Jumat, 31 Oktober 2014

Efisiensi, Pendekatan, Dan Metode Belajar


 

Pendekatan belajar (approach to learning) dan strategi atau kiat melaksanakan pendekatan serta metode belajar termasuk faktor-faktor yang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Sering terjadi seorang siswa yang memilki kemampuan ranah cipta (kognitif) yang lebih tinggi daripada teman-temannya, ternyata hanya mampu mencapai hasil yang sama dengan yang dicapai teman-temannya. Bahkan, bukan hal yang mustahil jika suatu saat siswa cerdas tersebut mengalami kemerosotan prestasi sampai ke titik yang lebih rendah daripada prestasi temannya yang berkapasitas rata-rata.

Sebaliknya, seorang siswa yang sebenarnya hanya memiliki kemampuan ranah cipta rata-rata atau sedang, dapat mencapai puncak prestasi (sampai batas optimal kemampuannya) yang memuaskan, lantaran menggunakan pendekatan belajar yang efisisen dan efektif. Konsekuensi positifnya ialah harga diri (self-esteem) siswa tersebut melonjak hingga setara dengan teman-temannya, yang beberapa orang di antaranya mungkin berkapasitas kognitif lebih tinggi.

1.      EFISIENSI BELAJAR

Pada umumnya orang melakukan usaha atau bekerja dengan harapan memeroleh hasil yang banyak tanpa mengeluarkan biaya, tenaga, dan waktu yang banyak pula, atau dengan kata lain efisien. Efisiensi adalah sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha dengan hasilnya (Gie, 1985). Dengan demikian, ada dua macam efisiensi yang dapat dicapai siswa, yaitu: 1) efisiensi usaha belajar; 2) efisiensi hasil belajar.

A.    Efisiensi usaha belajar

Suatu kegiatan belajar dapat dikatakan efisien kalau prestasi belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usahan yang hemat atau minum. Usaha dalam hal ini segala sesuatu yang digunakan untuk mendapat hasil belajar yang memuaskan, seperti: tenaga dan pikiran, waktu, peralatan belajar, dan lain-lain hal yang relevan dengan kegiatan belajar.

B.     Efisiensi Hasil Belajar

Selanjutnya, sebuah kegiatan belajar dapat pula dikatakan efisien apabila dengan usaha belajar tertentu memberikan prestasi belajar tinggi.

2.      RAGAM PENDEKATAN BELAJAR

Banyak pendekatan belajar yang dapat Anda ajarkan kepada siswa untuk mempelajari bidang studi atau materi pelajaran yang sedang mereka tekuni, dari yang paling klasik sampai yang paling modern. Di antara pendekatan-pendekatan belajar yang dipandang representatif (mewakili) yang klasik dan modern itu ialah: 1) pendekatan hukum Jost; 2) pendekatan Ballar & Clancy; dan 3) pendekatan Biggs.

A.    Pendekatan Hukum Jost

Menurut Reber (1988), salah satu asumsi penting yang mendasari Hukum Jost (Jost’s Law) adalah siswa yang lebih sering mempraktikan materi pelajaran akan lebih mudah memanggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni. Selanjutnya berdasarkan asumsi Hukum Jost itu maka belajar dengan kiat 5 x 3 adalah lebih baik daripada 3 x 5 walaupun hasil perilaku kedua kiat tersebut sama.

Maksudnya, mempelajari sebuah materi atau bidang studi, seperti bahasa Inggris, dengan alokasi waktu 3 jam per hari selama 5 hari akan lebih efektif daripada mempelajarai materi tersebut dengan alokasi waktu 5 jam sehari tetapi hanya selama 3 hari. Perumpamaan pendekatan belajar dengan cara mencicil seperti contoh di atas hingga kini masih dipandang cukup berhasil guna terutama untuk materi-materi yang bersifat hafalan atau pembiasaan keterampilan tertentu misalnya keterampilan berbahasa Inggris.

B.     Pendekatan Ballard & Clanchy

Menurut Ballard & Clanchy (1990), pendekatan belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan (attitude to knowledge). Ada dua macam siswa dalam menyikapi ilmu pengetahuan, yaitu: 1) sikap melestarikan materi yang sudah ada (conserving); dan 2) sikap memperluas materi (extending).

Siswa yang bersikap conserving pada umumnya menggunakan pendekatan belajar “reproduktif” (bersifat menghasilkan kembali fakta dan informasi). Sedangkan siswa yang bersikap extending, biasanya menggunakan pendekatan belajar “analitis” (berdasakan pemilahan dan interpretasi fakta dan informasi). Bahkan di antara mereka yang bersikap extending cukup banyak yang menggunakan pendekatan belajar yang lebih ideal yaitu pendekatan spekulatif (berdasarkan pemikiran mendalam), yang bukan saja bertujuan menyerap pengetahuan melainkan juga mengembangkannya.

C.    Pendekatan Biggs

Menurut hasil penelitian Biggs (1991), pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan ke dalam tiga prototipe (bentuk dasar), yakni:

1.      pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah).

2.      pendekatan deep (mendalam)

3.      pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi).

John B. Biggs, seorang profesor kognitif (cognitivist) yang berpengalaman mengepalai Jurusan Pendidikan Universitas Hongkong itu menyimpulkan bahwa prototipe-prototipe pendekatan belajar tadi pada umumnya digunakan para siswa berdasarkan motifnya, bukan karena sikapnya terhadap pengetahuan. Namun, agaknya patut diduga bahwa antara motif siswa dengan sikapnya terhadap pengetahuan ada keterkaitan.

