Kata
“ pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction”,
yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini
banyak dipengaruhi oleh aliran Psikologi Kognitif-Wholistik, yang menempatkan
siswa sebagai sumber dari kegiatan selain itu istilah ini juga dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari
segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan-bahan cetak, program
televisi, gambar, audio, dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong
terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari
guru sebagai sumber belajar menjadi guru menjadi sebagai fasilitator dalam
belajar mengajar (Sanjaya, 1991:78). Pembelajaran adalah upaya logis yang
didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan belajar anak. Pembelajaran akan sangat
bergantung pada pemahaman guru tentang hakekat anak sebagai peserta atau
sasaran belajar (Mariyana, 2005:4).
Slavin
dalam Yasa (2008:1) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas
dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk
memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan
memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan
memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya,
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik
pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi nara sumber bagi teman yang lain. Jadi
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan
kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif memiliki
ciri-ciri: 1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok
secara kooperatif, (2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah, (3) jika siswa dalam kelas terdapat siswa yang
terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yangberbeda, maka
diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri ras, suku, budaya, jenis kelamin
yang berbeda pula, dan (4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok
dari pada perorangan.
Ibrahim
(2005:6-7) mengemukakan bahwa pada umumnya pembelajaran yang menggunakan model
kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) siswa bekerja dalam kelompok
secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya; 2) kelompok dibentuk
dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah; 3) bilamana
mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin
berbeda-beda; dan 4)penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
Ibrahim
(2007:7-9) mengemukakan bahwa peran aktif siswa sangat diperlukan melalui kerja
sama yang kompleks dalam suatu kelompok belajar, dimana dari aktifitas tersebut
terdapat tiga tujuan dalam pembelajaran kooperatif yaitu : 1). Berkaitan dengan
hasil belajar akademik pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan
kenerja siswa dalam akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa pendekatan
pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa untuk memahami
konsep-konsep yang sulit, termasuk konsep-konsep matematika, 2). Penerimaan
terhadap keragaman dimana penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda
menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan maupun ketidak mampuan ; dan 3).
Pengembangan keterampilan sosial yaitu untuk mengajarkan kepada siswa
keterampilan kerja sama dan kolaborasi..
Ibrahim
(2000:10) mengemukakan bahwa tujuan utama pembelajaran kooperatif dalam
kegiatan mengajar adalah: 1). Hasil belajar; 2). Penerimaan terhadap keragaman
dan 3). Pengembangan keterampilan sosial.
Berdasarkan
pendapat para ahli pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar di mana
siswa berada dalam kelompok kecil, saling membantu untuk memahami suatu
pelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya
dengan tujuan mencapai hasil belajar tertinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar