Minggu, 11 Mei 2014

Sejarah 1935, Pesawat Buatan Indonesia Mampu Membuat Geger Eropa

Pada September 1935, itulah peristiwa pertama di dunia, pesawat buatan Asia menjejakkan roda di daratan Eropa.


Quote:
Quote:
Pesawat buatan bandung indonesia,walraven 2 pada Oktober 1936 (Wikimedia Commons, Sumber: COLLECTIE TROPENMUSEUM)
Achmad bin Talim baru menginjakkan kakinya di Amsterdam tahun 1974. Tapi karyanya sudah mendarat di sana lebih dulu—September 1935.
Pada 27 September 1935, pesawat buatan Asia menjejak roda di daratan Eropa, untuk yang pertama kalinya di dunia. Pesawat itu berhasil terbang jarak jauh melewati beberapa benua, lalu mendarat mulus di Schipol, Amsterdam.

Pesawat mesin ganda itu dibuat 100 persen di Jawa, di suatu gudang di Jalan Pasir Kaliki, Bandung
atas pesanan jutawan Khouw Khe Hien yang menginginkan pesawat udara untuk meningkatkan efisiensi kegiatan bisnisnya.

Quote:
Bulan Maret 1934, Khouw memesan kepada Laurents Walraven, bagian desain teknik Militaire Luchtvaart-KNIL.
Berdasarkan syarat kebutuhan Khouw, Walraven kemudian merancang pesawat cabin monoplane dengan sayap rendah yang aerodinamis, ramping, dilengkapi dua mesin—yang masing-masing berkekuatan 90 tenaga kuda.
Sementara, pesawat merupakan buah craftsmanship Achmad bin Talim dan rekan-rekannya. Menakjubkan!

Quote:

Pesawat Walraven-2 pesanan Khouw Ke Hien; dibuat oleh Laurents Walraven, MP Pattist, dan Achmad bin Talim. Foto: Tropenmuseum of the Royal Tropical Institute.

SEBAGAI pewaris NV Merbaboe, perusahaan pemotongan sapi, Khouw Ke Hien ingin mengembangkan usahanya. Dia merasa transportasi darat dan laut kurang efisien. Di sisi lain, dia butuh mengunjungi dan mengawasi cabang-cabang perusahaan di sejumlah kota dalam waktu singkat.


Setelah putar otak, dia memutuskan harus punya pesawat sendiri. Pada Maret 1934, dia menghubungi Achmad bin Talim, teknisi pesawat dari Luchtvaart Afdelling, unit Militaire Luchtvaart Dients. Dia pesan pesawat. Kriterianya lumayan berat. Pesawat itu harus mampu terbang jarak jauh dengan kargo seberat 130 kilogram plus dua penumpang. Ia juga mesti bermesin ganda sehingga bisa tetap terbang bila satu mesin mati.

Talim mendiskusikan pesanan tersebut dengan kawan-kawannya. Termasuk dengan Laurents Walraven, desainer teknik di Militaire Luchtvaart-Koninklijke Nederlandsch Indische Leger, yang juga punya design workshop sendiri. Keputusannya: mereka terima pesanan itu. Walraven dan Kapten MP Pattist membuat cetak-biru dan desainnya, sementara Talim dan kawan-kawan lainnya yang mengerjakannya.

Walraven mendesain pesawat itu dengan performa apik, yang dia namakan Walraven-2. Dua mesin Pobjoy (ada yang menulis Pobyo) Niagara 7 silinder berkekuatan masing-masing 90 tenaga kuda terpasang di kedua sayap. Menurut artikel “Built in the Dutch East Indies” dalam majalah Flight, 28 Februari 1935, dengan mesin itu “pesawat didesain untuk penerbangan jarak jauh –berkisar 1.100 mil di udara.”

Aerodinamika mendapat perhatian penting. Walraven-2 berbeda dari kebanyakan pesawat kala itu yang desainnya belum compact dan rendah nilai estetis. Selain bodi ramping, Walraven-2 bersayap tunggal dan rendah –kala itu umumnya pesawat yang ada bersayap ganda dan letak sayapnya tinggi; mesinnya kebanyakan tunggal. Walraven-2 juga dilengkapi cowl (penutup) mesin dan roda dengan bentuk aerodinamis.
Sepuluh bulan kemudian, pada awal Januari 1935, Letnan Terluin melakukan penerbangan perdana pesawat Walraven-2 pesanan Khouw. Evaluasinya: menunjukkan kinerja baik, tanpa satu kesulitan apapun.

Sekitar dua minggu kemudian, 28 Januari, pesawat menerima registrasi penerbangan PK-KKH, yang diambil dari singkatan nama Khouw Khe Hien.
Pesawat W-2 tergolong model paling modern pada saat itu. Entah kenapa, Khouw memilih terbang dulu ke daratan Eropa. Padahal jaraknya lebih jauh dari daratan Tiongkok, yang lebih dekat dari Hindia Belanda (Indonesia, tatkala itu).

Walraven-2 pun, menurut almarhum Achmad bin Talim, belum pernah diuji coba terbang jarak jauh di Pulau Jawa.

“Tahu-tahu ia berangkat ke Bandung lewat Batavia ke Eropa,” kenang Achmad, tahun 1981.

Sejarah tidak mencatat lagi bagaimana nasib pesawat Walraven-2 PK-KKH. Achmad bin Talim pun tidak ingat lagi. Meski ia masih sempat melihat si pesawat di salah satu hanggar Andir (sekarang Bandara Hussein Sastranegara), Bandung, sebelum ditinggalkan pemiliknya untuk selamanya.

Sumber : http://forum.viva.co.id/sejarah/1618960-sejarah-1935-pesawat-buatan-indonesia-mampu-membuat-geger-eropa.html

Tidak ada komentar:

Kisah Mata Air Keabadian

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada d...