Minggu, 01 Mei 2011

Perkembangan Kepribadian

A.

1. Pengertian Kepribadian

a. Pengertian secara etimologis

Istilah kepribadian merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris “personality”. Sedangkan istilah personality secara etimologis berasal dari bahasa latin “person” (kedok) dan “personare” (menembus). Person biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah bahwa para pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusa menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tertentu. Misalnya: seorang pemurung, pendiam, periang, peramah, pemarah, dan sebagainya. Jadi, persona itu bukan pribadi pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya.

b. Pengertian secara termologis

1) MAY mengartikan kepribadian sebagai “ a sosial stimus value”. Jadi menurutnya cara orang lain mereaksi, itulah kepribadian individu. Dalam kata lain, pendapat orang lainlah yang menentukan kepribadian individu itu.

2) McDougal dan kawan-kawannya berpendapa, bahwa kepribadian adalah “tingkatan sifat-sifat di mana biasanya sifat yang tang tinggi tingkatannnya mempunyai pengaruh yang menentukan”.

3) Gordon W.Allport mengemukakan, “Personality is dynamic organization within the individual of those psychophysycal system, than determines his unique adjusment this environment”. (Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan).

Dari definisi tersebut ada beberapa unsur yang perlu dijelaskan, yaitu sebagai berikut.

1) Organisasi dinamis, maksudnya adalah bahwa kepribadian itu selalu berkembang dan berubah walaupun ada organisasi sistem yang mengikat dan menghubungkan sebagai komponen kepribadian.

2) Psikofisis, ini menunjukan bahwa kepribadian bukanlah semata-mata neural (fisik), tetapi merupakan perpaduan kerja antara aspek psikis dan fisik dalam kesatuan kepribadian.

3) Istilah menentukan, berarti bahwa kepribadian mengandung kecenderungan-kecenderungan menentukan (determinasi) yang memainkan peranan aktif dalam tingkah laku individu. Kepribadian adalah sesuatu dan melakukan sesuatu. Kepribadian terletak di belakang perbuatan-perbuatan khusus dan di dalam individu. Dalam arti kepribadian itu bukan hanya ada selama ada orang lain bereaksi terhadapnya, tetapi lebih jauh dari itu mempunyai eksistensi real (keadaan nyata), yang termasuk juga segi-segi neural dan fisiologis.

4) Unique (khas), ini menunjukan bahwa tidak ada dua orang yang mempunyai kepribadian yang sama.

5) Menyesuaikan diri terhadap lingkungan, ini menunjukan bahwa kepribadian mengantarai individu dengan lingkungan fisik dan lingkungan psikologisnya, kadang-kadang menguasainya. Jadi kepribadian adalah sesuatu yang mempunyai fungsi atau arti adaptasi dan menentukan.

Kepribadian dapat juga diartikan sebagai “kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik” (Abin Syamsuddin Makmun, 1996, dikutif dari buku Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, 2010). Keunikan penyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri, yaitu meliputi hal-hal berikut.

1) Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsisten atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.

2) Terperamen, yaitu disposisi reaktif seseorang, atau cepat/ lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.

3) Sikap, sambutan , objek (orang, benda, peristiwa, norma dan sebagainya) yang brsifat positif, negatif atau ambivalen (ragu-ragu).

4) Stabilitas emosional, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti: mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih atau putus asa.

5) Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti: mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau melahirkan diri dari risiko yang dihadapi.

6) Sosialisasi, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Disposisi ini seperti tampak dalam sifat pribadi yang tertutup atau terbuka dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepribadianan

Kepribadian dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik hereditas (pembawaan) maupun lingkungan (seperti: fisik, sosial, kebudayaan, spiritual).

a. Fisik. Faktor fisik yang dipandang mempengaruhi perkembangan kepribadiaan adalah postur tubuh (langsing, gemuk, pendek atau tinggi), kecantikan (cantik atau tidak cantik), kesehatan (sehat atau sakit-sakitan), keutuhan tubuh (utuh atau cacat), dan keberfungsian organ tubuh.

