Senin, 27 Oktober 2014

Arti Penting Belajar


 

Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan. Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi pendidikan pun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu.

Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Karena kemampuan berubahlah, manusia terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah di bumi. Selain itu, dengan kemampuan berubah melalu belajar itu, manusia secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya.

Banyak sekali kalau bukan seluruhnya bentuk-bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia yang bergantung pada belajar, sehingga kualitas peradaban manusia juga terpulang pada materi dan cara ia belajar. E.L. Thorndike meramalkan, jika kemampuan belajar umat manusia dikurangi setengahnya saja maka perdaban yang ada sekarang tak akan berguna bagi generasi mendatang. Bahkan, mungkin peradaban itu sendiri akan lenyap ditelan zaman (Howe, 1980).

Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lainnya yang lebih dahulu maju karena belajar. Akibat persaingan tersebut, kenyataan tragis juga bisa terjadi karena belajar. Contoh, tidak sedikit orang pintar yang menggunakan kepintarannya untuk mengintimidasi bahkan menghancurkan kehidupan orang lain.

Kenyataan tragis lainnya yang lebih parah juga muncul karena hasil belajar. Hasil belajar pengetahuan dan teknologi tinggi, misalnya, tak jarang digunakan untuk membuat senjata pemusnah sesama umat manusia. Alhasil, kinerja akademik (academic performance) yang merupakan hasil belajar itu, di samping membawa manfaat, terkadang juga membawa madarat. Akan hilangkah arti penting upaya belajar karena timbulnya tragedi-tragedi tadi?     

Meskipun ada dampak negatif dari hasil belajar sekelompok manusia tertentu, kegiatan belajar tetap memiliki arti penting. Alasannya, seperti yang telah dikemukakan di atas, belajar itu berfungsi sebagi alat mempertahankan kehidupan manusia. Artinya, dengan ilmu dan teknologi, hasil belajar kelompok manusia tertindas itu juga dapat digunakan untuk membangun benteng pertahanan. Iptek juga dapat dipakai untuk membuat senjata penangkis agresi sekelompok manusia tertentu yang mungkin hanya dikendalikan oleh segelintir oknum, yakni manusia yang mungkin mengalami gangguan psychopathy yang berwatak merusak dan antisosial (Reber, 1988).

Selanjutnya, dalam perspektif keagamaan pun (dalam hal ini Islam), belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupannya meningkat. Hal ini dinyatakan dalam surah Mujadalah: 11 yang artinya: … niscaya Allah akan meninggalkan beberapa derajat kepada orang-orang beriman dan “berilmu”. Ilmu dalam hal ini tentu saja harus berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntutan zaman dan bermanfaat bagi kehidupan orang banyak.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tadi, Anda selaku calon guru atau guru yang professional seyogianya melihat hasil belajar siswa dari berbagai sudut kinerja psikologis yang utuh dan menyeluruh. Sehubungan dengan ini, seorang siswa yang menempuh proses belajar, idealnya ditandai oleh munculny pengalaman-pengalaman psikologis baru yang positif. Pengalaman-pengalaman yang bersifat kejiwaan tersebut diharapkan dapat mengembangkan aneka ragam sifat, sikap, dan kecakapan yang konstruktif, bukan kecakapan yang destruktif (merusak).

Untuk mencapai hasil belajar yang ideal seperti di atas, kemampuan para pendidik teristimewa guru dalam membimbing belajar murid-muridnya amat dituntut. Jika guru dalam keadaan siap dan memiliki profesiensi (berkemampuan tinggi) dalam menunaikan kewajibannya, harapan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas sudah tentu akan tercapai.
Sumber : Buku Psikologi Pendidikan, Muhibbin Syah.

Tidak ada komentar:

Kisah Mata Air Keabadian

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada d...