Senin, 19 Mei 2014

Psikologi Pendidikan I Mengajar I Arti Penting Mengajar





Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah lupa dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya. Sebagaian orang menganggap mengajar hanya sebagai salah satu alat atau cara dalam menyelenggarakan pendidikan, bukan pendidikan itu sendiri. Konotasinya jelas, karena mengajar hanya salah satu cara mendidik maka pendidikan pun dapat berlangsung tanpa pengajaran. Anggapan ini muncul karena adanya asumsi tradisional yang menyatakan bahwa mengajar itu merupakan kegiatan seorang guru yang hanya menumbuhkembangkan ranah cipta murid-muridnya, sedangkan ranah rasa dan karsa mereka terlupakan.

Sebagian orang menganggap bahwa mengajar tak berbeda dengan mendidik. Oleh karenanya, istilah mengajar/pengajaran yang dalam bahasa Arab disebut taklim (baca: ta’lim) dan dalam bahasa Inggris teaching itu kurang lebih sama artinya dengan pendidikan yakni tarbiyah dalam bahasa Arab dan education dalam bahasa Inggris. Implikasinya ialah, setiap kegiatan kependidikan yang bersifat formal hendaknya dilakukan oleh pendidikan professional yang bertugas antara lain melaksanakan pembelajaran (baca: proses membuat murid belajar) sebgaimana yang diisyaratkan dalam UU No. 20/ 2003 Bab XI Pasal 39 ayat 2. 

Meskipun hingga kini masih banyak orang yang bersikeras mempertahankan ketidaksamaan antara mengajar dengan mendidik, dalam kenyataan sehari-hari tidak terdapat perbedaan yang tegas antara keduanya. Sebagai contoh, seorang guru yang pekerjaan sehari-harinya. Mengajar di kelasa V misalnya, memang lazim juga disebut pendidik bahkan jarang sekali orang menyebutnya sebagai pengajar. Namun, ketika ia sedang menjalankan tugasnya di dalam kelas, orang tak akan pernah mengatakan, “Pak guru itu sedang mendidik murid-murid kelas V.”

Ungkapan ini tentu tidak salah, namun tidak lazim dan membawa kesan berlebihan. Ada ungkapan lain yang lebih umum dipakai sebagai pengganti ungkapan tadi, yakni, “Pak guru sedang mengajar murid-murid kelas V.” Sudah tentu, kata “mengajar” dalam ungkapan terakhir itu tidak terlepas dari mendidik sebagaimana yang telah disinggung di muka.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai penyaji pelajaran khususnya di kelas, guru tidak hanya dituntut mentransfer pengetahuan atau isi pelajaran yang ia sajikan kepada para siswanya melainkan lebih daripada itu. Sepanjang memungkinkan guru juga harus mentransfer kecakapan karsa dan kecakapan rasa yang terkandung dalam materi pelajaran yang disajikan. Dalam arti yang lebih ideal, mengajar bahkan mengandung konotasi membimbing dan membantu untuk memudahkan siswa dalam menjalani proses perubahnnya sendiri, yakni proses belajar untuk meraih kecakapan cipta, rasa, dan karsa yang menyeluruh dan utuh. Sudah tentu kecakapan-kecakapan seluruh ranah psikologis tersebut tak dapat dicapai sekaligus tetapi berproses, setahap demi setahap.  


 
Sumber : Buku Psikologi Pendidkan, Muhibbin Syah

Tidak ada komentar:

Kisah Mata Air Keabadian

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada d...