasan-landasan moralitas. Kedua, bahwa etika berkaitan dengan landasan filsafati norma dan nilai dalam kehidupan kemasyarakatan atau budaya, sedangkan kesusilaan atau moral, secara khusus berkaitan dengan nilai perbuatan yang berhubungan dengan kebaikan dan keburukan perilaku yang bersangkutan dengan agama. Dengan demikian, kesusilaan sering pula berkaitan dengan norma agama yang selanjutnya berhubungan dengan masalah dosa dan pahala.

 Selain alat negara, boleh jadi anggota masyarakat yang menindak mereka melakukan perbuatan a susila, tetapi ada pula yang tidak mempedulikannya karena antara orang tersebut sebagai pribadi yang melakukannya terdapat hubungan langsung dengan Tuhannya. Masalah-masalah semacam itu semakin lama semakin banyak ditemukan karena semakin beragamnya gaya hidup dan cara orang mencari kehidupannya. Misalnya pengguna narkoba, apakah seseorang yang melanggar kesusilaan, dikatakan melanggar hukum criminal, ataukah orang yang sakit justru harus dibantu perawatannya.

Kembali pada perkembangan penggunaan etika dalam kehidupan sehari-hari, ataupun perbincangan filsafati, dalam buku ini mengenai perbedaan tersebut tidak akan diutarakan.

Pada dasarnya, etika berhubungan dengan nilai-nilai dan penilaian terhadap perilaku. Pertanyaan yang mendasarinya, “Perilaku seperti apakah yang dianggap baik dan jahat? Atau, lebih tepat,” Wacana apakah yang menentukan suatu perilaku dinilai baik atau jahat?” Suatu perilaku dikatakan “jahat” karena perbuatan buruk manusia memberikan akibat kerusakan pada manusia lain atau umumnya.

Antara teori etis dan praktis etis terdapat hubungan, yaitu pada prinsip-prinsip filsafati, keputusan, dan kebijakan khusus, atau partikular. Saat ini, etika modern sering mendapat kritik karena terlalu ikut campur dalam kepedulian sehari-hari banyak orang, atau terlalu mengambil alih dengan isu-isu linguistik mengenai makna konsep-konsep etis, dan terlalu sedikit mempedulikan masalah-masalah moral dan politik yang membutuhkan resolusi filsafati. Meskipun filsafat itu sendiri tidak dapat memberikan jawaban yang jelas terhadap masalah-masalah nyata, namun etika dapat membantu kita untuk berpikir lebih jelas tentang prinsip-prinsip kita mengenai tindakan dan menyelesaikan masalah-masalah etis secara logis.

Filsafat etis merupakan usaha untuk memberi landasan terhadap usaha menyelesaikan konflik-konflik secara rasional jika respons otomatis kita dan aturan implisit tindakan yang berbelit dengan respons dan aturan yang bertentangan. Jika oposisi dari orang lain atau dari kesadaran kita membuat sadar terhadap argumen yang melawan tindakan dan kebijakan kita, penting bagi kita untuk memberikan alasan kepada mereka, dan menjadi terikat dalam diskusi filosofis.

Craig (2005), dalam “The Shorter Routledge Encyclopedia of Phylosophy” mengemukakan tiga permasalahn utama dalam etika, yaitu masalah etika dan meta etika, masalah konsep etis dan teori etis, serta masalah etika terapan.

1.      Masalah etika dan meta etika

Pada perbincangan kali ini, kita akan membahas masalah pengertian etika dan meta etika.

Apa yang dimaksud dengan etika, pada dasarnya meliputi empat pengertian. Pertama, sistem-sistem nilai kebiasaan yang penting dalam kehidupan kelompok khusus manusia yang digambarkan sebagi etika kelompok ini. Para filosof mempedulikannya dengan mengemukakan sistem-sistem ini, tetapi hal ini dilihat sebagai tugas antropologi.

Kedua, etika digunakan pada satu di antara sistem-sistem khusus tersebut, yaitu “moralitas” yang melibatkan makna dari kebenaran dan kesalah, seperti salah dan malu. Pertanyaan sentral dalam hal ini, “Apa yang terbaik untuk memberikan karakter pada sistem ini? Apakah suatu moral mengemukakan fungsi tertentu, seperti apa yang memungkinkan seseorang dapat bekerja sama dengan orang lain? Haruskah dalam bekerja sama dengan orang lain melibatkan perasaan tertentu atau dengan hujatan?”

Ketiga, etika dalam sistem moralitas itu sendiri mengacu pada prinsip-prinsip moral aktual, misalnya “Mengapa Anda mengembalikan buku pinjaman itu?” Hal seperti itu hanyalah masalah etis dalam suatu lingkungan.

Keempat, etika adalah suatu daerah dalam filsafat yang memperbincangkan telaahan etika dalam pengertian-pengertian lain. Penting untuk diingat bahwa etika filosofis tidak bebas dari area filsafati lainnya. Jawaban terhadap masalah etika bergantung pada jawaban terhadap banyaknya pertanyaan metafisika dan area lain pemikiran manusia.

