Minggu, 26 Oktober 2014

Pengantar Filsafat I Aksiologi adalah Masalah Sehari-hari


 

Merupakan hal yang biasa, bahwa sebuah perbedaan akan berhenti ketika seorang partisipan mengatakan “de gustibus non disputandum” yang artinya selera tidak diperdebatkan. Masalah ini merupakan masalah penting. Dengan nilai, seseorang dapat bersikap subjektif sehingga dapat menimbulkan masalah besar dan esensial, tetapi dibiarkan begitu saja walaupun mengacaukan situasi. Masalah ini juga merupakan masalah serius yang timbul dalam penggunaan nilai dalam kehidupan sehari-hari, seolah-olah nilai identik dengan selera.

Timbul pertanyaan, “Seberapa jauh perbedaan dalam penilaian itu benar-benar subjektif, dan tertutup untuk pemikiran yang sifatnya kolektif?” Misalnya, dalam kesenian, tata boga, atau pakaian, juga dalam perilaku dan sikap pada umumnya, atau perilaku khusus dalam sebuah pesta pada kalangan tertentu. Timbul pertanyaan lain. “Seberapa jauh suatu penilaian menjadi objektif, seperti nilai suatu ilmu pengetahuan atau hal-hal nyata dan konkret, seperti selera makan asam atau pedas. Menurut ahli biologi, bahwa selera itu dapat dibentuk.

Masalah-masalah demikian, dalam arti yang lebih luas dan lebih banyak, boleh jadi menjadi sumber terjadinya konflik antarorang atau konflik antarras. Pertanyaan berikutnya, “Apakah nilai itu objektif atau subjekti?

Masalah yang paling banyak dibicarakan antara lain mengenai kebaikan perilaku, keindahan karya seni, dan kekudusan atau kesucian religius. Adapun masalah yang akan dikemukakan di sini adalah pendapat dari Langeveld, bahwa aksiologi terdiri atas dua hal utama, yaitu etika dan estetika. Keduanya merupakan masalah yang paling banyak ditemukan dan dianggap penting dalam kehidupan sehari-hari.

 Etika adalah bagian filsafat nilai dan penilaian yang membicarakan perilaku orang. Semua perilaku mempunyai nilai dan tidak bebas dari penilaian. Jadi, tidak benar suatu perilaku dikatakan tidak etis dan etis. Lebih tepat, perilaku adalah beretika baik atau beretika tidak baik. Sejalan dengan perkembangan penggunaan bahasa yang berlaku sekarang, istilah tidak etis dan etis tidak baik untuk hal yang sama. Demikian juga etis dan etis baik.

Perlu juga diingat, bahwa pada banyak wacana dalam hal perilaku ini digunakan istilah baik dan jahat untuk etika karena perbuatan manusia yang tidak baik akan berarti merusak, sedangkan perbuatan yang baik akan berarti membangun.

Estetika adalah bagian filsafat tentang nilai dan penilaian yang memandang karya manusia dari sudut indah dan jelak. Indah dan jelek adalah pasangan dikotomis, dalam arti bahwa yang dipermasalahkan secara esensial adalah pengindraan atau persepsi yang menimbulkan rasa senang dan nyaman pada suatu pihak, rasa tidak senang dan tidak nyaman pada pihak lainnya. Hal ini mengisyaratkan, bahwa ada baiknya bagi kita untuk menghargai pepatah “de gustibus non disputdum”, meskipun tidak mutlak, tidak untuk segala hal.

Sumber : Buku Pengantar Filsafat, Sutardjo A. Wiramihardja

Tidak ada komentar:

Kisah Mata Air Keabadian

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada d...