Tema-Tema
Filsafat
Dalam urutan seperti
apa kita akan melanjutkan penyelidikan filsafat? Dengan persoalan yang mana
dulu kita akan mulai? Akankah penyelidikan filsafat mengelompokkan diri ke
dalam beberapa rencana yang pasti? Lalu, dari sejak awal, bisakah kita,
menerima begitu saja pandangan yang sudah jadi (a bird’s-eye view) atas
berbagai penyelidikan filsafat? Ketika sang gadis kecil mengintip ke arah luar
jendela dan bertanya kepada ibunya bagaimana semua yang ada di (luar) sana menjadi
dunia, saya pikir dia mengajari kita dari mana kita harus mulai berfilsafat.
Apa itu dunia?
Bagaimana asal-muasal terjadinya dunia? Bagaimana dunia berkembang sebagaimana
adanya seperti sekarang ini? Orang Yunani kuno, yang pertama kali mempelajari filsafat
secara sistematis, juga mulai dengan pertanyaan ini. Mereka menyebut
penyelidikannya dengan kosmologi.
Penyelidikan
kosmologis
Sekarang, kita bisa
mengadopsi rencana di atas dan mulai dengan studi tentang kosmologi,
menyelidiki, pertama, tentang cosmos atau alam semesta dan tentang hakekat
ruang dan waktu. Kedua, kita barangkali menanyakan tentang bumi dan asal mula
adanya kehidupan di permukaan bumi. Berikutnya kita akan dengan mudah
mempelajari Evolusi dalam kehidupan dan ini akan mengantarkan kepada persoalan
tentang tujuannya jika evolusi itu memang ada. Teleologi adalah nama yang
diberikan untuk mempelajari maksud, tujuan dan rancangan (design) dari alam. Di
bawah ini adalah kelompok pertama persoalan-persoalan filsafat yang kita susun
ke dalam sebuah bagan.
Alam semesta, ruang dan waktu
Asal usul dan hakekat kehidupan
Filsafat Evolusi
Adakah maksud, tujuan, guna serta
rancangan/ design dalam alam? (teleology)
|
Penyelidikan Kosmologis->
Alam Semesta, ruang dan waktu
Alam
semesta adalah totalitas ruang dan semua yang ada di dalamnya. Lebih tepatnya
alam semesta dapat didefinisikan sebagai totalitas ruang, waktu dan materi atau
bermacam-macam ruang dan waktu.
Pada
zaman paling mutakhir ini, pengetahuan kita tentang semesta fisik telah begitu
luas dengan berbagai prestasi. Hal ini atas kerja sama antara astronomi, fisika
matematis dan astrofisika dibantu dengan seni fotografi dan spectroscopy dan
dengan teleskop paling modern, sempurna dan paling mengagumkan kita semua. Sebagaimana
kita harapkan, Teleskop terbesar di pegunungan Wilson California dengan
reflektor 200 inci. Teleskop baru akan memperluas sekitar seribu kali lipat
area ruang angkasa yang bisa diamati dan
jarak yang diamati atas objek sekitar 10 kali lipat melampaui kekuatan alat
kita sekarang; dan teleskop terbesar kita sekarang memungkinkan kita mengamati
secara fotografis berbagai objek yang sangat jauh yang membutuhkan 500.000.000
tahun cahaya untuk menjangkau kita. Sementara kecepatan cahaya satu detik sama
dengan 186.000 mil.
Akumulasi
pengetahuan yang dalam atas alam semesta fisik ini, pasti memuaskan tuntutan
atas keingintahuan filsafat. Banyak hal yang kita kagumi sekarang ini berada
dalam proses penjelasan. Walaupun berbagai jawaban kadang-kadang tentatif,
sementara dan ragu-ragu dan walaupun tanpa suatu penyelesaian akhir,
perkembangan kita atas pemahaman dunia fisik pun terus di dalami baik dalam
aspek mikroskopis maupun makroskopis tetapi sepertinya hasilnya masih saja
membingungkan. Namun demikian beberapa teka-teki alam semesta telah terjawab.
Dalam
pembahasan ini kita akan menunjukkan beberapa jawaban atas pertanyaan yang
paling membingungkan kita tentang alam semesta sebagai satu kesatuan. Apa yang
paling mengesankan kita ketika berada di bawah naungan astronomi adalah bahwa
kita mulai berpikir tentang alam semesta beserta dengan keluasannya yang luar
biasa itu; namun pada saat yang sama kita mengatakan bahwa semesta itu sebagai
sesuatu yang abadi; dengan demikian barangkali kita akan mengucapkan kembali
argumen kuno untuk membuktikan bahwa alam semesta itu dalam arti luas, abadi.
Argumen ini menyatakan bahwa jika alam semesta itu terbatas dan kita bisa
berada di luar jangkaunnya lalu melemparkan sebuah lembing ke arah luar maka
lembing tersebut harus terus bergerak atau terlempar kembali karena beberapa
rintangan. Dalam salah satu kasus, harus ada yang melewati batas luar tadi,
betapapun jauhnya kita menduga bahwa itu akan terjadi.
Tetapi
para ahli matematika sekarang tidak terkesan dengan alasan ini. Lembing mungkin
saja bergerak terus tetapi lembing akan berputar dan berkeliling. Alam semesta
mungkin terbatas tetapi sekaligus tak terbatas. Sinar cahaya yang terpancar
dari matahari mungkin terus memancar tidak terbatas tetapi suatu saat akan kembali
ke titik dekat tempat asalnya. Misalnya, bumi merupakan bentuk yang terbatas
akan tetapi jika sebuah benda berangkat dari satu titik ekuator atau pusat bumi
dan bergerak mengelilingi dalam bentuk spiral maka benda tersebut bisa
selamanya berputar mengelilingi bentuk tersebut. Selanjutnya jika benda
tersebut bergerak dalam bentuk spiral dengan ruang pergerakan yang sangat kecil
(infinitesimal). Maka benda tersebut
bisa bergerak terus tanpa pernah kembali ke titik asalnya. Verifikasi atas
teori bahwa alam semesta itu terbatas namun tidak terbatas miliki masa depan.
Einstein percaya bahwa pengujiannya berangkat dari teori relativitas bahwa
ruang itu terbatas dan kembali lagi pada dirinya sendiri. Bagaimanapun juga
lengkungannya bergantung pada materi yang mengisinya dan ada materi yang lebih
besar dari lengkungannya tersebut. Di sekitar masa materi terbesar seperti
matahari atau beberapa bintang lainnya lengkungannya mesti lebih besar.
Tetapi
jika alam semesta ini terbatas, pada akhirnya kita yakin akan mengetahui ukuran
yang sebenarnya. Tentu saja berbagai perkiraan telah dibuat. Salah satu yang
paling besar telah diajukan oleh Hubble dari observatori pegunungan Wilson,
yang berpikir bahwa alam semesta ini mungkin memiliki diameter enam ribu juta
tahun kecepatan cahaya. Ini berarti bahwa sinar cahaya yang bergerak pada
kecepatan 186.000 mil perdetik akan membutuhkan sedikitnya dua puluh juta tahun
untuk mengelilingi alam semesta. Memang alam semesta akan nampak jika semua
perasaan yang dimiliki seseorang terkadang dengan pemikiran tentang hidup dalam
alam semesta yang terbatas maka dia untuk sementara perlu khawatir. Alam
semesta yang terbatas adalah “tidak terbatas”, yaitu lebih luas daripada
ketidakterbatasan alam semesta dalam imajinasi kita sebelumnya.
Asal-usul dan hakekat kehidupan
Asal-usul kehidupan
Asal-usul kehidupan
dipermukaan bumi ini menjadi sebuah pertanyaan serius dan menarik sejak ada
penemuan yang mengatakan bahwa semua kehidupan berasal dari kuman atau basil.
Penyair Roma, Lucretius, dalam bukunya, De Rerum Natura, memecahkan kesulitan
ini dengan sangat mudah, sebagaimana telah dilakukan oleh orang-orang kuna
lain, yaitu dengan teori spontanitas keturunan. Gumpalan tanah, ketika hangat
dan basah, segera membawa bentuk-bentuk kehidupan berikutnya. Pada zaman
modern, mulai terpikirkan bahwa spontanitas keturunan dapat didemonstrasikan
dengan suatu tes cepuk. Jika kamu mengambil sedikit air dari kolam dan
mengarahkannya kepada cahaya dan menghangatkannya, air akan segera dikerumuni
dengan berbagai makhluk hidup. Jika, sekarang kamu pertama-pertama
mensterilkannya dengan memanaskannya dan kemudian mengarahkannya pada cahaya
dan mengahangatkannya, setelah beberapa saat, air masih akan menunjukkan adanya
kehidupan. Jika kamu mengulangi percobaan ini, lalu untuk mengakhiri tes, tutup
cepuk kamu dengan sedikit katun wol, maka dengan mencegah masuknya jasad renik
yang mungkin terbang melalui udara, maka tidak akan ada kehidupan yang bisa
muncul. Dengan demikian kontroversi pada abad sembilan belas atas spontanitas
keturunan diakhiri; dan di bawah kepemimpinan Pasteur telah lahir sebuah sains
baru dan berhasil, yaitu ilmu bakteriologi. Sumbangan luar biasa pada ilmu
adalah melahirkan pengetahuan tentang kuman dan penyakit, muncul seni sanitasi
proses operasi menjadi terbebas dari kuman (aseptic),
dan juga pada bidang pertanian.
Tiba-tiba, kembali kita
melihat hasil berikutnya yang sangat besar manfaatnya secara praktis, dari
sebuah investigasi teoretis murni semacam ini. Para peneliti ini sebenarnya
tidak bekerja dalam kepentingan sains terapan tetapi untuk semata-mata mencari
pengetahuan baru tentang kuman dan penyakit beserta penawarnya. Mereka disebut
sebagai ilmuwan yang memandang pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri.
Tetapi kini dalam
suasana rasa ingin tahu yang sama dan hasrat yang sama untuk mengetahui, kita
menanyakan, dari mana, kuman pertama kali datang ke planet kita? Karena mungkin
saja, ada suatu masa ketika kondisi di bumi ini tidak ada kehidupan, sementara
kini seluruh permukaannya penuh dengan makhluk hidup, di sini kita merasa heran
bagaimana sel makhluk hidup pertama kali muncul. Omne vivum ex ovo, kata seorang ahli biologi—semua kehidupan
berasal dari telur. Begitulah, barangkali, satu sel penyakit, melalui evolusi
kita manusia tidak mengalami kepunahan di bumi.
Memperhatikan
kemunculan pertama kali makhluk hidup di bumi, ada tiga pandangan tradisional
atasnya: (1) Kuman atau basil pertama yang hidup di bumi mungkin datang dari
beberapa planet lain, melintas melalui ruang angkasa . (2) Kehidupan datang ke
bumi karena tindakan kreatif Kehendak Ilahiah. Artinya, Tuhan menciptakan
kehidupan di bumi. (3) Kehidupan muncul di bumi melalui proses alamiah, makhluk
hidup berkembang secara lambat, pelan-pelan, setahap demi setahap dari materi inorganik.
Berkenaan dengan yang
pertama dari tiga teori ini—secara teoretis tidak berarti tidak mungkin bahwa
kehidupan telah diangkat melalui ruang angkasa dari beberapa planet atau
bintang lain. Sebab basil yang kini hidup seperti ultra-mikroskopik ternyata
digerakkan oleh radiasi cahaya, sebagaimana diusulkan oleh Arrhenius. Seorang
ilmuwan, Eminent, telah mengusulkan pemecahan lain atas persoalan tersebut.
Menurutnya bisa saja, basil yang tersembunyi dalam pecahan beberapa meteorit
ikut jatuh ke permukaan bumi. Tetapi teori ini tidak betul-betul memecahkan
persoalan; ia semata-mata sebagai teori mentransfer basil ke dunia lain. Dengan
demikian pandangan ini nampak tidak begitu penting.
Usulan kedua, bahwa
kehidupan merupakan hasil tindakan kreatif Ilahiah. Penilaian terhadapnya
bergantung pada cara teori ini ditafsirkan. Hati kita akan tergerak untuk
berpikir tentang Tuhan pada suatu waktu dan ruang untuk mempersoalkan sabda
atau firman, yakni penciptaan kehidupan. Dengan demikian selama ditafsirkan,
solusi atas persoalan ini tidak akan menarik para ilmuwan yang terbiasa mencari
aturan tidak akan menarik para ilmuwan yang terbiasa mencari aturan atau
kontinuitas atas semua cara kerja alam. Jika kita berpikir tentang Tuhan
sebagai agen yang penuh dengan daya cipta (the creative agency) atau Kehendak
Kreatif yang terus-menerus bekerja bagi seluruh alam, maka pandangan ini
mungkin mengharuskan dirinya sendiri sebagai yang terbaik dari ketiga teori
ini.
Teori ketiga, bahwa
evolusi yang berangsur-angsur (gradual) atas makhluk organik, berasa dari benda
inorganik, merupakan teori yang umum diterima oleh para biolog sekarang ini.
Walaupun kejelasannya masih tidak ada yang tidak diperselisihkan atas adanya
keturunan makhluk organik berasal dari benda inorganik, dan walaupun percobaan
laboratorium kita nampaknya menunjukkan dengan jelas bahwa semua kehidupan
berproses dari kehidupan sebelumnya, namun tidak berarti bahwa keadaan ini
tidak mungkin terjadi pada suatu saat, atau kadang-kadang bahwa kehidupan bisa
muncul dari non-kehidupan. Seseorang tidak bisa mengatakan bahwa dalam air di
bawah bumi yang hangat, berjuta-juta tahun yang lampau makhluk organik tidak
bisa berkembang menurut proses alamiah dari benda-benda inorganik. Kita hampir
dipaksa untuk percaya bahwa hanya ini yang terjadi. Padahal mungkin saja pernah
terjadi; Bahkan, kini, setiap hari mungkin tengah berada di suatu tempat.
Nampaklah bahwa kita
tidak bisa mencari begitu saja asal-usul kehidupan baik dalam teori migrasi
antar bintang, tindakan kreatif Ilahiah, maupun dalam keturunan spontan. Ini
erat hubungannya dengan pemikiran tentang suatu zaman untuk percaya bahwa
kehidupan dimulai dalam beberapa proses evolusi, yang lambat, teratur, berubah
secara progresif. Tetapi selama berevolusi beberapa hal baru nampak unik, dan
berbeda secara meyakinkan, merepresentasikan level tertinggi, menunjukkan
kualitas yang kini tidak diketahui dan baru, bahkan barangkali melarikan diri
dari kerja membosankan mekanistik atas zaman, hal ini berpeluang mengesahkan
penggunaan kata tercipta. Melalui beberapa macam proses kreatif, bagaimanapun
juga kehidupan telah sampai di bumi—katakanlah, dengan evolusi kreatif. Kita
berterima kasih kepada M. Bergson atas ungkapan yang mencerahkan ini. Semua
mahasiswa mestinya membaca bukunya yang bagus ini, yakni, Creative Evolution.
Hakekat
Kehidupan
Jika, kita harus
percaya, semua bentuk kehidupan—tumbuhan, binatang, manusia, dengan tetek
bengek semua istilahnya yang secara tidak langsung menunjuk kepada pikiran
manusia, sejarah manusia, lembaga-lembaga manusia, juga seni dan
sains—dimunculkan oleh suatu proses yang kita sebut dengan evolusi dari bentuk
kehidupan yanga sangat awal dan sederhana—katakanlah dari organisme satu
sl—namun demikian menjadi penting bagi mahasiswa filsafat untuk memahami tidak
hanya asal-usul kehidupan tetapi juga makna dari hidup dan kehidupan itu
sendiri.
Kunci bagi persoalan
kehidupan ditemukan dalam kata yang penuh magis yaitu organisasi. Benda yang
hidup adalah organisme, dan ciri khas organisme hidup adalah memiliki beberapa
ciri unik, di mana dua yang paling menonjol adalah iritabilitas (sifat marah) dan
reproduksi. Organisme hidup responsif terhadap rangsangan dan mereka memiliki
kekuatan untuk melestarikan dirinya sendiri (self-perpetuation). Benda-benda
organis juga memiliki ciri-ciri berbeda lainnya, seperti tumbuh dan berkembang
dengan meramu makanan, beradaptasi dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan,
pemeliharaan diri. Dan perlindungan diri.
Ciri-ciri di atas
dimiliki oleh semua organisme hidup, tetapi ketika organisasi berjalan lebih
lanjut dan kita tiba pada makhluk hidup yang telah berintegrasi secara tinggi
dan sangat kompleks, masih ada ciri-ciri lain, seperti sensibilitas, insting,
pilihan yang selektif, memori, kecerdasan dan kesadaran. Untuk meringkas
sekelompok ciri-ciri pertama ini kita mungkin menamai kehidupan; untuk
meringkas semua ciri-ciri tanpa kecuali kita menyebutnya hidup dan pikiran.
Para biolog dan
psikolog, kini, akan terpuaskan dengan mempelajari tingkah laku berbagai
organisme ini dan untuk mendeskripsikan, mengklasifikasikan, dan menghubungkan
semua ciri khas mereka. Tetapi tidak bagi mahasiswa filsafat. Dia harus
menyelidiki lebih, tentang hakekat sebenarnya dari kehidupan dan pikiran,
bagaimana dan mengapa mereka muncul, dan apakah mereka itu semacam realitas
baru atau apakah mereka itu semata-mata kombinasi dari bentuk paling sederhana
yang ditemukan dalam dunia inorganik. Untuk yang terakhir kita punya atom dan
molekul, dan molekul tergabung ke dalam sejumlah senyawa kimia menurut
persamaan khas tertentu. Tetapi bagaimana dan mengapa senyawa kimia
diorganisasikan ke dalam makhluk hidup, dan bagaimana ciri-ciri yang
menakjubkan lain, seperti reproduksi dan pemeliharaan diri, muncul? Apakah ini
karena beberapa prinsip vital yang telah ditambahkan ke dalam senyawa
inorganik? Apakah kehidupan itu semacam satu kesatuan yang eksis disamping atom
dan molekul, atau apakah ini hanya sekedar salah satu fungsi atom dan molekul,
atau apakah ini sebuah fungsi bentuk atau struktur tertentu yang atom dan
molekul lakukan?
Keadaan ini bertahan
cukup lama dalam sejarah filsafat yakni bahwa kehidupan terjadi karena sebuah
prinsip vital, faktor khusus, yang dibedakan dengan tajam dari semua bentuk
yang semata-mata materi dan kekuatan mekanis. Nama vitalisme telah diberikan
untuk pandangan ini. Sesuatu yang mirip dengan pandangan ini telah dikemukakan
oleh Aristoteles dan dipertahankan oleh seorang biolog ulung sekarang ini.
Tetapi pada sisi lain banyak pemikir dalam sepanjang zaman dan banyak biologi
baik di masa lalu maupun sekarang, dengan sepakat menolak keberadaan
benda-benda apa pun karena sebuah prinsip vital, atau daya hidup khusus, dan
percaya bahwa kehidupan adalah karena tindakan biasa dari kimia dan fisika.
Pandangan semacam ini biasanya kita sebut mekanisme. Pandangan ini berhubungan
erat dengan teori tentang dunia yang telah kita pelajari sebagai naturalisme,
dan sering dihubungkan dengan materialisme.
Sumber : Buku
Filsafat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar