Fase
Perkembangan Berdasarkan Konsep Didaktif
Dasar yang digunakan
untuk menentukan pembagian fase-fase perkembangan adalah materi dan cara
bagaimana mendidik anak pada masa-masa tertentu. Pembagian seperti ini antara
lain diberikan oleh Johamm Amos Comenius, seorang ahli didik di Moravia. Ia membagi
fase-fase perkembangan berdasarkan tingkat sekolah yang diduduki anak sesuai
dengan tingkat usia dan menurut bahasa yang dipelajarinya di sekolah. Pembagian
fase perkembangan tersebut adalah:
1) 0
– 6 tahun = sekolah ibu, merupakan masa mengembangkan alat-alat indra dan
memperoleh pengetahuan dasar di bawah asuhan ibunya di lingkungan rumah tangga.
2) 6
– 12 tahun = sekolah bahasa ibu, merupakan masa anak mengembangkan daya
ingatnya di bawah pendidikan sekolah rendah. Pada masa ini, mulai diajarkan
bahasa ibu (vernacula).
3) 12
– 18 tahun = sekolah bahasa Latin, merupakan masa mengembangkan daya pikirnya
di bawah pendidikan sekolah menengah (gymasium).
Pada masa ini mulai diajarkan bahasa Latin sebagai bahasa asing.
4) 18
– 24 tahun : sekolah tinggi dan pengembaraan, merupakan masa mengembangkan
kemauannya dan memilih suatu lapangan hidup yang berlangsung di bawah perguruan
tinggi.
Periodesasi
Perkembangan Berdasarkan Ciri-ciri Psikologis
Periodesasi ini
didasarkan atas ciri-ciri kejiwaan yang menonjol, yang menandai masa dalam
periode tersebut. Periodesasi ini dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya:
Oswald
Kroch
Ciri-ciri psikologis
yang digunakan oswald Kroch, yang dipandang terdapat pada anak-anak umunya
adalah pengalaman keguncangan jiwa yang dimanifestasikan dalam bentuk sifat
trotz atau sifat “keras kepala”. Atas dasar ini, ia membagi fase perkembangan
menjadi tiga, yaitu:
Fase anak awal umur 0 –
3 tahun. Pada akhir fase ini terjadi trotz pertama, yang ditandai dengan anak
serba-membantah atau menentang orang lain. Hal ini disebabkan mulai timbulnya
kesadaran akan kemampuannya untuk berkemauan, sehingga ia ingin menguji
kemauannya itu.
Fase keserasian sekolah:
umur 3 – 13 tahun. Pada akhir masa ini timbul sifat trotz kedua, di mana anak
mulai serba membantah lagi, suka menentang kepada orang lain, terutama terhadap
orangtuanya. Gejala ini sebenarnya merupakan gejala yang biasa, sebagai akibat
kesadaran fisiknya, sifat berpikir yang dirasa lebih maju daripada orang lain,
keyakinan yang dianggapnya benar dan sebagainya, tetapi yang dirasakan sebagai
keguncangan.
Fase kematangan: umur
13 – 21 tahun, yaitu mulai setelah berakhirnya gejala-gejala trotz kedua. Anak mulai
menyadari kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihan, yang dihadapi dengan
sikap yang sewajarnya. Ia mulai dapat menghargai pendapat orang lain, dapat
memberikan toleransi terhadap keyakinan orang lain, karenam menyadari bahwa
orang lain pun mempunyai hak yang sama. Masa inilah yang merupakan masa
bangkitnya atau terbentuknya kepribadian menuju kemantapan.
Kohnstamm
Kohnstamm membagi fase
perkembangan dilihat dari sisi pendidikan dan tujuan luhur umat manusia menjadi
lima fase, yaitu:
1) Periode
vital: umur 0 – 1,5 tahun, disebut juga fase menyusu.
2) Periode
estetis: umur 1,5 – 7 tahun, disebut juga fase pencoba dan fase bermain
3) Periode
intelektual: umur 7 – 14 tahun, disebut juga masa sekolah
4) Periode
sosial: umur 14 – 21 tahun, disebut juga masa remaja
5) Periode
matang: umur 21 tahun ke atas, disebut juga masa dewasa.