b. Inteligensi. Tingkah intelegensi individu dapat mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Individu yag intelegensinya tinggi atau normal biasa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara wajar, sedangkan yang rendah biasanya sering mengalami hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

c. Keluarga. Suasana atau iklim keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis, dalam arti, orangtua memberikan curahan kasih sayang, perhatian serta bimbingan dalam kehidupan berkeluarga, maka perkembangan kepribadian anak tersebut cenderung positif. Adapun anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang broken home, kurang harmonis, orangtua bersikap keras terhadap anak atau tidak memperhatikan nilai-nilai agama dalam keluarga, maka perkembangan kepribadiaannya cenderung akan mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya (maladjustment).

d. Teman sebaya (peer group). Setelah masuk sekolah, anak mulai bergaul dengan teman sebayanya dan menjadi anggota dari kelompoknya. Pada saat inilah dia mulai mengalihkan perhatiannya untuk mengembangkan sifat-sifat atau perilaku yang cocok atau dikagumi oleh teman-temannya, walaupun mungkin tidak sesuai dengan harapan orangtuanya. Melalui hubungan interpersonal dengan teman sebaya, anak belajar menilai dirinya sendiri dan kedudukannya dalam kelompok. Bagi anak yang kurang mendapatkan kasih sayang dan bimbingan keagamaan atau etika dari orangtuanya, biasanya kurang memiliki kemampuan selektif dalam memilih teman dan mudah sekali terpengaruh aleh sikap dan perilaku kelompoknya. Berdasarkan pengamatan dilapangan, ternyata tidak sedikit anak yang menjadi perokok berat, peminum minuman keras atau bergaul bebas, karena pengaruh perilaku teman sebaya.

e. Kebudayaan. Setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras atau suku bangsa) memiliki tradisi, adat atau kebudayaan yang khas. Tradisi atau kebudayaan suatu masyarakat memberikan pengaruh terhadap kepribadian setiap anggotanya, baik yang menyangkut cara berfikir (seperti cara memandang sesuatu), bersikap atau cara berperilaku. Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian itu , dapat dilihat dari adanya perbedaan antara masyarakat modern yang budayanya relatif maju (khususnya IPTEK) dengan masyarakat primitif yang budayanya relatif masih sederhana seperti dalam cara makan, berpakaian, hubungan interpersonal atau cara memandang waktu.

3. Perubahan Kepribadian

Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun dalam kenyataan sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian itu dapat dan mungkin terjadi. Perubahan itu terjadi pada umumnya lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan daripada faktor fisik. Disamping itu, perubahan ini lebih sering dialami oleh anak daripada orang dewasa.

Fenton (E. Hurloch, 1956, dikutip dari buku Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, tahun 2010) mengklasifikasikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian kedalam tiga kategori, yaitu:

a. Faktor organik, seperti: makanan, obat, infeksi, dan gangguan organik.

b. Faktor lingkungan sosial budaya, seperti: pendidikan, rekreasi dan partisipasi sosial.

c. Faktor dari dalam individu itu sendiri, seperti: tekanan emosional, identifikasi terhadap oarang lain, imitasi.

4. Karakteristik Kepribadian

Salah satu kata kunci dari definisi kepribadian adalah penyesuaian (adjusment). Menurut Alexander A. Schneisders (1964, dikutip dari buku Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, tahun 2010), penyesuaian itu dapat diartikan sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, tegangan emosional, frustrasi dan konflik dan memelihara keharmonisan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan”.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah yang dihadapi, ternyata tidak semua individu mampu menampilkannya secara wajar, normal atau sehat (well adjustment), diantara mereka banyak juga yang mengalami tidak sehat (maladjustment).

E. B. Hurlock (1986, dikutip dari buku Psikologi Pendidikan, 2007) mengemukakan bahwa penyesuaian yang sehat atau kepribadian yang sehat (healty personality) ditandai dengan karakteristik sebagai berikut:

a. Mampu menilai diri secara realistik. Individu yang berkepribadiannya sehat mampu menilai dirinya sebagaimana apa adanya, baik kelebihan maupun kekurangan/ kelemahannya, yang menyangkut fisik (postur tubuh, wajah, keutuhan dan kesehatan) dan kemampuan.

b. Mampu menilai situasi secara realistik. Individu dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dihadapi secara realistik dan mau menerimanya secara wajar. Dia tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai suatu yang harus sempurna.

c. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik. Individu dapat menilai prestasinya (keberhasilan yang diperolehnya) secara realistik dan mereaksinya secara rasional. Dia tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami “superiority complex” , apabila memperoleh prestasi yang tinggi, atau kesuksesan dalam hidupnya. Apabila mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik (penuh harapan).

d. Menerima tanggung jawab. Individu yang sehat adalah individu yang bertanggung jawab. Dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.

e. Kemandirian (autonomi). Individu memiliki sikap mandiri dalam cara berfikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri secara konstruktif dengan norma yang berlaku dilingkungannya.

f. Dapat mengontrol emosi. Individu merasa nyaman dengan emosinya. Dia dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi atau sters secara positif atau konstruktif, tidak destruktif (merusak).

g. Berorientasi tujuan. Setiap orang mempunyai tujuan yang ingin realistik dan ada yang tidak realistik. Individu yang sehat kepribadiannya dapat merumuskan tujuannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar. Dia berupa untuk mencapai tujuan tersebut dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan) dan keterampilan .

h. Berorientasi keluar. Individu yang sehat memiliki orientasi ke luar (ekstrovert). Dia bersikap respek, empati terhadap orang lain mempunyai kepedulian terhadap situasi, atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berpikirannya. Barret Leonard mengemukakan sifat-sifat individu yang berorientasi keluar, yaitu (a) menghargai dan menilai oramg lain seperti dirinya sendiri; (b) merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain; (c) tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan tidak mengorbankan orang lain karena kekecewaan dirinya.

i. Penerimaan sosial. Individu dinilai positif oleh orang lain, mau berpatisipasi aktif dalam kegiatan sosial, dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.

j. Memiliki Filsafat hidup. Dia mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama.

k. Berbahagia. Individu yang sehat, situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan. Kebahagiaan ini didukung oleh faktor-faktor achievement (pencapaian prestasi), acceptance (penerimaan dari orang lain), dan affection (perasaan dicintai atau disayangi orang lain).

Adapun kepribadian yang tidak sehat itu ditandai dengan karakteristik seperti berikut.

a. Mudah marah (tersinggung).

b. Menunjukan kekhawatiran dan kecemasan.

c. Sering merasa tertekan (stress atau depresi).

d. Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang (hewan).

e. Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum.

f. Mempunyai kebiasaan berbohong.

g. Hiperaktif.

h. Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas.

i. Senang mengkritik/ mencemooh orang lain.

j. Sulit tidur.

k. Kurang memiliki rasa tanggung jawab.

l. Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan bersifat organis).

m. Kurang memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama.

n. Bersikap pesimis dalam menghadapi kehidupan.

o. Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan.

Kelainan tingkah laku diatas berkembang, apabila anak hidup dalam lingkungan yang tidak kondusif dalam perkembangannya. Seperti lingkungan keluarga yang tidak berfungsi (dysfunction family)yang bercirikan: “broken home”, hubungan antar anggota keluarga kurang harmonis, kurang memperhatikan nilai-nilai agama dan orangtua bersikap keras atau kurang memberikan curahan kasih sayang kepada anak.

Oleh karena kelainan kepribadian itu berkembang pada umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang baik, maka sebagai upaya pencegahan (preventif), seyogianya pihak keluarga (orangtua), sekolah (guru dan staf lainnya) dan pemerintah perlu senantiasa bekerja sama untuk menciptakan iklim lingkungan yang memfasilitasi atau memberi kemudahan kepada anak untuk mengembangkan potensi atau tugas-tugas perkembangan secara optimal.

Tidak ada komentar:

Kisah Mata Air Keabadian

Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali ra. Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada d...