Siswa yang menggunakan pendekatan surface misalnya, mau belajar karena dorongan dari luar (ekstrinsik) antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu. Oleh karena itu, gaya belajarnya santai, asal hafal, dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam.

Sebaliknya, siswa yang menggunakan deep biasanya mempelajari materi karena memang dia tertarik dan merasa membutuhkannya (intrinsik). Oleh karena itu, gaya belajarnya serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya. Bagi siswa ini, lulus dengan nilai baik itu penting, tetapi yang lebih penting memiliki pengetahuan yang banyak dan bermanfaat bagi kehidupannya.

Sementara itu, siswa yang menggunakan pendekatan achieving pada umumnya dilandasai oleh motif ekstrinsik yang berciri khusus yang disebut “ego-enchancement” yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar siswa ini lebih serius daripada siswa-siswa yang memakai pendekatan-pendekatan lainnya. Dia memiliki keterampilan belajar (study skills) dalam arti sangat cerdik dan efisien dalam mengatur waktu, ruang kerja, dan penelaahan isi silabus. Baginya, berkompetisi dengan teman-teman dalam meraih nilai tertinggi adalah penting, sehingga ia sangat disiplin, rapi dan sistematis serta berencana maju ke depan (plans ahead).

3.      METODE BELAJAR SQ3R

Untuk melengkapi uraian mengenai pendekatan dan strategi belajar sebagaimana tersebut di muka, berikut ini penyusun sajikan sebuah cara mempelajari teks (wacana), khususnya yang terdapat dalam buku, artikel ilmiah, dan laporan penelitian. Kiat yang secara spesifik dirancang untuk memahami isi teks itu disebur metode SQ3R yang dikembangkan oleh Francis P. Robinson di Universitas Negeri Ohio Amerika Serikat. Metode tersebut bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar.

SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan langkah-langkah mempelajari teks yang meliputi:

1.      Survey, maksudnya memeriksa atau meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks;

2.      Question, maksudnya menyusun daftar pertanyaan yang relevan dengan teks;

3.      Read, maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun;

4.      Recite, maksudnya menghafal setiap jawaban yang telah ditemukan;

5.      Review, maksudnya meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada langkah kedua dan ketiga.

Langkah pertama, dalam melakukan aktivitas survey, Anda perlu membantu dan mendorong siswa untuk memeriksa atau meneliti secara singkat seluruh struktur teks. Tujuannya, agar siswa mengetahui panjangnya teks, judul bagian (heading) dan judul subbagian (sub-heading), istilah, kata kunci, dan sebagainya. Dalam melakukan survey, siswa dianjurkan menyiapkan pensil, kertas, dan alat pembuat ciri (berwarna kuning, hijau, dan sebagainya) seperti stabile untuk menandai bagian-bagian tertentu. Bagian-bagian penting dan akan dijadikan bahan pertanyaan, perlu ditandai untuk memudahkan proses penyusunan daftar pertanyaan, perlu ditandai untuk memudahkan proses penyusunan daftar pertanyaan pada langkah selanjutnya.

Langkah kedua, Anda seyogianya memberi petunjuk atau contoh kepada para siswa untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat, dan relevan dengan bagian-bagian teks yang telah ditandai pada langkah pertama. Jumlah pertanyaan bergantung pada panjang-pendeknya teks, dan kemampuan siswa dalam memahami teks yang sedang dipelajari. Jika teks yang sedang dipelajari siswa berisi hal-hal yang sebelumnya sudah diketahui, mungkin mereka hanya perlu membuat beberapa pertanyaan. Sebaliknya, apabila latar belakang pengetahuan siswa tidak berhubungan dengan isi teks, maka ia perlu menyusun pertanyaan sebanyak-banyaknya.

Langkah ketiga, Anda seyogianya menyuruh siswa membaca secara aktif dala rangka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun. Dalam hal ini, membaca secara aktif juga berarti membaca yang difokuskan pada paragraf-paragaraf yang diperkirakan mengandung jawaban-jawaban yang diperkirakan relevan dengan pertanyaan tadi.

Langkah keempat, seyogianya Anda menyuruh menyebutkan lagi jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun. Latihlah siswa untuk tidak membuka catatan jawaban. Jika sebuah pertanyaan tak terjawab, siswa tetap disuruh menjawab pertanyaan berikutnya. Demikian seterusnya, hingga seluruh pertanyaan, termasuk yang belum terjawab, dapat diselesaikan dengan baik.

Langkah kelima, pada langkah terakhir (review) Anda seyogianya menyuruh siswa meninjau ulang seluruh pertanyaan dan jawaban secara singkat.

Alokasi waktu yang diperlukan untuk memahami sebuah teks dengan metode SQ3R, mungkin tidak banyak berbeda dengan mempelajari teks secara biasa (tanpa metode SQ3R). Akan tetapi, hasil pembelajaran siswa dengan menggunakan SQ3R dapat diharapkan lebih memuaskan, karena dengan metode ini siswa menjadi pembaca aktif dan terarah langsung pada intisari atau kandungan-kandaungan pokok yang tersirat dan tersurat dalam teks.      

Sumber : Buku Psikologi Pendidikan, Muhibbin Syah.

Tidak ada komentar:

Kisah Mata Air Keabadian

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada d...