Periodesasi Perkembangan
Berdasarkan Konsep Tugas Perkembangan
Tugas
perkembangan adalah berbagai ciri perkembangan yang diharapkan timbul dan
dimiliki setiap anak pada setiap masa dalam periode perkembangannya. Periodesasi
seperti ini di antaranya dikemukakan oleh Robert J. Havighurst, yaitu:
1) Masa
bayi dan kanak-kanak (infancy and early
childhood): umru 0 – 6 tahun
2) Masa
sekolah atau pertengahan kanak-kanak (middle
childhood): umur 6 – 12 tahun
3) Masa
remaja (adolescene): umur 12 – 18 tahun
4) Masa
awal dewasa (early adulthood): umur
18 – 30 tahun
5) Masa
dewasa pertengahan (middle age): umur
30 – 50 tahun
6) Masa
tua (latter maturity): 50 tahun ke
atas
Periodesasi Perkembangan Menurut
Konsep Islam
Memperhatikan
ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis Rasulullah Saw. yang menjadi dasar utama
pemikiran Islam, periodesasi perkembangan individu secara garis besarnya dapat
dibedakan atas tiga fase, yaitu:
1) Periode
pra-konsepsi, yaitu perkembangan
manusia sebelum masa pembuahan sperma dan ovum. Meskipun pada periode ini wujud
manusia belum berbentuk, tetapi perlu dikemukakan bahwa hal ini berkaitan
dengan “bibit” manusia, yang akan mmpengaruhi kualitas generasi yang akan
dilahirkan kelak.
2) Periode
pra-natal, yaitu periode perkembangan
manusia yang dimulai dari pembuahan sperma dan ovum sampai masa kelahiran. Periode
ini dibagi atas empat fase, yaitu:
a. Fase
nuthfah (zigot), dimulai sejak
pembuahan sampai usia 40 hari dalam kandungan;
b. Fase
‘alaqah (embrio) selama 40 hari;
c. Fase
mudhghah (janin) selama hari, dan
d. Fase
peniupan ruh ke dalam jasad janin dalam kandungan setelah genap berusia 4
bulan.
3) Periode
kelahiran samapai meninggal dunia, yang terdiri atas beberapa fase, yaitu:
a. Fase
neo-natus, mulai dari kelahiran
sampai kira-kira minggu keempat
b. Fase
al-thifl (kanak-kanak), mulai dari
usia 1 bulan sampai usia sekitar 7 tahun
c. Fase
tamyiz, yaitu fase di mana anak mulai
mampu membedakan yang baik dengan yang buruk, yang benar dan yang salah. Fase ini
dimulai sekitar usia 7 sampai 12 atau 13 tahun.
d. Fase
baligh, yaitu fase di mana usia anak
telah mencapai usia muda, yang ditandai dengan mimpi bagi laki-laki dan haid
bagi perempuan. Pada masa ini, anak telah memiliki kesadaran penuh akan
dirinya, sehingga ia diberi beban taklif (tanggung jawab). Fase ini disebut
juga dengan fase ‘aqil (fase tingkah laku intelektual seseorang mencapai
kondisi peuncak, sehingga mampu membedakan perilaku yang benar dan salah, baik
dan buruk). Fase ini dimulai usia sekitar 15 sampai 40 tahun.
e. Fase
kearifan dan kebijakan, yaitu fase di mana seseorang telah memiliki tingkat
kesadaran dan kecerdasan emosional, moral, spiritual dan agama secara mendalam.
Fase ini disebut juga fase auliya’ wa anbiya’, yaitu fase di mana perilaku
manusia dituntut seperti perilaku yang diperankan oleh Nabi Allah. Fase ini
dimulai usia 40 tahun sampai meninggal dunia.
f. Fase
kematian, yaitu fase di mana nyawa telah hilang dan jasad manusia. Hilangnya nyawa
menunjukkan pisahnya ruh dan jasad manusia, yang merupakan akhir dari kehidupan
dunia. Fase kematian ini diawali adanya naza’ yaitu awal pencabutan nyawa oleh
malaikat Izrail.
Sumber : Psikologi
Perkembangan Peserta Didik, Desmita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar