Jumat, 24 Oktober 2014

Masalah-Masalah Pokok Filsafat Manusia


 

Berikut ini beberapa masalah pokok filsafat manusia.

1.      Apakah manusia menghubungi benda atas dasar nilai kegunaan atau nilai keindahan, atau nilai lainnya?

2.      Apakah manusia memandang dirinya sebagai hasil suatu evolusi ataukah ia memandang dirinya memiliki perbedaan hakiki dengan hewan?

3.      Apakah perbedaan hakiki antara manusia dan hewan?

4.      Apakah hanya manusia yang dapat, merasa malu, dapat tertawa dan menangis, dapat menilai, dapat membuat alat, dan yang berkemauan bebas?

5.      Apakah manusia memandang manusia lain sebagai objek atau sebagai subjek, serta sebagai individu atau sebagai anggota kelompok?

6.      Apakah manusia merupakan makhluk yang tunduk pada hukum-hukum kosmos, pada instansi yang lebih tinggi, Tuhan, ketuhanan, ataukah ia bersifat otonom (otonom X heteronom)?

7.      Apakah tujuan kehidupan manusia? Apakah manusia sebagai makhluk yang senantiasa menjadi “werden”, yaitu mengaktualisasikan diri selama kehidupannya? Lalu, apakah makna kematian menurut manusia?

Martin Buber lahir di Wina. Ia hidup pada 1878-1965. Ia seorang pemikir keagamaan dan filosof Yahudi dan ahli dalam masalah keyahudian. Dalam bukunya, “Das Problem des Menschen”, ia menyatakan bahwa pada Abad ke-20, kita menghadapi banyak masalah yang kesemuanya tertuju pada masalah manusia sosiokultural. Ia adalah seorang filosof yang pernah menjadi advokat yang kuat dalam membangun konsilasi antara Yahudi dan Arab pada masanya. Menurut Buber, kita menghadapi masalah perubahan pergaulan hidup (keluarga). Masyarakat (society) merupakan jenis kelompok hidup. Pergaulan hidup = community. Ia menyatakan beberapa pemikiran penting, antara lain sebagai berikut.

1.      Dunia teknik sangat berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan alam pada Abad ke-19. Perkembangan ini menimbulkan masalah, misalnya pada awal mesin dikuasai manusia karena diciptakan manusia untuk membantu merealisasikan gagasan-gagasan produktif, sekarang mesin menguasai manusia, seolah-olah tidak berdaya ketika mesin yang biasa digunakan tiba-tiba rusak.

2.      Dunia ekonomi semakin tidak menunjukkan keseimbangan antara produksi/konsumsi, dan distribusi. Beberapa keterangan antara lain, bahwa distributor menguasai produksi. Artinya, produser dan konsumer “mengalami nasib” yang ditentukan oleh distributor atau pedagang.

3.      Dunia politik tidak dapat dikuasai (dunia kompromi). Politik berubah makna dari upaya memberi kesejahteraan menjadi menguasai. Pada dasarnya, politik adalah menguasai untuk dapat mengatur cara mensejahterakan rakyat dan memakmurkan negaranya.    

Sumber : Buku Pengantar Filsafat, Sutardjo A. Wiramihardja

Tidak ada komentar:

Kisah Mata Air Keabadian

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada d...