2.      Konsep dan teori etika

Dalam Craig (2005), menurut Crisp ada beberapa etika falsafiah yang bersifat luas dan umum, serta berupaya untuk mendapatkan prinsip-prinsip umum atau keterangan-keterangan dasar mengenai moralitas, cenderung lebih memfokuskan pada analisis atas masalah sentral pada etika itu sendiri. Misalnya, masalah otonomi. Perhatian terhadap pemerintahan sejajar dengan masalah-masalah yang menyangkut diri (self), hakikat moral, dan relasi etis masalah lain. Topik lain yang juga termasuk masalah ini adalah ideal moral, makna pahala, dan responsibilitas moral.

Pertanyaan mengenai apa yang dibuat untuk kehidupan kemanusiaan yang baik bagi kehidupan pribadi merupakan inti dari etika sejak para filosof Yunani mendalaminya ke dalam kebahagiaan (eudaimonia). Teori para filosof mengenai kebaikan, secara erat menyatu dengan pandangan-pandangan mereka terhadap masalah-masalah lain. Misalnya, beberapa dari mereka memberikan terhadap-terhadap masalah-masalah lain. Misalnya, beberapa dari mereka memberikan penekanan pada makna pengalaman dalam pemahaman kita mengenai dunia terganggu oleh pandangan bahwa kebaikan berisi seluruhnya di dalam suatu jenis pengalaman khusus, ialah kenikmatan. Pandangan lain menganggap, selain kesenangan terdapat hal lain, bahwa kebaikan hidup berisikan hakikat manusia yang kompleks.

Filsafat moral atau etika sedikitnya membicarakan advokasi cara-cara khusus hidup dan bertindak. Sebagian lagi menurun, beberapa tradisi lama sekarang ini telah menghilang, namun masih banyak jarak atau perbedaan cara pandang wacana mengenai bagaimana seharusnya cara orang hidup. Salah satu tradisi pusat modern adalah konsekuensionalisme. Pandangan ini sebagaimana dipahami, bahwa kita diminta mempersyaratkan moralitas untuk membawa kebaikan menyeluruh yang terbaik. Pandangan setiap konsekuensionalisme bergantung pada pandangannya tentang kebaikan. Teori yang paling berpengaruh adalah bahwa kebaikan adalah kesejahteraan atau kebahagiaan manusia individual dan binatang lain yang apabila dikombinasikan dengan konsekuensalisme akan menjadi utilitarianisme.  

Pandangan konsekuensionalis lebih berdasar pada kebaikan daripada kebenaran. Teori-teori yang berdasar pada kebenaran dapat dipecahkan sebagai deontologis. Puncaknya, terjadi pada Abad ke-18 dalam filsafat Jerman, Immanuel Kant. Teori-teori seperti itu beranggapan, bahwa kita harus memegang janji, bahkan jika kita melanggar atau menghambat melakukan sesuatu, akibatnya akan lebih.

Pada Abad ke-20, terdapat reaksi perlawanan terhadap ekses yang dipersepsi dari etika kaum konsekuensionalis dan deontologis, dan kembali pada pegangan-pegangan masa kuno. Bekerja di bidang etika akan banyak berhubungan dengan keadaan dalam etika Abad Modern, juga menyangkut elaborasi dan analisis mengenai kebaikan dan konsep yang berhubungan.

3.      Masalah etika terapan

Etika filsafati selalu dikaitkan dengan taraf penerapan tertentu pada kehidupan nyata sehari-hari. Misalnya, Aristoteles yakin bahwa dalam mempelajari etika tidak terdapat nilai, jika hal itu tidak akan memberikan keuntungan kepada orang dalam menjalani kehidupannya. Tetapi sejak 1960-an, terdapat minat baru dalam diskusi yang lebih detail mengenai masalah-masalah kontemporer yang khusus secara praktis.

Bidang kedokteran merupakan bidang keilmuwan yang paling menonjol saat ini. Secara lebih khusus, bidang kedokteran menyangkut hidup dan mati. Bidang-bidang lainnya adalah bidang ilmu dan teknologi, juga masalah-masalah kesenian yang berhubungan dengan agama dan norma-norma, serta nilai sosial, misalnya masalah pornografi dan pornoaksi.

Dalam bidang politik, masalah etika kerap dibicarakan. Pada asasnya, politik banyak dibicarakan sebagai cara untuk memberikan kesejahteraan kepada masyarakat dan negara. Bidang politik tampil menonjol dalam sisi “rebutan” kekuasaan. Politik diartikan sebagai upaya untuk memegang kendali pemerintahan dalam melaksanakan metode dan teknik memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Dalam upaya memegang kendali pemerintahan inilah, kegiatan politik sangat menonjol. Dalam hal itulah etika diperlukan.

Sumber : Buku Pengantar Filsafat, Sutardjo A. Wiramihardja

Tidak ada komentar:

Kisah Mata Air Keabadian

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada d...