Minggu, 25 Mei 2014

Kumpulan Sejarah Islam I Muhammad bin al-Qashim Penakluk India



Ketika Rasulullah berdakwah di Thaif, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam diusir oleh kabilah Tsaqif yang mendiami wilayah Thaif tersebut. Lalu datanglah Malaikat Jibril yang mengatakan, ‘Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah mendengar perkataan kaummu kepadamu dan penolakan mereka terhadapmu. Dan Allah
‘Azza wa Jalla telah mengirimkan malaikat penjaga gunung untuk engkau
perintahkan melakukan apa saja yang engkau mau atas mereka’. Malaikat (penjaga) gunung menyapa Rasulullah dan
mengucapkan salam lalu berkata, ‘Wahai Muhammad! Jika engkau mau, aku bisa
menimpakan Akhsabain’.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “(Tidak) namun aku berharap supaya Allah ‘Azza wa Jalla
melahirkan dari anak keturunan mereka orang yang beribadah kepada Allah
semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun juga”. (HR Imam al-
Bukhari dan Imam Muslim).

Kurang lebih satu abad kemudian, salah seorang putra dari bani Tsaqif membuat
orang-orang India terkagum-kagum dengan agama yang didakwahkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Putra bani Tsaqif tersebut adalah Muhammad bin al-Qashim ats-Tsaqafi.

Kelahiran Muhammad bin al-Qashim:

Muhammad bin al-Qashim dilahirkan di Thaif pada tahun 72 H, kakeknya Muhammad bin al-Hakam adalah pembesar
bani Tsaqif. Pada tahun 75 H, Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi diangkat oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan menjadi gubernur Irak, Hajjaj pun mengangkat pamannya al-
Qashim, ayah dari Muhammad bin al-Qashim, menjadi wali di wilayah Bashrah.
Akhirnya Muhammad yang kala itu baru berumur 3 tahun turut pindah bersama ayahnya dari Thaif (sebuah kota di dekat
Mekah) menuju Bashrah di Irak. Hajjaj yang terkenal dengan pemimpin yang menaruh perhatian sangat besar
dalam kekuatan militer dan ekspansi, mempengaruhi jiwa sepupunya Muhammad bin al-Qashim.

Muhammad tumbuh dalam lingkungan militer, ia berlatih menunggang kuda sejak kecil, dan turut serta dalam latihan-latihan bela diri dan peperangan, sampai akhirnya ia
menjadi seorang panglima perang umat Islam.

Karakter Muhammad bin al-Qashim:

Sebagaimana yang terjadi di dunia militer modern, seorang panglima memiliki
leadership, keberanian, pemikiran yang matang, dan sifat-sifat lainnya yang
membantunya membuat keputusan cepat dan tepat terutama saat berada di medan perang, Muhammad bin al-Qashim juga dianugerahi sifat-sifat demikian. Bisa jadi
sifat-sifat ini muncul karena lingkungan masa kecilnya yang menempa dirinya.

Terbukti pada usia 17 tahun ia dipilih oleh Hajjaj bin Yusuf memimpin pasukan besar menuju India. Hajjaj bin Yusuf pernah menasihatinya agar
berbuat baik terhadap musuh, memahami dan mengasihi mereka. Namun yang
terpenting kata Hajjaj, tunjukkanlah keberanianmu bahwa engkau tidak takut
peperangan dan kematian. Di antara kebiasaan Muhammad al-Qashim adalah ia pasti membangun masjid di setiap daerah-daerah yang ia taklukkan. Menurutnya masjid sebagai simbol
eksistensi ajaran Islam dan penyebaran keilmuan dan kebudayaan Islam.

Menaklukkan India:

Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa Islam tidak menyebarkan ajarannya
dengan pedang, akan tetapi ada latar belakang yang menjadi alasan mengapa
ekspansi itu dilakukan. Pada tahun 90 H, 12
kapal laut yang memuat barang-barang
dagangan, pedagang, dan wanita muslimah
ditangkap oleh perompak di wilayah Sindh
(Pakistan). Hajjaj bin Yusuf pun menyiapkan pasukan untuk membebaskan
umat Islam dari tawanan bajak laut
Hindustan ini. Hajjaj mengutus Abdullah bin Nahban,
namun ia gugur dalam misi ini. Kemudian
pemberangkatan kedua dipimpin oleh
Budail bin Thahfah al-Bajali, Budail pun
mengalami nasib serupa dengan Abdullah
bin Nahban. Hajjaj pun marah besar setelah melihat pasukan-pasukannya dikalahkan
oleh orang-orang Sindh, ia bersumpah
untuk menaklukkan negeri ini dan berjanji
agar umat Islam bisa memasuki pusat kota
negeri tersebut. Setelah Hajjaj berdiskusi dengan Khalifah
al-Walid bin Abdul Malik, terpilihlah
Muhammad bin al-Qashim sebagai
panglima perang dalam ekspansi menuju
India. Hajjaj memandang, Muhammad bin
al-Qashim memiliki keberanian, berjiwa komando, dan memiliki keteguhan hati. Muhammad bin al-Qashim segera
membekali pasukannya dengan alat-alat
perang, termasuk alat berat seperti
manjanik. Setelah persiapan di rasa cukup,
berangkatlah Muhammad bin al-Qashim
bersama 20.000 pasukan terbaik menuju India, pemberangkatan pasukan ini terjadi
pada tahun 90 H. Sepanjang perjalanan menuju India, kota
demi kota berhasil ditaklukkan oleh
Muhammad bin al-Qashim beserta
pasukannya. Setelah menempuh perjalanan
selama dua tahun, akhirnya Muhammad
bin al-Qashim memasuki wilayah Sindh. Ia langsung memerintahkan pasukannya
untuk menggali parit besar dan bersiap-
siap untuk menghadapi peperangan dengan
pasukan Sindh yang dipimpin oleh Raja
Dahir Sen. Peperangan dahsyat pun terjadi antara
kedua pasukan besar ini. Namun, orang-
orang Sindh tidak bisa menyamakan
Muhammad bin al-Qashim dan pasukannya
dengan dua pasukan terdahulu. Selain
memiliki jenderal perang yang tangguh, perbekalan materi dan jumlah pasukan
Islam kali ini memadai untuk meruntuhkan
kesombongan para penyembah berhala ini.
Pasukan Sindh berhasil ditaklukkan dan
Raja Dahir Sen tewas di medan
pertempuran. Ibu kota Sindh jatuh ke tangan umat Islam. Muhammad bin al-Qashim meneruskan
ekspansi militernya ke wilayah-wilayah
Sindh yang lain demi membersihkan
berhala-berhala dari negeri tersebut.
Wilayah Sind mulai dari Dibal hingga Punjab
berhasil ditaklukkan oleh Muhammad bin al-Qashim dan pasukannya. Penaklukkan
ini berakhir pada tahun 96 H. Setelah itu,
umat Islam menyibukkan diri mereka
dengan mendakwahi para penyembah
berhala ini. Rakyat Sindh begitu antusias
dengan ajaran Islam, mereka begitu tertarik dengan prinsip persamaan yang
tidak mereka dapati pada ajaran Hindu.
Demikian juga orang-orang Budha yang
sebelumnya direndahkan oleh orang-orang
Hindu mendapatkan hak yang sama seperti
masyarakat Sindh lainnya. Tersebarlah cahaya Islam di tanah Hindustan dan
berdirilah kerajaan Islam di tanah Sindh
(Pakistan). Wafatnya Kematian Muhammad bin al-Qashim adalah
suatu peristiwa yang sangat menyedihkan,
apalagi wafatnya ini bukanlah tewas di
medan peperangan sebagaimana para
pejuang lainnya, akan tetapi korban dari
sebuah kedengkian. Ia difitnah dianggap terlibat dalam skandal politik yang terjadi
antara Hajjaj bin Yusuf dengan Khalifah
Sulaiman bin Abdul Malik. Ia pun dijebloskan ke penjara Irak dan
mengalami berbagai siksaan, sampai
akhirnya ia wafat di penjara pada tahun 95
H. Tidak hanya orang Arab yang menangisi
kepergiannya, umat Islam di Sindh sangat
terpukul mendengar kepergiannya, demikian juga orang-orang Budha dan
Hindu turut berduka karena kehilangan
sosok pemimpin yang mereka cintai.
Orang-orang India (non muslim)
menggambar sosok Muhammad bin al-
Qashim di dinding-dinding mereka untuk mengenang sang pahlawan. Muhammad bin al-Qashim wafat di usia
yang masih sangat beliau, belum genap
menginjak 24 tahun. Dan sampai sekarang
Islam di Pakistan tetap tersebar buah dari
dakwahnya. Semoga Allah merahmati
Muhammad bin al-Qashim.

Sumber : https://www.facebook.com/KumpulanSejarahIslam?ref=stream

Tidak ada komentar:

Kisah Mata Air Keabadian

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada d...