Senin, 19 Mei 2014

Mengajar I Definisi dan Contoh Mengajar I Definisi Mengajar




Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik adalah membantu dan membimbing siswa untuk mencapai kedewasaan seluruh ranah kejiwaan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, baik kriteria institusional maupun konstitusional. Untuk dapat mnjalankan tugas dan tanggung jawabnya itu, guru berkewajiban merealisasikan segenap upaya yang mengarah pada pengertian membantu dan mem siswa dalam melapangkan jalan menuju perubahan positif seluruh ranah kejiwaannya. Dalam hal ini, kegiatan nyata yang paling utama dalam member bantuan dan bimbingan itu adala mengajar.

Definisi Mengajar

Pengertian yang umum dipahami orang terutama mereka yang awam dalam bidang-bidang studi kependidikan, ialah bahwa mengajar itu merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa. Dengan demikian, tujuannya pun hanya berkisar sekitar pencapaian penguasaan siswa atas sejumlah pengetahuan dan kebudayaan. Dari pengertian semacam ini timbul gambaran bahwa peranan dalam proses pengajaran hanya dipegang oleh guru, sedangkan murid dibiarkan pasif.

Arifin (1978) mendefinisikan mengajar sebagai “… suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu”. Definisi itu tidak jauh berbeda dengan definisi orang awam diatas, karena sama-sama menekankan penguasaan pengetahuan (bahan pelajaran) belaka. Nuansa (perbedaan tipis sekali) yang terdapat dalam definisi ini adalah adanya pengembangan penguasaan siswa atas materi pelajaran. Namun, citra pengajaran yang hanya terpusat pada guru masih juga tergambar dengan jelas. Dengan demikian, siswa selaku peserta didik dalam definisi Arifin di atas, tetap tidak atau kurang aktif.

Tyson dan Caroll (1970), setelah mempelajari secara seksama sejumlah teori pengajaran, menyimpulkan bahwa mengajar ialah … a way working with students … a process of interaction… the teacher does something in return. Dari definisi ini tergambar bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.

Sehubungan dengan definisi itu, Tyson dan Caroll menetapkan sebuah syarat, yakni apabila interaksi antarpersonal (guru dan siswa) di dalam kelas terjadi dengan baik, maka kegiatan belajar akan terjadi. Sebaliknya, jika interaksi guru-siswa buruk, maka kegiatan belajar siswa pun tidak akan terjadi atau mungkin terjadi tetapi tidak sesuai dengan harapan.

Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah “… suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar”. Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang kelas (ruang belajar), tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa. 

Tardif (1989) mendefinisikan mengajar secara lebih sederhana tetapi cukup komprehensif dengan menyatakan bahwa mengajar itu pada prinsipnya adalah … any action performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another individual (the learner). Artinya, mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini guru) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini siswa) melakukan kegiatan belajar.

Kata the the teacher (guru) dan the learner (orang yang belajar atau siswa) dalam definisi Tardif itu semata-mata hanya sebagai contoh yang mewakili dua individu yang sedang berinteraksi dalam proses pengajaran. Jadi, interaksi antar-individu di luar definisi tadi juga bisa terjadi, misalnya antara orangtua dengan anak atau antara kiai dengan santri.

Biggs (1991), seorang pakar psikologi kognitif masa kini, membagi konsep mengajar dalam tiga macam pengertian.

a.       Pengertian kuantitatif (yang menyangkut jumlah pengetahuan yang diajarkan).
b.      Pengertian institusional (yang menyangkut kelembagaan atau sekolah).
c.       Pengertian kualitatif (yang menyangkut mutu hasil yang ideal).

Dalam pengertian kuantitatif, mengajar berarti the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini, guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya. Di luar itu, kalau perilaku belajar siswa tidak memadai atau gagal mencapai hasil yang diharapkan, maka kesalahan ditimpakan kepada siswa. Jadi, kegagalan dianggap semata-mata karena siswa sendiri yang kurang kemampuan, kurang motivasi, atau kurang persiapan.

Dalam pengertian institusional, mengajar berarti … the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisisen. Dalam pengertian ini, guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar untuk bermacam-macam siswa yang berbeda bakat, kemampuan, dan kebutuhannya.

Pengertian di atas jelas lebih ideal daripada pengertian sebelumnya karena adanya perhatian yang memadai dari pihak guru terhadap kemampuan, bakat dan kebutuhan para siswa. Mengajar dengan adaptasi teknik seperti yang tercermin dalam definisi institusional tadi sudah dilaksanakan oleh mayoritas guru sekolah menengah di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Australia.

Selanjutnya, dalam pengertian kualitatif, mengajar berarti the facilitation of learning yakni upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa. Dalam hal ini, guru berinteraksi sedemikian rupa dengan siswa sesuai dengan konsep kualitatif, yakni agar siswa belajar dalam arti membentuk makan dan pemahamannya sendiri. Jadi, guru tidak menjejalkan pengetahuan kepada murid, tetapi melibatkannya dalam aktivitas belajar yang efisien dan efektif. Pengajran kualitatif ini lebih terpusat pada siswa (student centered), sedangkan pengajaran kuantitatif lebih terpusat pada guru (teacher centerd). Dalam pendekatan pengajaran institusional pun sesungguhnya masih mengandung ciri pemusatn pada kegiatan guru, namun tidak seekstrem pendekatan pengajaran kuantitatif.

Dari bermacam-macam definisi yang telah penyusun utarakan, kecuali definisi pertam di ats, dapat ditarik benang merah yang menghubungkan pandangan para ahli tadi, yakni bahwa mengajr itu pada intinya mengarah pad timbulnya perilaku belajar siswa. Inti penimbulan perilaku belajar ini tercermin terutama dalam definisi Tyson dan Caroll (1970), definisi Nasution (1986), dan definisi Biggs (1991) dalam hal mengajar kualitatif.

Selanjutnya, mengingat tuntutan psikologis dan sosiologis yang tercermin dalam perundang-undangan kependidikan di negara kita, sudah selayaknya mengajar itu diartikan secara representatif dan komprehensif dalam arti menyentuh segenap aspek psikologis siswa. Kedudukan guru dalam pengertian ini sudah tak dapat lagi dipandang sebagai penguasa tunggal dalam kelas atau sekolah, tetapi dianggap sebagai manager of learning (pengelola belajar) yang perlu senantiasa siap membimbing dan membantu para siswa dalam menempuh perjalanan menuju kedewasaan mereka sendiri yang utuh menyeluruh.
  
 
Sumber : Buku Psikologi Pendidkan, Muhibbin Syah.

Tidak ada komentar:

Kisah Mata Air Keabadian

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada d...