1.
Definisi
Proses Belajar
Proses
adalah kata yang berasal dari bahasa Latin “processus”
yang berarti “berjalan ke dapan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah
atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin
(1972), proses adalah Any change in any
object or organism, particulary a behavioral or psychological change.
(Proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan).
Dalam
psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang
dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil
tertentu (Reber, 1988). Jika kita perhatikan ungkapan any change in object or organism dalam definisi Chaplin di atas dan
kata-kata “cara-cara atau langkah-langkah” (manners or operations) dalam
definisi Reber tadi, istilah “tahapan perubahan” dapat kita pakai sebagai
padanan kata proses. Jadi, proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan
perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri
siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang
lebih maju daripada keadaan sebelumnya.
2.
Fase-Fase
dalam Proses Belajar
Karena
belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi
perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui
fase-fase yang antara satu dengan lainnya bertalian secara berurutan dan
fungsional.
Menurut
Jerome S. Bruner, salah seorang penentang teori S-R Bond (Barlow, 1985), dalam
proses belajar, siswa menempuh tiga episode atau fase, yakni:
1. fase
informasi (tahap penerimaan materi).
2. fase
transformasi (tahap pengubahan materi).
3. fase
evaluasi (tahap penilaian materi).
Dalam
fase informasi (information), seorang
siswa yang sedang belajar memeroleh sejumlah keterangan mengenai materi yang
sedang dipelajari. Di antara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali
baru dan berdiri sendiri ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan
memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.
Dalam
fase transformasi (transformation),
informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau ditransformasikan
menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat
dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, fase ini akan
berlangsung lebih mudah apabila disertai dengan bimbingan Anda selaku guru yang
diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk
mempelajari materi pelajaran tertentu.
Dalam
fase evaluasi (evaluation), seorang
siswa akan menilai sendiri sampai sejauh mana pengetahuan (informasi yang telah
ditransformasikan tadi) dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain
atau memecahkan masalah yang dihadapi.
Menurut
Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of
Learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tahapan-tahapan
yang mencakup:
1. Acquisition
(tahap perolehan/penerimaan informasi).
2. Storage
(tahap penyimpanan informasi).
3. Retrivel
(tahap mendapatkan kembali informasi).
Pada
tingkatan acquisition seorang siswa
mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya,
sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula
asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya.
Proses acquisition dalam belajar
merupakan tahap yang paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan
mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya.
Pada
tingkatan storage seorang siswa
secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru
yang ia peroleh ketika menjalani proses acquisition.
Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short term dan long term memori.
Pada
tingkatan retrivel seorang siswa akan
mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sistem memorinya, misalnya ketika ia menjawab
pertanyaan atau memecahkan masalah. Proses retrivel pada dasarnya adalah upaya
atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali item-item
yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku
tertentu sebagai respons atas stimulus yang sedang dihadapi.
Sumber : Buku
Psikologi Pendidikan, Muhibbin Syah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar