Berikut ini beberapa
masalah pokok filsafat manusia.
1. Apakah
manusia menghubungi benda atas dasar nilai kegunaan atau nilai keindahan, atau
nilai lainnya?
2. Apakah
manusia memandang dirinya sebagai hasil suatu evolusi ataukah ia memandang
dirinya memiliki perbedaan hakiki dengan hewan?
3. Apakah
perbedaan hakiki antara manusia dan hewan?
4. Apakah
hanya manusia yang dapat, merasa malu, dapat tertawa dan menangis, dapat
menilai, dapat membuat alat, dan yang berkemauan bebas?
5. Apakah
manusia memandang manusia lain sebagai objek atau sebagai subjek, serta sebagai
individu atau sebagai anggota kelompok?
6. Apakah
manusia merupakan makhluk yang tunduk pada hukum-hukum kosmos, pada instansi
yang lebih tinggi, Tuhan, ketuhanan, ataukah ia bersifat otonom (otonom X
heteronom)?
7. Apakah
tujuan kehidupan manusia? Apakah manusia sebagai makhluk yang senantiasa
menjadi “werden”, yaitu mengaktualisasikan diri selama kehidupannya? Lalu,
apakah makna kematian menurut manusia?
Martin
Buber lahir di Wina. Ia hidup pada 1878-1965. Ia seorang pemikir keagamaan dan
filosof Yahudi dan ahli dalam masalah keyahudian. Dalam bukunya, “Das Problem des Menschen”, ia menyatakan
bahwa pada Abad ke-20, kita menghadapi banyak masalah yang kesemuanya tertuju
pada masalah manusia sosiokultural. Ia adalah seorang filosof yang pernah
menjadi advokat yang kuat dalam membangun konsilasi antara Yahudi dan Arab pada
masanya. Menurut Buber, kita menghadapi masalah perubahan pergaulan hidup
(keluarga). Masyarakat (society)
merupakan jenis kelompok hidup. Pergaulan hidup = community. Ia menyatakan beberapa pemikiran penting, antara lain
sebagai berikut.
1. Dunia
teknik sangat berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan alam pada
Abad ke-19. Perkembangan ini menimbulkan masalah, misalnya pada awal mesin
dikuasai manusia karena diciptakan manusia untuk membantu merealisasikan
gagasan-gagasan produktif, sekarang mesin menguasai manusia, seolah-olah tidak
berdaya ketika mesin yang biasa digunakan tiba-tiba rusak.
2. Dunia
ekonomi semakin tidak menunjukkan keseimbangan antara produksi/konsumsi, dan
distribusi. Beberapa keterangan antara lain, bahwa distributor menguasai
produksi. Artinya, produser dan konsumer “mengalami nasib” yang ditentukan oleh
distributor atau pedagang.
3. Dunia
politik tidak dapat dikuasai (dunia kompromi). Politik berubah makna dari upaya
memberi kesejahteraan menjadi menguasai. Pada dasarnya, politik adalah
menguasai untuk dapat mengatur cara mensejahterakan rakyat dan memakmurkan
negaranya.
Sumber
: Buku Pengantar Filsafat, Sutardjo A. Wiramihardja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar