Jumat, 01 Agustus 2014

Perkembangan Psikologi Agama I Beberapa Metode dalam Psikologi Agama





Sebagai disiplin ilmu yang otonom, maka psikologi agama juga memiliki metode penelitian ilmiah. Kajian dilakukan dengan mempelajari fakta-fakta berdasarkan data yang terkumpul dan dianalisis secara objektif.

Karena agama menyangkut masalah yang berkaitan dengan kehidupan batin yang sangat mendalam, maka masalah agama sulit untuk diteliti secara saksama, terlepas dari pengaruh-pengaruh subjektivitas. Namun demikian, agar penelitian mengenai agama dapat dilakukan lebih netral, dalam arti tidak memihak kepada suatu keyakinan atau menentangnya, maka diperlukan adanya sikap yang objektif. Maka dalam penelitian psikologi agama perlu diperhatikan antara lain:

1.      Memiliki kemampuan dalam meneliti kehidupan dan kesadaran batin manusia.
2.      Memiliki keyakinan bahwa segala bentuk pengalaman dapat dibuktikan secara empiris.
3.      Dalam penelitian harus bersikap filosofis spiritualistis.
4.      Tidak mencampuradukkan antara fakta dengan angan-angan atau perkiraan khayali.
5.      Mengenal dengan baik masalah-masalah psikologi dan metodenya.
6.      Memiliki konsep mengenai agama serta mengetahui metodologinya.
7.      Menyadari tentang adanya perbedaan antara ilmu dan agama.
8.      Mampu menggunakan alat-alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ilmiah.

Dengan berpedoman kepada petunjuk-petunjuk seperti dikemukakan di atas, diharapkan para peneliti dalam mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data akan bersikap lebih objektif. Dengan demikian, hasil yang diperoleh tidak akan menyimpang dari tujuan semula. Misalnya, karena seorang peneliti menganut suatu keyakinan agama tertentu, maka dalam menafsir fakta yang ada ia memasukkan konsep-konsep yang sejalan dengan keyakinannya. Pengaruh keyakinan tadi paling tidak akan cenderung membawa kesimpulan yang bersifat subjektif. Dan akan lebih parah lagi, kalau kesimpulan tersebut bersifat mencela terhadap suatu keyakinan agama. Padahal dalam meneliti, seorang peneliti harus memiliki sikap objektif yang baik.

Dalam meneliti ilmu jiwa agama menggunakan sejumlah metode, yang antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:

1.      Dokumen Pribadi (Personal Document)    

Metode ini digunakan untuk mempelajari tentang bagaimana pengalaman dan kehidupan batin seseorang dalam hubungannya dengan agama. Untuk memperoleh informasi mengenai hal tersebut maka cara yang ditempuh adalah mengumpulkan dokumen pribadi orang seorang. Dokumen tersebut mungkin berupa autobiografi, biografi, tulisan ataupun catatan-catatan yang dibuatnya.

Didasarkan atas pertimbangan bahwa agama merupakan pengalaman batin yang bersifat individual di kala seseorang merasakan sesuatu yang gaib, maka dokumen pribadi dinilai dapat memberikan informasi yang lengakp. Selain catatan atau tulisan, juga digunakan daftar pertanyaan kepada orang-orang yang akan diteliti. Jawaban yang diberikan secara bebas memberi kemungkinan bagi responden untuk menyampaikan kesan-kesan batin yang berhubungan dengan agama yang diyakininya. Ungkapan seperti itu banyak membantu penelitian yang dilakukan.

William James dalam bukunya The Varieties of Religius Experience, tampaknya menggunakan metode ini. Walaupun penelitiannya terbatas pada ahli-ahli agama dan tidak memasukkan orang biasa, namun hasil mengemukakan sejumlah kasus pribadi tentang pengalaman agama yang dirasakan oleh masing-masing individu.

Dalam penerapannya, metode dokumen pribadi ini dilakukan dengan berbagai cara atau teknik-teknik tertentu. Di antara yang banyak digunakan adalah:

a.      Teknik Nomotatik
Nomotatik merupakan pendekatan psikologis yang digunakan untuk memahami tabiat atau sifat-sifat dasar manusia dengan cara mencoba menetapkan ketentuan umum dari hubungan antara sikap dan kondisi-kondisi yang dianggap sebagai penyebab terjadinya sikap tersebut. Sedangkan, sikap yang terlihat sebagai kecenderungan sikap umum itu dinilai sebagai gabungan sikap yang terbentuk dari sikap-sikap individu yang ada di dalamnya (Philip G.Ziambardo, 1979:294).

Pendekatan ini digunakan untuk mempelajari perbedaan-perbedaan individu. Dalam penerapannya, nomotatik ini mengasumsikan bahwa pada diri manusia terdapat suatu lapisan dasar dalam struktur kepribadian manusia sebagai sifat yang merupakan ciri umum kepribadian manusia. Ternyata dalam kajian ini ditemukan bahwa individu memiliki sifat dasar yang secara umum sama, perbedaan masing-masing hanya derajat atau tingkatan saja.

Nomotatik yang digunakan dalam studi tentang kepribadian adalah mengukur perangkat sifat seperti kejujuran, ketekunan, dan kepasrahan sejumlah individu dalam suatu kelompok. Ternyata ditemukan bahwa sifat-sifat itu ada pada setiap individu, namun jadi berbeda oleh hubungan antara sifat itu dengan sikap seseorang. Perbedaan tentang tinggi rendah sifat-sifat dasar itu ditampilkan dalam sikap sangat tergantung dari situasi yang ada. Jadi, dapat ditarik suatu ketetapan bahwa sikap individu tergantung dari situasi yang dihadapinya, namun dalam sikap yang ditampilkan terlihat adanya sifat-sifat dasar manusia secara umum.

Hartshorne dan Mark A. May sudah sejak tahun 1928 dan 1929 mempelajari tentang karakter alami manusia. Dalam studi tersebut terungkap bahwa ada sejumlah kecil kemantapan di antara pengukuran-pengukuran yang dilakukan terhadap sifat dasar moral (Philip G. Zimbardo, 1979: 294). Nomotatik membantu dalam penelitian psikologi agama, antara lain untuk melihat sejauh mana hubungan sifat dasar manusia dengan sikap keagamaan.

b.      Teknik Analisis Nilai (Value Analysis)
Teknik ini digunakan dengan dukungan analisis statistik. Data yang terkumpul diklasifikasikan menurut teknik statistik dan dianalisis untuk dijadikan penilaian terhadap individu yang diteliti. Teknik statistik digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa ada sejumlah pengalaman keagmaan yang dapat dibahas dengan menggunakan bantuan ilmu eksakta, terutama dalam mencari hubungan antara sejumlah variabel. Carlson misalnya menemukan dalam penelitiannya bahwa terdapat hubungan antara kepercayaan dengan tingkat kecerdasan. Didapatnya korelasi antara agama dan kecerdasan yang berarti bahwa anak-anak yang kurang cerdas cenderung berpegang erat kepada kepercayaan agama, sedangkan pada anak-anak yang cerdas kecenderungan itu lebih kecil.  

c.       Teknik Idiography
Teknik ini juga merupakan pendekatan psikologis yang digunakan untuk memahami sifat-sifat dasar (tabiat) manusia. Berbeda dengan nomotatik, maka ideografi lebih dipusatkan pada hubungan antara sifat-sifat yang dimaksud dengan keadaan tertentu dan aspek-aspek kepribadian yang menjadi ciri khas masing-masing individu dalam upaya untuk memahami seseorang (Philip G.Zimbardo, 1979: 295-296).
Pelopor dari penggunaan teknik ideografi dalam psikologi agama adalah Gordon Allport. Menurut Allport untuk mempelajari kepribadian semestinya mencakup sifat-sifat dasar yang merupakan ciri khas yang ada hubungan antara seseorang dengan perspektif dirinya. Masing-masing sifat dasar (tabiat) yang dimiliki seseorang individu sebagai ciri khas terlihat dalam penampilan sikap seseorang secara umum (Philip G.Zimbardo,1979: 297).
Ideografi sebagai pelengkap dari teknik nomotatik untuk mempelajari sifat-sifat dasar manusia secara individu yang berada dalam satu kelompok. Teknik ini banyak digunakan oleh Gordon Allport dalam penelitiannya. Malahan Allport telah menyumbangkan 13 ciri-ciri tentang sikap manusia.

d.      Teknik Penilaian terhadap Sikap (Evaluation Attitudes Technique)  
Teknik ini digunakan dalam penelitian terhadap biografi, tulisan atau dokumen yang ada hubungannya dengan individu yang akan diteliti. Berdasarkan dokumen tersebut, kemudian ditarik kesimpulan, bagaimana pendirian seseorang terhadap persoalan-persoalan yang dihadapinya dalam kaitan hubungannya dengan pengalaman dan kesadaran agama.

2.      Kuesioner dan Wawancara
Metode kuesioner maupun wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang lebih banyak dan mendalam secara langsung kepada responden.
Metode ini dinilai memiliki beberpa kelebihan antara lain:
a.       Dapat memberi kemungkinan untuk memperoleh jawaban yang cepat dan segera.
b.      Hasilnya dapat dijadikan dokumen pribadi tentang seseorang serta dapat pula diartikan data nomotatik. 
Selain pertimbangan tersebut, metode ini juga mempunyai kelemahan-kelemahan, seperti:
a.       Jawaban yang diberikan terikat oleh pertanyaan hingga responden tak dapat memberikan jawaban secara lebih bebas.
b.      Sulit untuk menyusun pertanyaan yang mengandung tingkat relevansi yang tinggi, karena itu diperlukan keterampilan yang khusus untuk itu.
c.       Kadang-kadang, sering terjadi salah penafsiran terhadap pertanyaan yang kurang tepat, dan tidak semua pertnyaan sesuai untuk setiap orang.
d.      Untuk memperoleh jawaban yang tepat, dibutuhkan adanya jalinan kerja sama yang baik antara penanya dan responden. Dan kerja sama seperti itu memerlukan pendekatan yang baik dar si penanya.

Dalam penerapannya, metode kuesioner dan wawancara dilakukan dalam berbagai bentuk. Di antara cara yang digunakan adalah teknik pengumpulan data melalui: 

a.       Pengumpulan Pendapat Masyarakat (Public Opinion Polls)
Teknik ini merupakan gabungan antara kuesioner dan wawancara. Cara mendapatkan data adalah melalui pengumpulan pendapat khalayak ramai. Data tersebut selanjutnya dikelompokkan sesuai dengan klasifikasi yang sudah dibuat berdasarkan kepentingan penelitian. Teknik ini banyak digunakan oleh E.B. Taylor dalam penelitiannya.
b.      Skala Penilaian (Rating Scale)
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan khas dalam diri seseorang berdasarkan pengaruh tempat dan kelompok. Misalnya, dengan adanya penyebab yang khas ini peneliti dapat memahami latar belakang timbulnya perbedaan antarpenganut suatu keyakinan agama. Seperti sikap liberal lebih banyak dijumpai di kalangan penganut Protestan, dan sikap konservatif lebih banyak dijumpai di kalangan penganut agama Katolik dan sebagainya.
c.       Tes (Test)
Tes digunakan dalam upaya untuk mempelajari tingkah laku keagamaan seseorang dalam kondisi tertentu. Untuk memperoleh gambaran yang diinginkan, biasanya diperlukan bentuk tes yang sudah disusun secara sistematis.
d.      Eksperimen
Teknik eksperimen digunakan untuk mempelajari sikap dan tingkah laku keagamaan seseorang melalui perlakuan khusus yang sengaja dibuat. Teknik ini sering digunakan oleh J.B. Cock dalam melakukan penelitiannya.
e.       Observasi melalui pendekatan sosiologi dan antropologi (Sociological and anthropological observation)
Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sosiologi dengan mempelajari sifat-sifat manusiawi orang per orang atau kelompok. Selain itu juga menjadikan unsur-unsur budaya yang bersifat materi (benda budaya) dan yang bersifat spiritual (mantra, ritus) yang dinilai ada hubungannya dengan agama.
f.        Studi agama berdasarkan pendekatan antropologi budaya
Cara ini digunakan dengan membandingkan antara tindak keagamaan (upacara, ritus) dengan menggunakan pendekatan psikologi. Melalui pengukuran statistik kemudian dibuat tolok ukur berdasarkan pendekatan psikologi yang dihubungkan dengan kebudayaan.
Berdasarkan pendekatan tersebut misalnya ditentukan kategori hubungan menjadi:   
1.      Adanya persaudaraan antara sesama orang yang ber-Tuhan.
2.      Masalah ke-Tuhanan dan agama.
3.      Adanya kebenaran keyakinan yang terlihat dalam bentuk formalitas.
4.      Bentuk-bentuk praktik keagamaan.

g.      Pendekatan terhadap Perkembangan (Development Approach)
Teknik ini digunakan untuk meneliti mengenai asal-usul dan perkembangan aspek psikologi manusia dalam hubungannya dengan agama yang dianutnya. Cara yang digunakan antara lain, melalui pengumpulan dokumen, catatan-catatan, riwayat hidup, dan data antropologi. Cara ini digunakan oleh Sigmund Freud E.B. Taylor dan juga Frans Boas.
h.      Metode Klinis dan Proyektivitas (Clinical Method and Projectivity Technique)
Dalam pelaksanaannya, metode ini memanfaatkan cara kerja klinis. Penyembuhan dilakukan dengan cara menyelaraskan hubungan antara jiwa dengan agama. Usaha penyembuhan dititikberatkan pada kepentingan manusia (penderita), kemudian untuk kepentingan penelitian digunakan teknik proyektivitas melalui riset dan pengumpulan data tertulis mengenai penderita sebagai bahan diagnosa. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan pengamatan terhadap penderita.
i.        Metode Umum Proyektivitas, berupa penelitian dengan cara menyadarkan sejumlah masalah yang mengandung makna tertentu. Selanjutnya, peneliti memperhatikan reaksi yang muncul dari responden. Dengan membiarkan reaksi secara tak sengaja itu, maka pernyataan yang muncul dari reaksi tadi dijadikan dasar penafsiran terhadap gejala yang diteliti. Reaksi merupakan kunci pembuka rahasia.
j.        Apersepsi Nomotatik (Nomothatic Apperception)
Caranya dengan menggunakan gambar-gambar yang samar. Melalui gambar-gambar yang diberikan, diharapkan orang yang diteliti dapat mengenal dirinya. Selain dari gambar, khusus untuk anak-anak biasanya diberikan boneka untuk membantu mengenai anggota keluarganya. Pemberian gambar atau boneka diharapkan akan membantu orang untuk membentuk ide baru yang dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi penelitian.
k.       Studi kasus (Case Study)
Studi kasus dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen, catatan, hasil wawancara atau lainnya untuk kasus-kasus tertentu. Jadi, studi kasus merupakan cara pengumpulan data melalui berbagai teknik. Metode ini dapat digunakan sebagai bahan penyembuhan. Menanamkan pengertian, menggambarkan masalah yang ada hubungannya dengan psikologi, hingga dapat menghasilkan kesimpulan, dan penggolongan mengenai kasus-kasus tertentu.
l.        Survei, biasanya digunakan dalam penelitian sosial. Metode ini dapat digunakan untuk tujuan penggolongan manusia dalam hubungannya dengan pembentukan organisasi dalam masyarakat. Misalnya, karena survey ini dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, termasuk studi kasus, maka hasil yang diperoleh biasanya lebih baik dan dapat menggambarkan hasil pengamatan secara lebih teliti.

Metode kuesioner dan wawancara dengan berbagai tekniknya seperti dikemukakan di atas, biasanya digunakan untuk tujuan-tujuan seperti:

a.       Untuk mengetahui latar belakang keyakinan agama.
b.      Untuk mengetahui bentuk hubungan manusia dengan Tuhannya.
c.       Serta untuk mengetahui dampak dari perubahan-perubahan yang terjadi.
Selain dari tujuan tersebut, dalam kaitannya dengan penelitian psikologi agama juga dapat digunakan untuk tujuan-tujuan lain, misalnya:
a.       Untuk kepentingan pembahasan, mengenai hubungan antara penyakit mental dengan keyakinan beragama.
b.      Untuk dijadikan bahan guna membentuk kerja sama antara ahli psikologi dengan ahli agama, dan
c.       Juga untuk kepentingan meneliti dan mempelajari kejiwaan para tokoh agama, termasuk para pembawa ajaran agama itu sendiri seperti para nabi.

Penggunaan metode-metode dalam penelitian psikologi agama sebenarnyadapat dilakukan dengan beragam, tergantung kepada kepentingan dan jenis data yang akan dikumpulkan. Adakalanya seseorang lebih memilih dokumen pribadi untuk meneliti pengalaman agama. Demikian pula, ada yang menggunakan dokumen pribadi, baik berupa riwayat hidup, buku harian, catatan, pernyataan, juga menggunakan angket, dan wawancara sebagai pelengkap. Dengan banyaknya metode yang mungkin digunakan, terlihat bahwa metode yang diapak dalam penelitian psikologi agama tidak berbeda dengan metode yang dipakai dalam penelitian ilmiah dalam cabang disiplin ilmu pengetahuan lain.
Sumber : Buku Psikologi Agama, Jalaluddin

Tidak ada komentar:

Kisah Mata Air Keabadian

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada d...