Bumi kita berada dalam proses perubahan besar geologis. Perkembangan
bumi sudah tidak alami lagi, karena dipengaruhi oleh manusia. Kita
memasuki zaman yang disebut Anthropocene.
Para geolog dan ilmuwan disiplin lainnya, sejak beberapa dekade
mengamati sebuah perubahan besar geologis yang dramatis. Sebuah
lingkungan yang dikatakan alami, seperti pemikiran romantis, sebenarnya
tidak ada lagi di era masyarakat industri yang makin maju.
Di zaman awal sejarah bumi, hutan belantara masih meluas dengan sendirinya. Pemandangan ditandai dengan sungai-sungai, gunung berapi, pergerakan bumi dan perubahan iklim secara alami. Saat ini, umat manusia yang punya andil besar yang mempengaruhi proses perkembangan bumi.
Peneliti menunjuk perubahan iklim global sebagai contohnya. Perubahan
dipercepat lewat tingginya emisi gas rumah kaca dan sebagai akibatnya
temperatur global naik. Dampak ikutannya adalah naiknya permukaan laut
yang menyebabkan perubahan dalam skala besar pada kehidupan pesisir.
Pakar iklim juga memperingatkan munculnya musim kering yang dipicu oleh
manusia di sejumlah besar wilayah dunia dan juga perusakan tanah-tanah
subur.

Peta permukaan bumi dari NASA
Perpisahan dari alam
Kenyataan ini juga memicu perubahan pemikiran yang radikal dalam ilmu
pengetahuan. Saat ini tidak ada lagi alam yang berlawanan dengan budaya
manusia dan yang berkembang sendiri seperti dulu. Kini bumi serta
lingkungannya dipengaruhi secara masif oleh manusia.
Karena itu periset berbicara tentang zaman yang dipengaruhi manusia atau
"Anthropocene". Konsep itu mengguncang inti interpretasi mengenai dunia
yang ada saat ini.
Pasalnya, sampai sekarang orang terutama membedakan antara "alam yang kerap baik" dan "manusia yang sering jahat dengan teknologinya", ujar Reinhold Leinfelder, geolog dari Freie Universität
Berlin yang secara intensif melakukan penelitian tentang Anthropocene.
Namun baginya perbedaan ini sudah lama tidak berlaku lagi.
"Kita saat ini sudah sedemikian jauh. Manusia sudah mengubah alam
sedemikian rupa sehingga kita harus mengatakan, alam menurut pengertian
masa lalu itu sudah tidak eksis lagi." Begitu dijelaskan Leinfelder. Dan
alam ini tidak bisa lagi dipisahkan dari cirinya saat ini, juga tidak
dari teknologi.
Dataran bumi sudah berubah
Menurut konsep Anthropocene, manusia dan alam merupakan sebuah kesatuan.
Dengan begitu tidak berlaku lagi antitesis lingkungan yang berkembang
alami di satu sisi dan masyarakat berteknologi di sisi lain. Pakar
geolog Leinfelder melihatnya sebagai konsekuensi, sebab saat ini saja
manusia sudah mengubah sekitar 75 persen dari dataran kerak bumi.
Misalnya melalui kegiatan pertanian industrial
yang melakukan pengolahan tanah secara besar-besaran. Begitu juga
dengan pembangunan di kota-kota dan pertambangan. Saat ini jumlah
dataran bumi yang dipindahkan, 30 kali lipat lebih banyak ketimbang
melalui proses alami.
Tambahan lagi makin banyak jenis hewan yang punah. Diperkirakan,
jumlahnya sekitar seratus kali lebih tinggi dibandingkan bila itu
terjadi pada proses alami. Sejumlah periset bahkan memperkirakan tingkat
kepunahan hingga seribu kali lebih banyak. Yang pasti bagi Reinhold
Leinfelder adalah "Sedimen, berupa lapisan geologis yang kita miliki di
masa depan, kebanyakan merupakan hasil ulah kita sendiri."
Industrialisasi sebagai titik balik
Endapan sedimen masa depan memang akan menunjukkan campur tangan manusia
terhadap lingkungan. Para arkeolog akan menemukan sisa hewan peliharaan
yang berguna bagi manusia di lapisan sedimen, dan juga jejak-jejak
tanaman yang dibudidayakan serta partikel plastik.
Endapan sedimen karakteistik semacam itulah yang terlihat pada setiap
era geologis. Periode terbaru adalah Holocene yang dimulai sekitar
11.000 tahun silam, jadi setelah zaman es terakhir dan ditandai terutama
lewat kondisi lingkungan yang stabil. Periode Holocene itu kemudian
diganti oleh periode Anthropocene.
Namun para periset ridak sepakat dalam penentuan waktu, kapan periode
Anthropocene mulai. Pertanian dimulai sekitar 10.000 tahun lalu.
Berbarengan dengan itu mulailah intervensi manusia terhadap alam secara
sistematis. Hanya, campur tangan saat itu masih terbatas lokasinya.
Tetapi periset sepakat bahwa proses mempengaruhi alam secara global,
selambatnya dimulai sejak industrialisasi abad ke-18.
Eksperimen berskala planet
"Akhir abad ke-18 hingga awal ke-19 kita sudah memulai eksperimen berskala planet,"
kata Jürgen Renn, Direktur Sejarah Ilmu Pengetahuan di
Max-Planck-Institut di Berlin. "Saat itu orang tentu sudah dapat melihat
dampaknya, namun hingga saat ini dampak itu masih merupakan tantangan
bagi kita," tambah ilmuwan itu.
Yang termasuk ke dalam tantangan itu misalnya endapan timah hitam di
lapisan tanah yang masih dapat ditemukan saat ini. Sejak
industrialisasi, intervensi terhadap alam semakin meningkat.
Budidaya monoklutur membuat tanah subur terkikis. Pertambangan pada permukaan bumi menggeser gunung,
pembersihan tanah garapan mengubah keseluruhan budidaya tanaman, dan
juga pelurusan sungai-sungai. Belum lagi perluasan daratan di kawasan
pesisir.
Juga sampah radioaktif yang masih dapat ditemukan hingga ratusan ribu
tahun ke depan. Semuanya ini menandai bumi kita untuk selamanya. Karena
alam dan manusia serta teknologinya tidak dapat dipisahkan satu dengan
lainnya.
Tak mungkin kembali
Profesor Helmuth Trischler,
sejarawan teknologi juga berpendapat sama. "Melalui intervensi manusia
terhadap alam, bumi yang telah diubah tidak akan bisa kembali ke bentuk
semula", kata Trischler. Ia yakin bahwa "Kita tidak dapat kembali ke
kondisi periode Holocene."
Masalah yang timbul misalnya, pengurasan kekayaan laut, tanah yang
gersang atau bukit-bukit sampah. Dan ke depan tantangan-tantangan ini
tidak mungkin dapat diatasi tanpa teknologi dan intervensi lainnya
terhadap alam.
Oleh karena itu diperlukan teknologi baru yang tidak memperburuk masalah
yang sudah dikenal. Penghapusan masyarakat industri untuk mengatasi
masalah bukan merupakan penyelesaian.
Oleh sebab itu, pada periode Anthropocene manusia dengan teknologinya
hrsus dilihat sebagai bagian dari alam. Ilmuwan Jürgen Renn juga yakin
bahwa tidak akan ada periode baru lagi setelah Anthropocene. Yang
penting saat ini adalah bagaimana caranya membentuk periode ini secara
bertanggung jawab.
Sebab itu diskusi mengenai Anthopocene terutama ingin mempertajam
kesadaran : bahwa kita hidup di sebuah periode geologis yang telah kita
intervensi dan kita harus bertanggung jawab membentuknya secara
berkelanjutan.
Sumber : http://www.dw.de/bumi-masuki-zaman-pengaruh-manusia-anthropocene/a-16602191
Tidak ada komentar:
Posting Komentar